Menjiwai Kepribadian Nabi Muhammad SAW dalam Kehidupan Sehari-hari

 
Menjiwai Kepribadian Nabi Muhammad SAW dalam Kehidupan Sehari-hari
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebagaimana kita tahu, bahwa status Nabi Muhammad SAW adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta ini. Bukan hanya sebagai manusia terbaik, tapi adalah makhluk atau ciptaan terbaik Allah SWT. Karena itu, tidak heran jika kemudian ada seorang sarjana dan penulis Barat, Michael Hart, menempatkan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh terbaik dunia dan paling berpengaruh sepanjang masa di antara 100 tokoh lainnya.

Di dalam Al-Qur'an kita tahu Allah SWT berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)

Demikian hebat dan beratnya posisi Nabi Muhammad SAW itu, tentunya dibutuhkan kapasitas dan kualitas diri yang mumpuni. Di antara kualifikasi yang dimiliki Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang mengagumkan. Dengan kepribadian tersebut beliau teladan bagi seluruh umat manusia.

Allah SWT berfirman:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam: 4)

Demikian gambaran Al-Qur'an, dengan tegas menyatakan kualitas kepribadiannya. Beliau adalah The Real Living Al-Qur'an. Pribadi yang menjadi role model, uswah atau teladan utama bagi umat manusia.

Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam menggambarkan kepribadian Nabi Muhammad SAW yang sangat luhur.

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Pada gilirannya, kepribadian Rasulullah SAW ini menjadi modal utama untuk misi menyempurnakan akhlak manusia (li utammima makarimal akhlaq).

Secara psikofisiologis, seorang sahabat pernah menggambarakan sosok Nabi Muhammad SAW dengan kalimat, "Kana Rasulullah ahsanannasi khalqan wa khuluqan", bahwa Rasulullah Saw adalah manusia yang terbaik secara khalq (lahir) dan khuluq (bathin). Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW adalah manusia sempurna dalam segala aspek, baik lahiriah maupun bathiniah.

Gambaran secara fisik, Hindun bin Abi Halah mendeskripsikan sifat-sifat lahiriah, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia yang sangat gagah, indah dan berwibawa, yang wajahnya bercahaya bagaikan bulan purnama. Badannya tinggi sedang, postur tubuh Nabi tegap, rambutnya ikal dan panjang tidak melebihi daun telinganya, warna kulitnya terang, dahinya luas. Alisnya memanjang halus, bersambung dan indah. Sepotong urat halus membelah kedua alisnya yang akan timbul saat marahnya. Hidungnya mancung yang bagian atasnya berkilau cahaya, janggutnya lebat, pipinya halus. Matanya hitam, mulutnya sedang, giginya putih tersusun rapi. Dadanya bidang dan berbulu ringan.

Lehernya putih, bersih dan kemerah-merahan. Perutnya rata dengan dadanya, bila berjalan, jalannya cepat laksana orang yang turun dari atas. Bila menoleh, seluruh tubuhnya menoleh. Pandangannya lebih banyak ke arah bumi ketimbang langit, sering merenung. Rasulullah SAW mengiringi sahabat-sahabatnya di saat berjalan, dan beliau jugalah yang memulai salam.

Sedangkan secara psikis, Mushthofa Al-‘Adawi dalam kitabnya, Fiqhul Akhlak mengatakan, “Dan telah terhimpun pada diri Rasulullah sifat-sifat yang terpuji seperti malu, dermawan, pemberani, berwibawa, sambutan yang baik, lemah lembut, memuliakan anak yatim, baik batinnya, jujur dalam ucapan, menjaga diri dari perkara yang mendatangkan maksiat, suci, bersih, suci dirinya dan segala sifat-sifat yang baik.”

Jadi kepribadian Qur'ani Nabi Muhammad SAW adalah perpaduan antara khalq dan khuluqan yang indah berkharisma. Pribadi yang mulia dihadapan Allah dan seluruh makhluk.

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memadukan takwa kepada Allah dengan sifat sifatnya yang mulia. Karena takwa kepada Allah dapat memperbaiki hubungan antara seorang hamba dengan penciptanya, sedangkan akhlak mulia dapat memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Jadi, takwa kepada Allah akan melahirkan cinta seseorang kepada-Nya dan akhlak yang mulia dapat menarik cinta manusia kepadanya.

Lalu bagaimanakah kita dapat meneladani kepribadian Nabi Muhammad SAW sebagai bukti iman dan cinta kita kepada-Nya? Dalam konteks ini, maka sebagai seorang Muslim yang baik adalah dengan meneladani akhlaknya yang mulia itu. Melaksanakan anjurannya dan menjauhi segala hal yang dilarang. Tidak lain semua itu dengan berlandaskan cinta kita kepada sosok makhluk terbaik, kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad SAW. Sebab Allah SWT telah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 31:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 01 Desember 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Rakimin Al-Jawiy (Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Editor: Hakim