Biografi Imam Muhammad bin Ali Mauladawilah

 
Biografi Imam Muhammad bin Ali Mauladawilah
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Daftar Isi Biografi Imam Muhammad bin Ali Mauladawilah

1.         Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Wafat
1.3       Keluarga

2.         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Guru Beliau

3.         Teladan
3.1       Sosok Auliya yang Paling Banyak Menerima Karunia-Karunia Allah swt

4.         Karamah Beliau

5.         Nasehat-nasehatnya

6.         Referensi

Laduni.ID, Jakarta - Beliaulah seorang tokoh maha guru dan pembesar para sufi Authad yang membuat akal orang-orang kagum akan cahaya dan rahasia Beliau, Al Imam Al Arif Billah Jamaluddin Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Alwy bin Sayyiduna Faqihul Muqoddam.

1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir

Imam Muhammad bin Ali Mauladawilah lahir dan dibesarkan di kota Tarim. Sejak kecil, ia telah ditinggal mati sang ayahnya. Sehingga ia diasuh dan dibesarkan oleh sang paman, Sayid Abdullah.

1.2 Wafat

Beliau wafat pada hari senin tanggal 10 Sya’ban tahun 765 H, Beliau meninggalkan empat orang putera dan seorang puteri. yaitu,

1.3 Keluarga

Anak-Anak Beliau

  1. Syekh Abdurrahman Assegaf
  2. Alwy
  3. Ali
  4. Abdullah

2.       Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Guru Beliau

Selama dalam asuhan sang paman itulah ia benar-benar mendapatkan pendidikan dan asuhan yang terbaik. Maka wajarlah bila dalam usia remaja ia telah mempunyai ilmu yang tinggi, manis budi pekerti dan ketakwaan yang tinggi. Sebagaimana para ulama dan auliya’ dari Hadramaut.

Beliau juga suka berkelana ke berbagai negeri untuk beribadah dan menimba ilmu. Sewaktu menunaikan ibadah haji dan umrah, ia menyempatkan diri untuk mukim di Madinah sembari belajar agama, khususnya bidang fiqh.Tidak banyak disebutkan, ia belajar tentang dunia tulis menulis, tetapi setiap ilmu syariat yang ia pelajari maka ia selalu mengamalkannya. Karena itu, tidak heran bila ia mendapat kemuliaan seperti yang didapat para ulama kenamaan.Setiap namanya disebut, maka setiap orang yang mendengar akan senang hatinya.

3.       Teladan
3.1       Sosok Auliya yang Paling Banyak Menerima Karunia-Karunia Allah swt

Beliau adalah sosok ulama yang tawadhu’, banyak melatih diri dan membebaninya dengan berbagai amal kebajikan dan ibadah. Kebanyakan amalan yang ia lakukan adalah amalan yang berhubungan dengan hati, bahkan ia selalu menyembunyikan amal-amal ibadahnya dari manusia yang lain, lebih-lebih dari keluarganya sendiri.

4. Karamah Beliau

Beliau dikenal sebagai sosok yang mendapat keajaiban saat menerima pancaran cahaya Ilahi yang terkadang jasad Beliau dapat bergoyang seperti air, suatu hari dikala Beliau mengalami hal ini, Beliau terkena tusukan seperti sebuah jari yang menimbulkan lubang di tubuhnya dan lubang itu tetap melekat di tubuh Beliau hingga hari wafatnya.

Ketika wafat tubuh Beliau bergetar, hingga terlintas di benak Anaknya, Kalau orang ahli sufi yang wafat tidak seperti ini keadaannya, seketika itu juga Beliau mengungkap isi hati Anaknya sambil membuka mata dan berkata, Hal ini hanyalah dzikir dalam hatiku.

Syekh Abdurrahman Assegaf berkata, Ayahku berkata,Aku mengenal pada diriku tiga hal, Aku tidak benci kematian karena di dalamnya terdapat pertemuan dengan kekasihku yaitu Allah swt, Aku tidak takut miskin karena Aku yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih dekat daripada apa yang ada di tanganku dan Aku tidak benci kamu meski Aku harus bermalam dalam keadaan lapar.

Menjelang wafatnya Beliau mengucapkan dua bait syair ini:

Sesungguhnya rumah yang engkau diami
Tidak membutuhkan lampu cahaya
Wajahmu yang menjadi harapan merupakan bekal kami
Di hari engkau mendatangi manusia dengan berbagai bukti.

Syekh Al Kabir Muhammad bin Hasan Al Muallim berkata, Aku bersaksi bahwa Syekh Muhammad bin Ali Mauladawilah berdiri di hadapan Allah setelah wafatnya dan Ia mendapat seruan ini sebanyak tiga kali

     يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ ٱلۡكَرِيمِ ٦

Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.(Qs Al Infithaar,6)

Sejak masa kecilnya Beliau sudah memiliki kekeramatan yang luar biasa,di antaranya suatu kali di penjara oleh guru ngajinya bersama anak-anak kecil lainnya dalam sebuah ruangan,disana Beliau menampakkan buah-buah kurma dan beberapa ekor belalang bakar, mereka memakannya hingga kenyang, lalu mereka memperlihatkan sisanya kepada guru.

Suatu kali sebuah alat tukang besi patah lalu dibawa ke hadapan Beliau dan cukup Beliau meludahinya alat tersebut sudah tersambung kembali berkat air liurnya. Sebuah kapal mengalami lubang bocor di tengah lautan India, sedangkan Beliau kala itu berada di kota Syihir, cukup Beliau menutupi lubang itu dengan bajunya dan kemudian Beliau memeras baju tersebut ternyata air laut keluar dari bajunya.

Suatu kali ketika paman Beliau Syekh Abdullah Ba’alawy mengunjunginya tubuh Beliau bergetar, setelah tenang waktu itu telah dikumandangkan iqamah untuk sholat lalu Beliau langsung menunaikan sholat tanpa wudhu kembali, ada sebagian orang yang mengkritik Beliau akan hal ini dengan alasan bahwa wudhu Beliau telah batal, Beliau hanya menjawab, Demi Dzat Allah sungguh Aku telah meminum dan Aku telah berwudhu dari telaga Kautsar, Beliau membuktikannya dengan menggerakkan janggutnya dan meneteslah air darinya.

Lalu Beliau mengatakan, Sebenarnya telah turun padaku anugerah kebesaran Ilahi yang mana bila di emban oleh gunung pasti hal itu membuatnya hancur lebur.

Melihat hal ini Al Faqih Ali bin Silim yang tadi mengingkari sholat Beliau karena dianggapnya tanpa wudhu menjadi terheran-heran, Ia sendiri seorang Sholihin dan termasuk murid Syekh Abdullah Ba’alawy.

Pernah diceritakan, Suatu hari Beliau pernah mendatangi rumahnya sambil memegang tiangnya dan berkata kepada seisi rumah, Bawalah keluar seluruh isi perkakasnya dan keluarlah kalian darinya, merekapun melakukan perintah Beliau setelah itu Beliau melepaskan tiang rumah sambil menjauh dan ternyata rumah itu runtuh tetapi mereka telah selamat.

Putera Beliau yang bernama Alwy berkata, Aku pernah menanyai Ayahku tentang ritual kumpulan ahli tasawuf mendengarkan bacaan qosidah (Sama’), Beliau menjawab, Tidaklah kami bangun dan gerak didalamnya melainkan telah kami hilangkan dunia dan akhirat dari hati kami,pertama yang nampak adalah dunia lalu kami hilangkan, selanjutnya muncullah akhirat lalu kami hilangkan, setelah kami hilangkan keduanya tiada yang tersisa kecuali Allah swt dalam hati kami, disitulah yang ada dalam hati kami.

Imam Alwy ini berkata, Ayahku berkata, pada mulanya kami berdzikir kepada Allah dengan menggabungkan lisan dan hati, lalu hilanglah huruf-huruf pada lafadznya, lalu hilanglah bacaan lisan dan yang tersisa adalah secuil cahaya dalam hati yang terhubung kepada Allah swt.

Dikala Beliau membaca ayat-ayat tentang siksa Allah lisan Beliau tidak tergerak seakan-akan bara api hingga terlihat pada kedua bibirnya tanda kemerahan bekas terbakar, bahkan bila Al Qur’an diambil darinya saat membaca, Beliau tidak merasakannya dikarenakan Beliau benar-benar konsentrasi di dalamnya.

Beliau tinggal selama 20 th sholat subuh dengan sisa wudhu sholat isya’. Meski telah wafat terkadang masih saja terlihat di alam nyata, Beliau pernah berkata, Tidaklah Aku membeli sesuatu melainkan barang itu berkata kepadaku, belilah aku. Beliau berkata, Aku pernah bermimpi melihat Nabi saw memakaikan Aku pakaiannya sedangkan Beliau saw duduk di atas jubahku.

Terkadang keluarganya menjumpai Beliau di kota Tarim dan Ajiz padahal Beliau berada di kota Syihir. Riwayat kehidupan Beliau masih banyak, keadaannya selalu di hiasi oleh hal-hal yang luar biasa, Aku pernah mendengar guru kami penyusun qosidah ini mengatakan, Sayyid Muhammad bin Ali ini memiliki sesuatu rahasia yang tidak dimiliki oleh orang lain.

4. Nasehat-nasehatnya

”Sesungguhnya aku tidak takut menjadi miskin, sebab aku yakin bahwa karunia yang ada di sisi Allah lebih dekat dari apa yang ada ditanganku.

Sesungguhnya aku tidak membenci kematian,sebab seseorang yang membenci kematian maka ia membenci untuk bertemu dengan Allah. Aku tidak pernah membenci tamu meskipun aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku berikan.”

Disebutkan suatu saat ketika ia hendak tampil menjadi imam shalat di masjid Ba’alawi, sebagian orang mencegahnya dan salah seorang dari mereka berkata dengan ketus kepadanya, ”Engkau seorang Arab dusun, engkau tidak pantas menjadi imam!”

Setelah selesai mengimami shalat, maka beliau dengan sangat tenang dan santun kemudian menerangkan sebuah surat di Al-Qur’an dengan keterangan yang mempesonakan para pendengarnya. Cara penyampaian yang penuh kelembutan dan penerangan yang gamblang membuat mereka sadar, bahwa ia adalah sosok seorang ulama yang berilmu.

Beberapa hari menjelang kematiannya, ia pernah mengucapkan bait-bait puisi tanda kecintaan kepada baginda Rasulullah SAW, ”Sesungguhnya setiap rumah yang engkau (Rasul) tempati, tidak butuh adanya lampu penerangan. Wajahmu yang bersinar adalah hujjah kami, pada hari ketika manusia mendatangkan berbagai macam hujjah.”

5. Referensi

Riwayat Hidup Para Wali dan Shalihin (Penerbit Cahaya Ilmu Publisher).

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya