Akhlak Terpuji: Malu dan Keutamaannya

 
Akhlak Terpuji: Malu dan Keutamaannya
Sumber Gambar: Ilustrasi (foto ist)

Laduni.ID, Jakarta - Malu adalah satu kata yang mencakup perbuatan menjauhi segala apa yang dibenci. Al-Junaid rahimahullâh berkata, “Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.’”

Malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain. Berikut ini beberapa keutamaan malu:

1. Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Malu mengajak pemiliknya agar menghias diri dengan yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” (Muttafaq ‘alaihi)

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Malu itu kebaikan seluruhnya.” 

Malu adalah akhlak para Nabi, terutama pemimpin mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih pemalu daripada gadis yang sedang dipingit.

2. Malu adalah cabang keimanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َﺍْﻹِﻳْﻤَﺎﻥُ ﺑِﻀْﻊٌ ﻭَﺳَﺒْﻌُﻮْﻥَ ﺃَﻭْ ﺑِﻀْﻊٌ ﻭَﺳِﺘُّﻮْﻥَ ﺷُﻌْﺒَﺔً، ﻓَﺄَﻓْﻀَﻠُﻬَﺎ ﻗَﻮْﻝُ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ، ﻭَﺃَﺩْﻧَﺎﻫَﺎ ﺇِﻣَﺎﻃَﺔُ ﺍْﻷَﺫَﻯ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳْﻖِ، ﻭَﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺀُ ﺷُﻌْﺒَﺔٌ ﻣِﻦَ َﺍْﻹِﻳْﻤَﺎﻥُ 

“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘La ilaha illallah,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.”

3. Allah Azza Wa Jalla cinta kepada orang-orang yang malu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﺣَﻴِﻲٌّ ﺳِﺘِّﻴْﺮٌ ﻳُـﺤِﺐُّ ﺍﻟْـﺤَﻴَﺎﺀَ ﻭَﺍﻟﺴِّﺘْﺮَ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺍﻏْﺘَﺴَﻞَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻓَﻠْﻴَﺴْﺘَﺘِﺮْ 

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.”

4. Malu Adalah Akhlak Para Malaikat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah aku tidak pantas merasa malu terhadap seseorang, padahal para Malaikat merasa malu kepadanya.”

5. Malu adalah akhlak Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”

6. Malu sebagai pencegah pemiliknya dari melakukan maksiat. Ada salah seorang sahabat Radhiyallahu anhu yang mengecam saudaranya dalam masalah malu dan ia berkata kepadanya, “Sungguh, malu telah merugikanmu.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺩَﻋْﻪُ ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْـﺤَﻴَﺎﺀَ ﻣِﻦَ ﺍﻹﻳْﻤَـﺎﻥِ 

“Biarkan dia, karena malu termasuk iman.”

Abu ‘Ubaid al-Harawi rahimahullâh berkata, “Maknanya, bahwa orang itu berhenti dari perbuatan maksiatnya karena rasa malunya, sehingga rasa malu itu seperti iman yang mencegah antara dia dengan perbuatan maksiat.”

7. Malu senantiasa seiring dengan Iman, bila salah satunya tercabut hilanglah yang lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.”

8. Malu akan mengantarkan seseorang ke Surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka.” Wallau A’lam Bishowab