Tasawuf dan Pembebasan

 
Tasawuf dan Pembebasan
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Ngawi – Memasuki zaman di mana manusia sudah tidak mengikatkan diri pada yang gaib, itu artinya membebas dengan rasionalitas, meski karena keterpaksaan atau keterasingan memilih yang riil. Manusia punya pilihan bebas dalam memaknai hidupnya meski ditemukan sudah tidak bersama dengan kredo agama. Sebab spiritualitas tidak hanya dari sumbu ajaran agama atau superioritas para utusan Tuhan, melainkan pencarian rasa batin untuk kemudian menuangi "lubang" jiwanya.

Kini manusia, sudah tidak tertarik pada substansi dan pendalaman nilai benar dari agama. Agama bisa ternilai dari seberapa banyak ungkapan-ungkapan dan simbol agamis semata. Seperti penggiringan pada "kopong"-nya inti ajaran, menjauhkan dari hakikat seoalah tengah mendekatkan pada rontoknya spritualitas agama.

Problem manusia relasinya agama, hidup dan harapan-harapan hidup sepertinya selalu nampak menghindari makna yang benar beragama. Semakin tertarik pada pengakuan-pengakuan interpersonal sebagai yang saleh dan agamis dengan dukungan media online. Miris sekaligus kritik atas kebiasaan-kebiasaan ini yang tercipta melalui proses formalitas dan institusionalisasi agama.

Dasar Tasawuf

Mengenai tasawuf, beberapa sufi menyandarkan pengertian dan dasar-dasarnya kepada ayat-ayat Al-Quran. Ajaran tasawuf diidentikkan dengan ajaran Islam walaupun agama lain juga memiliki hal yang serupa dengan tasawuf. Berikut adalah ayat-ayat Al-Quran yang berkenaan dengan dasar tasawuf menurut para sufi:

ولله المشرق والمغرب فاينما تولوا فثم وجه اﷲ ان الله واسع عليم

Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 115)

و اذا سالك عبادي عني فاني قريب اجيب دعوۃ الداع اذا دعان

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

ولقد خلقنا الانسان و نعلم ما توسوس به نفسه و نحن اقرب اليه من حبل الوريد

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qof: 16)

Jalan Tasawuf

Menurut Imam Abu al-Qosim al-Junaidy bahwa jalan tasawuf yang harus diikuti itu dengan paripurna dan lengkap, terutama sesudah melewati kemampuan menguasai kesempurnaan atas aqidah dan syariat.

Tasawuf, dibangun dengan delapan adab dan akhlaq para Nabi, yaitu kedermawanan kanjeng Nabi Ibrahim Alaihissalam (As), keridhaan Kanjeng Nabi Ishaq As, kesabaran kanjeng Nabi Ayyub As, isyarahnya kanjeng Nabi Zakariya As, keterasingan kanjeng Nabi Yahya, pakaian wol (shuf) kanjeng Nabi Musa As, pengembaraan kanjeng Nabi Isa As, dan kefakiran (faqir ila rahmatillahi) Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib Ra (radliya Allahu anhu) telah memberi keterangan bahwa jalan tasawuf yang dilalui perlu mengenalinya dengan ilmu batin, dan ilmu batin itu efektifitasnya pada kemanfaatan dan kemaslahatan makhluknya gusti Allah SWT, Sang sayyid ini mengutip sabda Rasulullah SAW.

العلم علمان فعلم باطن في القلب فذلك هو العلم النافع

Yang dimaksud ilmu batin dan tentunya yang bermanfaat menurut ulama sufi adalah salah satu rahasia Allah SWT yang dimasukkan oleh Allah ke dalam hati para kekasihnya (auliya) sekali-kali tidak bisa diketahui oleh manusia dan jin, (bahkan) malaikat sekalipun.

Ilmu batin inilah yang kita maksud sebagai petunjuk dalam memasuki dan menapaki jalan tasawuf.

و علّمناه من لدنّا علما

“kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami.”

Tasawuf Mencerahkan

Berawal dari determinasi lingkungan orang beragama acapkali menemukan jawaban atas permenungannya dari guru, sahabat dan agen ideologis. Memposisiksn sebagai yang terpisah dalam wilayah batiniyah seseorang justru mengantarkan pada taklidisme buta. Kebenaran selalu tercermin pada kesucian sang figur tertentu.

Dalam ajaran kaum sufi, aqidah adalah yang paling fundamental dijadikan standar baku, dan bersihnya aqidah menjadi syarat memasuki wilayah sufisme yang luas. Kemudian sudah sempurnanya menjalankan syariat, maka sufisme adalah tapal batas dari proses kontemplasi (muroqobah ila Allahi) dengan Tuhan.

Dalam perspektif ulama Ahli Sunnah wal Jamaah, tasawuf menghindari zindiq, meluaskan "wadah" batiniyah, mengamalkan syariat. Tasawuf yang benar tidak akan keluar dari dasarnya, yakni al-Quran dan hadis. Sebab tasawuf adalah jalan menuju kemuliaan dari kehinaannya prahara hidup.

Imam al-Jariri (w. 311 H) yang dikutip dari kitab al-Risalah al-Qusyairiyyah telah mengajarkan ke kita bahwa:

الدخول في كل خلق سنيّ و الخروج من كل خلق دنيّ

Artinya: “Masuk dalam setiap moral yang luhur dan ke luar dari setiap yang rendah.”

Memecah Kedangkalan

Jika ditanya, siapakah orang yang memiliki jiwa merdeka? Merekalah yang kini tengah memasuki jalan tasawuf, di mana mereka melepas belenggu ikatan batin atas manusia untuk kemudian tercurahkan atas Tuhannya.

Waktu bagi mereka (kaum sufi, ahli tarekat) adalah rasa manis dan tenang bersama Tuhannya dalam mabuk cinta denganya.

Kemerdekaan yang hakiki yang dirasakan para sufi adalah hikmah dari mujahadahnya mendekati sang pencipta. Karena itulah sang sufi tidak tengah mendiami dangkalnya paham agama. Namun kemahaluasan yang ditarik oleh wilayah ketuhanan yang maha luas.

Orang sekarang seandainya tahu bahwa jalan sufisme adalah jalan lurus menuju hakikat kemerdekaan dan nikmatnya "bersama" yang maha agung mungkin akan berbondong-bondong jika saja hal itu cepat diraih dan tampakan yang bagus menggiurkan. Tapi, tasawuf adalah sisi lain dari perjalanan murid-murid sufi menggapai makom kemuliaan dan ketinggian derajat hamba di sisi Tuhannya.

Dalam hidup yang pasti adalah kematian. Sementara kaum sufi dan para murid-murid sufi menikmati kematian sebagai cara untuk bertemu kekasihnya yaitu gusti Allah SAW, Sang pencipta alam semesta.

Ciujung, 1 November 2021

Oleh: Hamdan Suhaemi – Wakil Ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten


Editor: Daniel Simatupang