Kerugian Orang yang Tidak Memanfaatkan Ilmunya

 
Kerugian Orang yang Tidak Memanfaatkan Ilmunya
Sumber Gambar: Ilustrasi/Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Seseorang datang mengadu kepada Habib Abdullah al-Haddad perihal sesuatu yang memberatkanya ketika akan berbuat baik dan begitu gampang ia tergoda pada kenikmatan syahwat sesaat. Padahal sejatinya ia cintai pada kebaikan dan tidak menyukai keburukan.

Lantas Al-Habib pun menjawab, “Perlu diketahui bahwa masalah tersebut disebabkan oleh empat perkara, salah satunya adalah al-Jahlu (ketidaktahuan). Sedangkan solusinya adalah mendaya-gunakan ilmu yang di miliki, meskipun hanya sedikit.”

Dari apa yang didawuhkan Al-Habib, dapat dijelaskan bahwa ilmu memiliki dua pemetaan. Pertama ialah ilmu yang bermanfaat/memiliki daya guna, dan ilmu yang tidak dimanfaatkan (bukan tidak bermanfaat). Contoh dari ilmu yang tidak dimanfaatkan ialah ketika seorang pengendara motor menerobos lampu merah, sedangkan ia memiliki ilmu bahwa menerobos lampu merah adalah sebuah pelanggaran.

Hal-hal negatif yang menimpa seseorang kerap kali terjadi atas ulahnya sendiri. Ia menomor duakan anugerah Allah berupa ilmu, nalar, serta kesadaranya demi ego atau kenikmatan sesaat.

Oleh karenanya, Rasulullah pernah berdoa:

أللهم إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا.

 “Ya Allah, sungguh aku berlindung padamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang lengah, dari jiwa yang kurang bersyukur dan dari doa yang tidak didengar.”

Doa Rasulullah tersebut ternyata menyiratkan makna yang sangat mendalam. Doa itu seakan memberi sinyal tentang tiga dampak negatif dari ilmu yang tidak bermanfaat secara berurutan dan sistematis. Tiga dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketika seseorang tak lagi memiliki prinsip atau pegangan hidup (mengamalkan ilmu) maka jiwanya akan mudah tergiur, emosi tidak stabil, mudah stres dan lain sebagainya. 

2. Jika sudah begitu, efek selanjutnya adalah jiwa yang selalu haus dan merasa kekurangan, ambisi yang tak berkesudahan, serakah serta mudah merendahkan dan mencibir orang lain.

3. Seseorang yang lebih memilih jalan bengkok dengan acuh pada ‘rambu-rambu lalu lintas’ hukum Tuhan. Tak lagi peduli mana halal mana haram, mana baik mana buruk, pada akhirnya ia akan bertemu dengan jalan buntu. Lantas ia pun "berdoa", memanggil dan meminta tolong. Baik pada Allah atau Pada teman sejawatnya. Namun panggilan-panggilannya kurang didengar dikarenakan telah banyak pihak yang merasa dirugikan dan tersakiti oleh keputusan-keputusanya.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah pernah berkisah:

ثم ذكر الرجلَ يُطيل السفر، أشعث، أغبر، يمد يديه إلى

 السماء: يا رب، يا رب، ومطعمه حرام، وملبسه حرام، وغُذي بالحرام، فأنَّى يُستجاب له؟! رواه مسلم.

Nabi mengisahkan Seorang laki-laki yang telah melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya kumuh penuh debu. Kemudian lelaki ini menengadahkan tanganya ke langit sembari berdoa “Ya Rabb Ya Rabb”, akan tetapi perkakas rumahnya bersumber dari uang haram, pakaian yang ia kenakan dari harta haram dan ia hidup dari makanan haram. Bagaimana mungkin doanya akan didengar?

Bagi saya, kisah diatas adalah perlambang atau sanepan tentang seseorang yang telah menjalani kehidupan yang cukup panjang, memiliki segudang ilmu dan pengalaman, relasi dimana-mana, usaha sukses namun semua itu ia raih dengan cara yang kurang jujur. Akhirnya ia baru tersadar setelah jatuh terpeleset, dan akhirnya dengan sisa-sisa tenaganya, ia pun melayangkan doa.

"Rambut acak-acakan" mengisyaratkan kekacauan logika berpikir di saat tak ada lagi yang bisa ia andalkan. Sedangkan "baju Kumal berdebu" melambangkan kondisi Ruhaninya yang begitu kotor dan tak terawat.

Semoga hadirnya tahun baru hijriyah ini membawa warna baru bagi perjalanan hidup kita dan semoga kita selalu dalam lindungan dan bimbingan-Nya.

Porong, 9 Muharram 1443/18 Agustus 2021

(sekedar catatan singkat atas kitab Al nafais Al ulwiyyah karya Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad, halaman 23)


Editor: Daniel Simatupang