Khutbah Jumat: Makna Hakikat Atsar Al Sujud dalam Al Qur’an

 
Khutbah Jumat: Makna Hakikat Atsar Al Sujud dalam Al Qur’an
Sumber Gambar: Foto ist

KHUTBAH 1

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan solat berjamah

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Di dalam Al Qur’an manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan tugas beribadah. Hakikat ibadah adalah sikap tunduk dan patuh kepada zat yang maha menciptakan. Dalam beribadah, manusia dituntut untuk berusaha mengikuti hukum dan aturan-aturan Allah dalam menjalankan hidup dan kehidupan. Dilihat dari jenisnya, Ibadah dibagi menjadi dua, ibadah mahdlah yakni ibadah khusus yang telah ditetapkan oleh Allah tata cara dan perinciannya, seperti wudhu, puasa dan haji. Yang kedua adalah ibadah ghairu mahdlah yang merupakan ibadah umum yang semua amalannya diperbolehkan dalam pelaksanaannya. Adapun jenis ibadah ini adalah muamalah, belajar, bekerja, zikir, tolong menolong dan lain-lain.

Dari sekian banyak ibadah, sholat mempunyai keistimewaan tersendiri. Sebagaimana Rasulullah SAW menjadikan sholat sebagai tiang agama. Dimana sholat ditempatkan menjadi ibadah yang sangat penting, karena agama tidak akan berdiri dengan tegak kecuali dengan mendirikan sholat. Dan yang lebih penting lagi sholat merupakan ibadah seorang hamba Allah yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat nanti. Hal in sesuai dengan hadis Nabi:

عن أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :  إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ : انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Amalan hamba yang pertama kali dihisab hari kiamat adalah sholat, jika sholat itu bagus, dia beruntung dan berhasil, jika cacat dia menyesal dan merugi. Bila sholat wajibnya tidak sempurna, Allah SWT berkata, ”Lihatlah apakah hamba-Ku punya amalan sunnah sehingga bisa menutupi amalan wajibnya, dengan demikian tertutup segala amalnya.”  (HR. at-Tirmidzi).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sholat merupakan ibadah sekaligus proses komunikasi antara makhluk (manusa) dan Tuhannya. Dengan ibadah sholat, manusia mendapatkan ketaqwaan dan ketenangan. Bahkan dengan ibadah sholat manusia dapat terhindar dari perbuatan atau prilaku yang buruk.

Dalam pelaksanaan sholat terdiri dari beberapa gerakan, salah satunya adalah sujud. Gerakan sujud merupakan symbol tunduk atau patuh. Hal ini tercermin dalam gerakan sujud yang meletakkan kening di tanah. Gerakan sujud dalam sholat posisi kepala sebagai manusia bagian tertinggi kemudian diletakkan sama rendah dengan telapak kaki. Hal ini menunjukkan bahwa sujud merupakan bentuk ketundukkan tertinggi seorang hamba terhadap Tuhannya.

Dalam bersujud beberapa orang terkadang memiliki jidat yang hitam karena seringnya bersujud. Hal ini tetera dalam surat Al Fath ayat 29:

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ (٢٩)

Artinya: “Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sebagian besar dari ayat ini menjelaskan tentang kemenangan Nabi Muhammad pada peperangan. Ketika surat ini turun, Nabi Muhammad sangat gembira, karena menjelaskan kemenangan dan berisi tentang kesmpurnaan nikamt Allah pada nabi Muhammad. Hal ini juga dijelaskan oleh al-Bukhari dalam hadisnya, yakni “sesungguhnya telah diturunkan kepadaku suatu surah yang benarbenar lebih aku cintai daripada seluruh apa yang disinari matahari

Terkait dengan makna atsar al-sujdu dalam ayat ini ada beragam pendapat dari para ulama. Menurut Al Biqa’I, kata atsar al-sujud pada ayat diatas adalah tidak dipahami dalam arti bekas yang terlihat di dahi seseorang yang bisa jadi merupakan akibat seringnya dahi tersebut bersentuhan dengan benda keras.

Dalam ayat diatas juga dijelaskan bahwa atsar sujud atau bekas sujud adalah tanda yang terlihat pada wajah seorang muslim yang melaksanakan sholat semata-mata mencari karunia dan ridha Allah. namun pemaknaan bekas sujud ini menimbulkan banyak pemahama dan penafsiran. Pertama bekas sujud diartikan sebagai tanda-tanda yang tampak pada kening karena sering sujud dalam sholat. Kedua menurut Ibnu Katsir bekas sujud tersebut merupakan sebuah ketampanan. Pemahaman ini berdasarkan kepada pendapat ulama salaf yang mengatakan bahwa kebaikan itu merupakan cahaya dalam hati, sinar pada wajah, keluasan rizki dan kecintaan dalam hati manusia, seseorang yang menyembunyikan rahasia Allah akan menampakkan pada wajah dan lisannya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam Tafsir Al Misbah Karya Muhammad Quraish Shihab dijelaskan secara umum tentang ayat ini hampir sama dengan makna konteks aslinya. yakni bekas sujud yang dimaksud adalah bekas yang ada pada dahi seseorang yang kemungkinan bekas tersebut muncul karena seringnya dahi bersentuhan dengan benda yang keras. Kemudian dari segi makna makna athar as-sujud dari segi makna, yakni tanda-tanda yang tidak lepas dari mereka seperti bekas sujud yang menimbulkan rasa wibawa, penghormatan, dan rasa kekaguman bagi siapapun yang melihatnya. Kemudian dilanjutkan dengan kutipan pendapat dari Abu Darda’ yakni: ketika melihat seseorang memiliki tanda diantara kedua matanya seperti bekas bersentuhan dengan benda keras, kemudian ia berkomentar tentang memaknai kata atsar as-sujud yakni melihat bekas sujud pada dahi seandainya tidak ada, maka ia lebih baik, karena dapat menghindarkan diri dari sifat riya’ (sombong). Quraish Shihab juga menyertakan makna atsar al-sujud dalam kitab Firdaus, yakni “Rasulullah bersabda: “sesungguhnya aku membenci seseorang dan tidak menyenanginya kalau aku melihat diantara kedua matanya (dahinya) bekas sujud.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Jadi Atsar al Sujud atau bekas sujud tidak hanya bermakna adanya warna hitam pada kening bekas sujud. Namun lebih dari itu makna bekas sujud lebih luas lagi yakni pancaran dari wajah yang menimbulkan ketenangan hati. Kemudian menimbulkan pengaruh pada jiwa dan sikap berupa kerendahan hati dan sikap terpuji dalam bebagai hal. Bekas sujud juga akan ditunjukkan pada hari kiamat sebagai pembeda orang yang menjaga sholatnya.

Selain itu, Sujud yang benar akan mampu melahirkan energi positif berupa atsar sujud yang benar secara fisik dan secara batin. Umar bin Abdul Azis, sang khalifah arif terkenal, tidak pernah mau menggunakan sajadah di dalam shalat. Tidak perlu kita mempermasalahkan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan yang sering kita lakukan. Kita tentu berharap agar kualitas sujud kita melahirkan atsar sujud yang ibyadh al-wujuh. Untuk itu, kita perlu meningkatkan kualitas sujud kita dari yang secara fisik sujud (al-sajid), menjadi secara spiritual, dan total sujud (al-sujud).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

بارَكَ اللهُ لِي ولَكُمْ فِي الْقُرْءانِ الْعَظِيمِ  ونَفَعَنِي وإِيَّاكُمْ مِنَ الْآياتِ  وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ أَقُلُ قَوْلِي  هذا وَأَسْتَغفِرُ اللهَ لِيْ ولَكُمْ ولِجَمِيعِ الْمٌسلِمِين فاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه تعالى جَوادٌ كَرِيمٌ مَلِكُ بَرٌّ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

KHUTBAH 2

سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ.اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنا على عَبْدِكَ  ورَسُولِك محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَااتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ. ( أمّا بعدُ ) فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تعالى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وما بَطَنَ وحافَظُوا على الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا  أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تعالى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَة ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسلمينَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ. ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ  اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ

DOA KHUTBAH

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلمُسلِمينَ والمُسلماتِ والمُؤْمنينَ والمُؤْمِناتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ.

_________________________
Oleh:  Ahmad Baedowi, M.Si.