Kisah KH. Abdul Karim Hasyim, Ngaji pada Mbah Muttamakkin Kajen

 
Kisah KH. Abdul Karim Hasyim, Ngaji pada Mbah Muttamakkin Kajen
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – KH. Abdul Majid atau yang sering dikenal dengan KH. Abdul Karim Hasyim adalah salah satu mantan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Beliau merupakan anak keenam Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah.

Keluasan ilmu yang beliau miliki tak perlu diragukan lagi, suatu ketika pernah beliau bergabung ke dalam Partai Golkar. Sekitar tahun 1970-an, masuknya Gus Karim ke Partai Golkar menimbulkan kontroversi dikalangan pesantren saat itu.

Masuknya beliau ke Partai Golkar juga bukan tanpa alasan, Gus Karim melihat Partai Golkar sebagai lahan subur untuk tumbuhnya Islam. Oleh karena itu, beliau masuk menjadi kader Partai Golkar bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk media dakwah.

Gus Karim adalah sosok yang cerdas, beliau dididik dan dibina oleh orang-orang mulia, salah satunya adalah Mbah Muttamakkin. Suatu hari, Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari menitipkan Gus Karim kepada Kiai Nawawi Kajen agar dapat belajar kepada para kiai di Kajen, Pati.

Setelah dititipkan dan tinggal selama seminggu di kediaman Kiai Nawawi, Gus Karim tiba-tiba pamit pulang. Beliau merasa telah menyelesaikan belajarnya selama di Kajen. Mendengar pengakuan tersebut Kiai Nawawi bingung, Kiai Nawawi bahkan belum sama sekali mengajar Gus Karim. Bahkan Gus Karim juga belum ikut belajar kepada kiai Kajen lainnya.

Awakmu ngaji opo, Gus?” (dirimu ngaji apa gus?) tanya Kiai Nawawi bingung.

“Jurumiyyah, Kiai,” jawab Gus Karim.

“Yang ngajar siapa?” Kiai Nawawi makin bingung.

“Tidak tahu, orang sepuh (yang ngajar),” Gus Karim lalu menggambarkan sosok yang mengajar Jurumiyyah kepada beliau.

Setelah mendengar dan mengetahui siapa yang mengajar Gus Karim, dengan perasaan kaget dan takjubnya, Kiai Nawawi melepas Gus Karim pulang ke Tebuireng.

Beberapa waktu kemudian, Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari datang tiba-tiba ke Kajen. Kedatangannya tersebut tidak lain ialah meminta penjelasan kepada Kiai Nawawi terkait kepulangan Gus Karim yang begitu cepat.

“Kenapa anakku kau pulangkan, Kang?” Mbah Hasyim menggugat.

“Padahal dulu Thohir kau titipkan kepadaku, juga kuterima,” sambung Mbah Hasyim.

“Bukannya saya pulangkan Kiai, tapi sepertinya Gus Karim sudah cukup ngajinya di Kajen,” kata Kiai Nawawi dengan tak enak hati.

“Lho, cuma seminggu memangnya kau ajari apa?” tanya Mbah Hasyim.

“Bukan saya yang ngajari, Kiai,” jawab Kiai Nawawi.

“Lha, siapa?” tanya Mbah Hasyim dengan bingung.

“Mbah Mutamakkin (Kajen), Kiai,” jawab Kiai Nawawi.

Sumber: ittiba.nahdliyin


Editor: Daniel Simatupang