Biografi Imam Abdullah bin Abu Bakar Al-Aydrus

 
Biografi Imam Abdullah bin Abu Bakar Al-Aydrus
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Daftar Isi Biografi Imam Abdullah bin Abu Bakar Al-Aydrus

1.         Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Wafat
1.3       Keluarga
1.4       Nasab Beliau

2.         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Guru Beliau
2.2       Murid Beliau

3.         Karya Beliau

4.         Nasehat Beliau

5.         Referensi

Laduni.ID, Jakarta – Beliau As Sayyid Syarif Muhyiddin, Imam para wali shaleh, sandaran utama para qutub, maha guru, tempat pertolongan para wali besar, pemimpin para wali. Abdullah bin Abu bakar bin Abdurrahman Assegaf, julukan beliau adalah Abu Muhammad dan julukanya adalah Al Aydrus yang berarti tokoh ahli tasawuf.

1. Riwayat Hidup dan Keluargai

1.1 Lahir

Beliau dilahirkan pada tanggal 10 Dzulhijah tahun 811 H

1.2 Wafat

Beliau Imam Abdullah bin Abu Bakar Al Aydrus meninggal dunia sewaktu dalam perjalanannya menuju Syihir di sebuah daerah yang bernama Abul, pada hari Minggu sebelum Dhuhur tanggal 12 Ramadhan tahun 865 H, dalam usia 55 tahun.

1.3       Keluarga

Beliau meninggalkan empat orang anak laki laki yaitu : Abu Bakar Al Adani, Alawy, Syeikh, Husain, Ruqaiyah, Khadijah dan Ummu Kaltsum.

Ibu ketiga anak perempuan beliau dan Abu Bakar Adeni bernama Aisyah binti Syeikh Umar Al Muhdar, Husain ibunya adalah Ummu Hani binti Ali Bamudrik, kalau puteri beliau yang bernama Bahiyah ibunya dari keluarga Ba Hajir, Syeikh ibunya dari Dhalfan, sedangkan Alwy ibunya dari keluarga Ba Hajir.

1.4       Nasab Beliau

Al-habib Imam Abdullah Al-Aydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

2.         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Guru

Beliau mempelajari Al Qur’an pada As Sayyid Al Mukasyif Muhammad bin Umar Ba’alawy, menimba ilmu fiqih dari Al Faqih Sa’ad bin Ubaidillah bin Abi Ubaid, Al Faqih Abdullah Baharawah, Amar dan ulama lainnya.

Beliau mempelajari kitab Tambih, Minhaj, dan Al Khulasah bahkan buku buku ini beliau pelajari berkali-kali, beliau sangat mencintai dan memiliki I’tiqat pada para penulisnya.

Beliau menimba ilmu Tasawuf dari pamanya Syeikh Umar Al Muhdar dan mendapat pendidikan langsung dari pamannya, beliau mempelajari buku-buku imam Ghazali terutama kitab Ihya’ Ulumuddin, dikarenakan banyak membaca buku ini hampir saja beliau hafal di luar kepala, beliau banyak memuji buku ini dan penulisnya.

2.2       Murid Beliau

Di antara yang menimba ilmu tarekat dari beliau adalah saudara beliau Syeikh Ali, Syeikh Umar bin Abdurrahman Shahibul Hamrah ia menulis menulis mengenai beliau dalam bukunya yang berjudul Fathurrahim Rahman, Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Bawazir, Syeikh Al Allamah Abdullah bin Ahmad Ba Katsir Al Makki.

3.         Karya Beliau

Kitab Al Kibritul Ahmar dan syarah atas qasidah pamanya Syeikh Umar Al Muhdar, beliau pernah berkata : “Ah! Ah! Telah mengalir di hatiku beragam ilmu yang tidak dapat dijelaskan.”

4.         Nasehat Beliau

Di antara nasehat beliau ialah saksikanlah bahwa orang yang masuk dalam sima’ ia berada dalam bahaya, bahkan seorang arif tidak boleh berputar-putar dalam sima’ itu sebelum seluruh alam semesta telah berputar dalam denyutan hatinya. Berikut adalah kumpulan nasehat-nasehat beliau :

  1. Peraslah tubuhmu dengan bermujahadah dalam ibadah agar kamu menghasilkan darinya minyak yang murni.
  2. Seorang hamba tidak mencapai penghambaan kepada Allah kecuali ia tidak mengucapkan sesuatu melainkan telah mendapat izin tuhannya dan hatinya telah terbebas dari seluruh makhluk.
  3. Barangsiapa yang menginginkan keberhasilan hati dari Allah hendaknya ia menangis di tengah malam.
  4. Waktu akhir malam merupakan waktu sangat berharga, istimewa dan halus sekali hampir tidak dijumpai gantinya.
  5. Barangsiapa yang teguh bermujahadah pasti ia akan menemukan rahasia illahi.
  6. Inti dari segala perbendaharaan anugerah Allah terletak pada kesungguhan bermujahadah kepada Allah.
  7. Membagi waktu untuk beribadah merupakan dasar utama bahkan permata abadi yang tidak bisa ditemukan dalam sumber kekayaan alam duniawi maupun ukhrawi kecuali bagi seorang yang telah diberi taufik oleh Allah.
  8. Waktu yang paling banyak curahan rahmatnya adalah antara dhuhur dan ashar, antara maghrib dan isya, pertengahan malam akhir, dan setelah subuh.
  9. Segala kebaikan dan dasar utama setiap pangkat dan keberkahan terletak pada banyaknya mengingat alam kubur, kematian dan orang-orang yang telah mati.
  10. Letak keridhaan Allah dan Rasul-Nya pada pembacaan kitab Ihya’ Ulumuddin.
  11. Meninggalkan perbuatan mengumpat merupakan pengendalian diri, meninggalkan adu domba merupakan kekuatan dan berprasangka baik merupakan bagian kewalian.
  12. Duduk dengan orang yang berdzikir kepada Allah merupakan Mukasyafah.
  13. Seluruh kebaikan terletak pada diam diri.
  14. Gunakanlah pikiranmu karena di dalamnya terdapat rahasia khusus.
  15. Jangan tinggalkan sedekah setiap malam meski sebesar biji sawi.
  16. Jagalah pembacaan Al Qur’an siang dan malam.
  17. Tanda kebahagiaan, perolehan taufik, ilmu dan amal adalah budi pekerti yang luhur karena itulah yang menghidupkan hati.
  18. Tanda kecerdasan adalah berdiam diri, tanda rasa takut adalah banyak bersedih, tanda penghargaan adalah banyak ibadah, tanda kezuhudan adalah sifat qana’ah, tanda kedermawanan ialah berkorban untuk berbuat baik dan meraih ridha Allah, dan tanda taubat adalah banyak menyesal.
  19. Tinggalkanlah sima’ karena tidak bisa mendekatkan kepada Allah bagi para murid terutama di zaman ini.

5.       Referensi

Riwayat Hidup Para Wali dan Shalihin (Penerbit: Cahaya Ilmu Publisher).

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya