Ilmu: Nutrisi Alami untuk Hati

 
Ilmu: Nutrisi Alami untuk Hati
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pexels

Laduni.ID, Jakarta – Ilmu bukan hanya sebagai bekal akal dalam menjelajahi kehidupan, lebih jauh lagi, ilmu laksana makanan sehat yang dibutuhkan tubuh untuk terus hidup.  

وَقَالَ فتح الموصلي رَحِمَهُ اللَّهُ أَلَيْسَ الْمَرِيضُ إِذَا مُنِعَ الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ وَالدَّوَاءَ يَمُوتُ قَالُوا بَلَى قَالَ كَذَلِكَ الْقَلْبُ إِذَا مُنِعَ عَنْهُ الْحِكْمَةُ وَالْعِلْمُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ يَمُوتُ

“Fath Al-Maushili berkata, ‘Bukankah orang sakit ketika tidak makan, minum dan mengkonsumsi obat bisa menyebabkan kematian? Begitu pula hati ketika tidak mendapatkan hikmah dan ilmu selama tiga hari akan mati.’”

Menanggapi perkataan tersebut, Imam Ghazali berkomentar:

وَلَقَدْ صَدَقَ فَإِنَّ غِذَاءَ الْقَلْبِ الْعِلْمُ وَالْحِكْمَةُ وَبِهِمَا حَيَاتُهُ كَمَا أَنَّ غِذَاءَ الْجَسَدِ الطَّعَامُ وَمَنْ فَقَدَ الْعِلْمَ فَقَلْبُهُ مَرِيضٌ وَمَوْتُهُ لَازِمٌ وَلَكِنَّهُ لَا يشعر به

[أبو حامد الغزالي، إحياء علوم الدين، ٧/١]

"Perkataan Fath Al-Maushili tersebut benar. Karena makanan hati adalah ilmu dan hikmah, serta dengan keduanya lah hati bisa hidup sebagaimana makanan menjadi asupan bagi tubuh. Orang yang tidak mendapatkan ilmu, maka hatinya akan sakit dan pasti akan mati meski pemilik hati tersebut tidak menyadarinya."

Dewasa ini, segala informasi yang berkaitan dengan ilmu agama sudah sangat mudah didapatkan. Dengan penggunaan media sosial yang masif, seseorang dapat dengan mudah mengakses ilmu agama melalui kajian online atau pun akun media sosial para ustaz dan kiai. Kajian atau majelis ilmu yang diselenggarakan secara online akan sangat memudahkan seseorang dalam mencari ilmu.

Selain menjadi sumber nutrisi bagi hati, ilmu dapat membuat hati menjadi semakin lembut. Keluasan ilmu yang dimiliki tak lantas membuat seseorang menjadi sombong, angkuh, atau bahkan menggunakan ilmu tersebut untuk menyalahkan orang lain.

Hadirnya ilmu bukan untuk menyalahkan orang lain, namun menjadi media memperbaiki diri lebih baik lagi. Semakin banyak ilmu seseorang, maka perilakunya semakin rendah, merasa bodoh, dan tak tahu apa-apa. Jika ilmu yang diperoleh menjadikan seseorang angkuh, mudah menyalahkan, dan merasa paling benar, maka sudah saatnya mencari ‘dokter’ lain.

Sumber: Unggahan FB Ustaz Abdul Wahid Al-Faizin


Editor: Daniel Simatupang