Biografi Ario Abdillah ( Arya Damar)

 
Biografi Ario Abdillah ( Arya Damar)

Daftar Isi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
1.2  Nasab
1.3  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan Ario Abdillah

2.1  Guru-guru Ario Abdillah

3.  Penerus Ario Abdillah

3.1  Anak-anak Ario Abdillah

3.2  Murid Ario Abdillah

4.  Perjalanan Dakwah Ario Abdillah

5.  Keteladanan Ario Abdillah

5.  Referensi

 

1          Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Arya Damar atau yang dikenal dengan nama Ario Abdillah `merupakan putra dari Prabu Brawijaya dengan putri denawa ( Raksasa ) bernama Endang Sasmitapura. Ketika lahir beliau diberi nama Jaka Dillah

1.2       Riwayat Keluarga Ario Abdillah

Menikah engan Putri dari China dikaruniai  putra :

  1. Raden Hasan (anak angkat yang kelak lebih dikenal dengan nama Raden Patah)
  2. Raden Husen

Menikah engan Nyai Sahilan dikaruniai  putra :

  1. Raden Sahun ( Pangeran Pandanarang )

1.3    Nasab Ario Abdillah

Beliau adalah anak kandung dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabumi.

1.4    Wafat

Ario Abdillah atau juga dikenal sebagai Arya Damar dimakamkan di Kebun Sahang KM 4 depan Makam Pahlawan Palembang. 
 

2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Ario Abdillah

2.1       Guru-guru Ario Abdillah

  1. Syekh Ibrahim Asmoroqondi
  2. Sunan Ampel
  3. Rio Minak Sekampung atau Syarif Husain Hidayatullah. 
     

3  Penerus Ario Abdillah

3.1       Anak-anak Ario Abdillah

  1. Raden Hasan
  2. Raden Husen
  3. Raden Sahun ( Pangeran Pandanarang )

3.2       Murid Ario Abdillah

  1. Syekh Siti Jenar
     

4.        Perjalanan Hidup dan Dakwah Ario Abdillah

4.1 Perjalanan Hidup Ario Abdillah

Babad Tanah  Jawi mencatat bahwa Ki Dilah adalah putera  Prabu Brawijaya dengan putri denawa bernama Endang Sasmitapura, yang sewaktu hamil puteri itu diusir dari keraton yang membuat Ki Dilah lahir di hutan  Wanasalam di selatan ibukota Majapahit. Ki Dilah diasuh oleh uwaknya, Ki Kumbarawa, yang mengajarinya berbagai macam ilmu kesaktian. Sebutan denawa dalam Babad Tanah  Jawi adalah istilah yang digunakan orang  Jawa untuk menyebut penganut ajaran Syiwa-buddha aliran Bhairawa-tantra yang dalam upacara mistis pancamakara menggunakan korban manusia.

Setelah dewasa Jaka Dilah mengabdi ke Majapahit. Saat Sang Raja Majapahit hendak berburu ke tengah hutan, Jaka Dilah langsung menawarkan diri kepada sang raja agar tidak perlu jauh-jauh ke hutan. Dia menyatakan kesanggupannya untuk menggiring macam-macam hewan buruan di tengah hutan ke alun-alun. Prabu Brawijaya pun menurut, tetapi jika sang abdi pengawal itu tak bisa melaksanakan permintaannya akan dihukum mati. 

Jaka Dilah kemudian berangkat ke hutan, di hutan dia menemui ibunya memberitahu tentang kesanggupan kepada raja di Majapahit.  Sang ibu yang membantunya pun bersedia untuk mengumpulkan bermacam-macam binatang perburuan di hutan. Setelah semua binatang buruan dikumpulkan, lalu digiring oleh Jaka Dilah sampai ke Alun-alun Majapahit. Hati raja pun menjadi senang melihat janji Dilah terlaksana.  Jaka Dilah diterima dengan segala karyanya. Selanjutnya usai berburu, sang raja mengangkat Jaka Dilah sebagai raja di negeri Palembang. Dia diberi gelar Arya Damar dan disertai abdi 10.000 orang. Arya Damar lalu berangkat dari Majapahit menuju Palembang. 

Sementara itu Prabu Brawijaya mengalami dilemma karena Permaisuri beliau cemburu dengan Selir Putri dari China yang tengah mengandung dan meminta menceraikannya. Akhirnya Putri dari Cina diserahkan kepada Arya Damar untuk dijadikan istri. Dengan Syarat tidak boleh menyentuhnya sebelum melahirkan.

Arya Damar membawa Putri dari Cina ke Palembang. Wanita itu melahirkan putra Brawijaya yang diberi nama Raden Hasan atau Raden Patah. Kemudian dari pernikahan dengan Arya Damar, lahir Raden Kusen. Dengan demikian terciptalah suatu silsilah yang berlilit selang antara  Arya Damar, Raden Patah, dan Raden Kusen.

Akhirnya suatu ketika datang rombongan dari Campa ( Kamboja) yang merupakan utusan dari Cina. Mengingat Palembang merasa berhutang budi kepada Cina, karena bala tentara Cina pernahmenangkap danmenumpas Bajak Laut yang berkeliarandi perairan Bangka. Menganggu para pedagang yang hendak pergi ke Palembang. Ketika obrolan tentang utusan sudah selesai Syekh Ibrahim Asmoroqondi pun melakukan pendekatan kepada Adipati Palembang,tak ketinggalan Ali Rahmatullah sering mengajak berdialog dengan Ario Damar. Hingga pembicaraan tersebut mengarah pada keyakinan Hindu dan Islam. Dengan mendasari diri pada ilmu Tasawuf, Ilmu Spiritual Islam yang memang banyak memiliki titik kesesuaian antara dua keyakinan tersebut. Hingga timbullah niat Arya Damar untuk mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Dan oleh Syekh Ibrahim di beri nama Ario Abdillah yang memiliki makna Kesatria Abdi Allah.

Kemudian diperkenalkan dengan kedua putranya yang  di beri nama Jin Bun dan Ki San dankemudian meminta pertimbangan kepada Syekh Ibrahim agar mereka berdua di beri nama muslim juga yang akhirnya diberi nama Raden Hasan dan Raden Husen.

4.2 Perjalanan Dakwah Ario Abdillah

Cerita lain yang bersumber dari historiografi lokal menyebutkan bahwa Ario Abdillah ini dikaitkan dengan sebuah armada Jawa yang berpindah ke Sekampung, Danau Pedamaran di Palembang. Armada tersebut dipimpin oleh tokoh yang bernama Kholik Hamrulloh.

Kemudian, pemimpin armada tersebut, Kholik Hamirulloh tersebut dijadikan menantu oleh Rio Minak Sekampung. Rio Minak Sekampung ini merupakan tokoh masyarakat di daerah tersebut yang sebenarnya adalah keturunan Arab dengan nama Syarif Husain Hidayatullah. Setelah menikah dengan putri Rio Minak Sekampung tersebut. Kholik Hamirulloh tersebut diberikan nama baru oleh sang mertua dengan nama Rio Damar.

Setelah menikah, Ario Abdillah atau Arya Damar tersebut menyebarkan ajaran Islam di daerah sekitaran danau, Palembang tersebut. Warga sekitar danau tersebut beragama Budha secara cukup taat. Sebelumnya mereka menyingkir ke wilayah tersebut karena menghindari dakwah yang dilakukan oleh mertua Ario Abdillah itu sendiri. Warga sekitar danau tersebut memeluk ajaran Budha sudah sejak Kerajaan Sriwijaya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang sangat kuat pada masanya. Bahkan hampir seluruh penduduk Sriwijaya dapat dibudhakan secara penuh.

Namun, ditangan Ario Abdillah, warga sekitaran danau yang kuat agama Budhanya tersebut dapat pindah dan masuk kedalam agama Islam. Kesuksesan dari Ario Abdillah ini dinilai karena Ario Abdillah sendiri sejak kecil merupakan penganut Hindu Budha yang cukup kuat.Justru dari pemahaman Ario Abdillah atas seluk-beluk ajaran Budha tersebutlah yang memudahkan Ario Abdillah dalam memengaruhi warga sekitaran danau yang memiliki pemahaman Budha yang cukup kuat. Setelah kesuksesan Ario Abdillah dalam menyebarkan Islam di Palembang tersebut berujung diangkatnya Ario Abdillah sebagai patih oleh Ratu Sunuhung Ning Sakti. Setelah diangkatnya Ario Abdillah menjadi patih oleh ratu tersebut kemudian Islam dengan cukup mudah tersebar di kawasan Palembang bahkan hingga sampai ke Jambi dan Bengkulu.

Kisah lanjutannya menjelaskan bahwa putra Ario Abdillah dengan Nyai Sahilan (putri Rio Menak Usang Sekampung) bernama Raden Sahun yang memiliki gelar Pangeran Pandanarang menjadi Adipati Semarang. Kemudian, cucunya Ario Abdillah menjadi tokoh penyebar Islam termasyhur di pedalaman Jawa. Ia terkenal dengan sebutan Sunan Tembayat.

Demikianlah kisah Ario Abdillah (Arya Damar) seorang penyebar Islam yang sebetulnya masih keturunan Majapahit namun kemudian berpindah ke Palembang. Kemudian ia dengan sukses menyebarkan Islam di sana. Hingga kemudian, cucunya, Sunan Tembayat, menjadi penyebar Islam terkenal di pedalaman Jawa.
 

5          Keteladanan Ario Abdillah

Ario Abdillah atau Arya Damar seorang Adipati Palembang keturunan dari Prabu Brawijaya V yang telah menyebarkan ajaran Islam di daerah sekitaran Palembang tersebut. Warga sekitar tersebut beragama Budha secara cukup taat. Sebelumnya mereka menyingkir ke wilayah tersebut karena menghindari dakwah yang dilakukan oleh mertua Ario Abdillah itu sendiri. Warga sekitar danau tersebut memeluk ajaran Budha sudah sejak Kerajaan Sriwijaya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang sangat kuat pada masanya. Bahkan hampir seluruh penduduk Sriwijaya dapat dibudhakan secara penuh.

Namun, ditangan Ario Abdillah, warga sekitaran danau yang kuat agama Budhanya tersebut dapat pindah dan masuk kedalam agama Islam. Kesuksesan dari Ario Abdillah ini dinilai karena Ario Abdillah sendiri sejak kecil merupakan penganut Hindu Budha yang cukup kuat.Justru dari pemahaman Ario Abdillah atas seluk-beluk ajaran Budha tersebutlah yang memudahkan Ario Abdillah dalam memengaruhi warga sekitaran danau yang memiliki pemahaman Budha yang cukup kuat. Setelah kesuksesan Ario Abdillah dalam menyebarkan Islam di Palembang tersebut berujung diangkatnya Ario Abdillah sebagai patih oleh Ratu Sunuhung Ning Sakti. Setelah diangkatnya Ario Abdillah menjadi patih oleh ratu tersebut kemudian Islam dengan cukup mudah tersebar di kawasan Palembang bahkan hingga sampai ke Jambi dan Bengkulu.
 

6         Referensi

  1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
  2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
  3. Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
  4. Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
  5. Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya