Mengungkap Keikhlasan dan Karomah Gus Dur

 
Mengungkap Keikhlasan dan Karomah Gus Dur
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Kisah mengenai Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selalu menarik untuk disimak. Kisah keteladanan dan berbagai hal tentangnya terasa tidak pernah habis ditelan zaman. Termasuk kisah mengenai keikhlasan Gus Dur berikut karomahnya, layaknya sumur yang terus mengalirkan air dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Dalam tulisan ini akan dipaparkan kisah menarik mengenai hubungan Gus Dur dan Mbah Maimoen Zubair yang belakangan diungkapkan ke publik dalam banyak kesempatan. Adalah KH. Marzuqi Mustamar yang pernah bercerita tentang hal itu dengan penuh semangat dalam ceramahnya. 

Dalam ceramahnya, KH. Marzuqi menyatakan bahwa memang banyak yang menganggap kalau Mbah Kyai Maimoen Zubair itu seperti bermusuhan dengan Gus Dur. Padahal hakikatnya, ternyata tidak sama sekali. Sebab Mbah Maimoen pernah mengungkap secara terang-terangan dalam acara seribu hari Gus Dur di Jombang, bahwa Gus Dur itu adalah sosok yang membantunya ketika sedang mempunyai hajat mantu. Gus Dur membantu sebanyak-banyaknya, entah berapa nominal pastinya, tetapi menurut Mbah Maimoen itu sangat banyak. 

Kira-kira perbincangan di antara Gus Dur dan Mbah Maimoen sebagaimana disampaikan oleh KH. Marzuqi Mustamar adalah sebagaimana berikut ini:

"Yai, kewajiban saya (Gus Dur) membantu anda, sudah. Sekarang tinggal kewajiban Anda (Mbah Maimoen)," kata Gus Dur

"Apa, Gus?" tanya Mbah Maimoen

"Kewajiban anda, menutupi amal kebaikanku. Jangan diomongkan ke orang, jangan sampai ketahuan. Terserah, cara Anda untuk menutupinya. Kelihatan seperti memusuhi saya, terserah Anda. Asalkan amal saya tidak diketahui manusia. Cukup saya dengan Gusti Allah saja," jawab Gus Dur.

Pengakuan ini memang baru diungkap setelah Gus Dur wafat, sebab termasuk dianjurkan syariat adalah menyebut kebaikan-kebaikan orang yang telah wafat. 

Memang sepertinya Mbah Maimoen dan Gus Dur bermusuhan. Tidak pernah selaras, alias saling berbeda pandangan. Namun, jika diperhatikan dengan seksama hubungan beliau berdua itu sangatlah dekat. Sebagaimana diketahui bahwa sosok yang memimpin pemakan Gus Dur tidak lain adalah Mbah Kyai Maimoen Zubair, bahkan acara baca tahlil di hari ketujuh dan di seribu hari Gus Dur juga beliau. Jadi, sebenarnya kedua kyai besar tersebut hanyalah bersandiwara saja dalam bermusuhan, yang dimaksudkan untuk menutupi amal kebaikan Gus Dur itu. Demikianlah kepribadian seorag wali yang sesungguhnya itu. 

Berbeda dengan orang biasa, sedikit saja yang disumbangkan ke orang, tapi dengan lantang ingin diumumkan amalnya itu. Apalagi kalau sedang dalam musim pemilu. 

Selain kisah di atas, KH. Marzuqi Mustamar juga mengungkap bahwa dulu ketika Gus Dur masih hidup pernah mampir di Malang. Ketika itu Gus Dur menemui seseorang bernama Agus di Kelurahan Jatikerto dan menitipinya tiga koper. Gus Dur mengatakan agar koper tersebut tidak dibuka kecuali beliau telah meninggal dunia. Perintah tersebut dilaksanakan dengan patuh oleh Agus. 

Saat Gus Dur dikabarkan meninggal dunia, maka akhirnya koper yang dititipkan kepada Agus tadi dibuka sebagaimana wasiat dari Gus Dur sendiri. Ternyata, Masya Allah... isinya 3 Milyar.

Uang 3 Milyar itu sudah dimasukkan dalam amplop. Tugasnya Agus disuruh membagikan pada anak-anak yatim dan janda-janda miskin di Malang. Dan anehnya di amplop tersebut sudah ada nama-nama anak yatim dan alamatnya.

Demikianlah keikhlasan dan karomah Gus Dur ditampakkan. Bagaimana mungkin tahu nama anak yatim segitu banyak, jika semua itu bukan merupakan karomah dari Allah SWT. Padahal Gus Dur di Jakarta, anak-anak yatimnya di Malang. Beliau tahu semua alamatnya. Betapa ikhlasnya beliau. Beramal sebesar 3 Milyar, tetapi tidak boleh diumbar dan diomong-omongkan. Kalau belum meninggal tidak boleh dibuka. Tentu berbeda sekali dengan kita yang ketika misalnya menyumbang 3 ribu saja, tetapi terkadang tetap minta diumumkan. 

Al-Fatihah untuk Gus Dur dan KH. Maimoen Zubair. Semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat-Nya kepada beliau berdua. Amin. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Marzuqi Mustamar. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Agustus 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim