PPKM Bukan Kendala untuk Bersilaturahim

 
PPKM Bukan Kendala untuk Bersilaturahim
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Hari raya merupakan momen spesial untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Bahkan tak jarang sebagian masyarakat menunggu momen ini berbulan-bulan demi membalas rasa rindu mereka dari tempat perantauan. Namun tak lepas dari takdir Allah bahwa hari raya tahun ini (Idul Fitri dan Idul Adha) masih dalam masa pandemi. Kegiatan perkumpulan hingga mudik demi berkumpul dengan keluarga di kampung halaman terpaksa terbatas, tak leluasa seperti hari-hari biasa sebelum singgah wabah ini.

Kini, dengan keterbatasan ini orang-orang menyadari betapa spesialnya silaturrahim, berkumpul bersama kerabat dan saling mengunjungi. Lantas apakah tidak ada jalan keluar bagi mereka yang ingin menyambung tali persaudaraan, meskipun jasad mereka saling berjauh-jauhan? Adakah solusi bagi mereka yang selalu ingin menjaga silaturrahim mereka pada masa pandemi seperti ini?

Tentu saja ada. Media sosial yang hampir setiap orang menggunakannya adalah solusinya. Mudahnya cara penggunaannya membuat semua kalangan dari masyarakat dari tua, muda, besar, kecil dapat mengaksesnya. Bisa kita sebut dengan silaturrahim virtual.

Mengenai masalah ini, seorang ulama dari Tarim, Hadhramaut, Yaman, Habib Muhammad bin Alwi al-Aydrus menyusun kitab an-Niyat. Kitab yang menghimpun niat-niat dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang asalnya bukan ibadah murni, termasuk menggunakan internet.

Berikut redaksi niat lengkap menggunakan internet (media sosial) versi Habib Muhammad al-Aydrus, seorang ulama yang berjuluk “Khadimul Qur’an” ini:

وَمَعَ نِيَّةِ التَّعَلُّمِ وَالتَّعْلِيْمِ نَوَيْتُ مَا نَوَاهُ سَيِّدِي الحَبِيْبُ عَبْدُ القَادِرِ السَّقَّاف وَمَا نَوَاهُ سَيِّدِي الحَبِيْبُ عُمَرُ بْنُ حَفِيْظ وَمَا نَوَاهُ سَيِّدِي الحَبْيْبُ عَلِي الجُفْرِي وَمَا نَوَاهُ سَادَاتُنَا مِنَ السَّلَفِ الصَّالِحِ, وَزِيَارَةَ إِخْوَانِي فِي اللهِ فِي كُلِّ مَكَانٍ, وَالسُّؤَالَ عَنْهُمْ وَعَلَى أَحْوَالِهِمْ وَعِيَادَةَ المَرِيْضِ مِنْهُمْ وَتَعْزِيَةَ أَهْلِ مَنْ مَاتَ مِنْهُمْ, وَالتَّعَرُّفَ عَلَى أَهْلِ اللهِ وَكُلِّ مَا يُوَصِّلُنِي إِلَى اللهِ مِنْ مَعْلُوْمَاتٍ وَفَوَائِدَ دُنْيَوِيَّةٍ وَأُخْرَوِيَّةٍ تَرُدُّ إِلَيَّ فِي سُلُوْكِي إِلَى اللهِ وَالاِنْتِفَاعِ بِالاِنْترْنِت فِي مَا يُرْضِي اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَنُذْكَرُ عِنْدَ حَضْرَةِ الرَّبِّ جَلَّ وَعَلاَ.

“Selain niat belajar dan mengajar, aku juga niat seperti yang telah diniatkan oleh Sayyidii al-Habib Abdul Qadir as-Segaf, Habib Umar bin Hafizh, Habib Ali al-Jufri (para ulama yang memanfaatkan internet untuk berdakwah, penj), dan apa yang telah diniatkan oleh para ulama salaf shalih. (Aku niatkan pula) untuk mengunjungi saudara-saudaraku di jalan Allah, di mana pun mereka berada, bertanya tentang mereka dan kabar mereka, mengunjungi yang sakit, bertakziah pada keluarga mereka yang telah meninggal dunia. (Aku niatkan pula) untuk mengenal lebih jauh orang-orang yang dicintai Allah, dan mempelajari segala hal yang dapat mengantarkan aku pada Allah, baik berupa informasi, keuntungan duniawi dan ukhrawi, yang dapat mengembalikan perilakuku pada Allah, memanfaatkan internet untuk hal-hal yang membuat ridha Allah dan Rasulullah, dan agar kita disebut di hadirat Allah 'Azza wa 'Ala.”

Syahid atau Stressing-nya:

“(Aku niatkan pula) untuk mengunjungi saudara-saudaraku di jalan Allah, di mana pun mereka berada, bertanya tentang mereka dan kabar mereka.”

Namun sebenarnya apa saja faedah silaturrahim yang hampir kebanyakan orang tidak mengetahuinya, bahkan mungkin mengetahuinya namun mereka melalaikannya?

Sebelum mengetahui faedah silaturrahim, sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk memenuhi hak sanak kerabatnya dengan bersilaturrahim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ

“Dan penuhilah hak kerabat kalian!” (QS. al-Isra’: 26)

Nah, dengan melaksanakan perintah Allah ini, ia termasuk dari golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ واليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه. رواه البخاري

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia menyambung tali persaudaraannya.” (HR. Bukhari)

Di antara faedah silaturrahim ialah panjang umur, luas rezeki dan menolak bentuk kematian yang buruk (su’ul khotimah). Rasulullah SAW bersabda, 

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَيُوَسَّعَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُدْفَعَ عَنْهُ مِيتَةُ السُّوءِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. رواه أحمد.

“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya dan dicegah dari bentuk kematian yang buruk, maka hendaknya dia bertakwa kepada Allah dan menyambung tali persaudaraannya.” (HR. Ahmad)

Dengan adanya pahala yang begitu besar dalam sebuah ibadah, maka sebaliknya, ada hukuman yang berat bagi siapa yang meninggalkannya. Apabila orang yang menyambung tali persaudaraannya mendapat pahala yang besar, maka orang yang memutus tali persaudaraannya hukumannya juga berat. Dalam sebuah hadits, Rasulallah saw. bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ. رواه مسلم

“Orang yang memutus tali persaudaraan akan masuk Neraka.” (HR. Muslim)

Tak cukup sampai di sini, bahkan bahayanya orang yang memutus tali persaudaraan ini juga menjalar orang yang ada di sekitarnya. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda,

إنَّ الرَّحْمَةَ لا تَنْزِلُ على قَوْمٍ فِيهِمْ قاطِعُ رَحِمٍ

“Sesungguhnya rahmat tidak turun kepada suatu kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan tali persaudaraannya.”

Apabila rahmat saja tak akan turun kepada suatu kaum karena ada orang yang memutus tali persaudaraannya di dalamnya, maka bagaimana keadaan orang itu sendiri? Bagaimana hukuman Allah nantinya kepadanya?

Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein memberikan wasiat kepada beberapa putra beliau yang berbunyi, “Janganlah kalian menemani orang yang memutus tali persaudaraan! Karena aku mendapatinya dilaknat di tiga tempat di dalam al-Qur’an.”

Maka setiap individu dari setiap muslim wajib berhati-hati dari memutus tali persaudaraan ini, karena hukumannya disegerakan oleh Allah sebelum orang tersebut meninggal. Rasulullah SAW bersabda,

أَسْرَعُ الْخَيْرِ ثَوَابًا الْبِرُّ وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَأَسْرَعُ الشَّرِّ عُقُوبَةً الْبَغْيُ وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ. رواه ابن ماجه

“Kebaikan yang paling cepat pahalanya adalah berbuat baik pada orang lain dan silaturrahim. Sedangkan keburukan yang paling cepat hukumannya adalah aniaya/kezaliman dan memutus tali silaturrahim.” (HR. Ibnu Majah)

Oleh karena itu, marilah kita perkuat tali persaudaraan kita dengan keluarga, saudara-saudara kita. Perbaiki hubungan kita yang bermasalah. Jangan biarkan setan, hawa nafsu menggoda kita agar tidak menyambung silaturrahim dengan sanak saudara. Tak peduli apabila ada seorang dari kerabat kita yang berbuat buruk, memperlakukan diri kita dengan tidak baik, karena hubungan tali persaudaraan ataupun silaturrahim tetap harus disambung, meskipun mereka memutus hubungan tersebut.

Rasulullah SAW bersabda,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا. رواه البخاري

“Bukanlah orang yang menyambung tali persaudaraan itu karena membalas budinya, akan tetapi sejatinya orang yang menyambung tali persaudaraan itu apabila dia diputuskan hubungannya dengan kerabatnya, dia menyambungnya (tali persaudaraan).” (HR. Bukhari)

Semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita untuk mudah berbuat baik. Juga memudahkan kita untuk menyambung dan menjaga tali silaturrahim kita dengan kerabat kita, meskipun dalam masa pandemi seperti ini.

Allah selalu menjaga keluarga, kerabat dan guru-guru kita semua di mana pun mereka berada. Yang sakit segera diberikan kesembuhan, dan yang sehat semoga selalu diberikan sehat wal afiat dan berkah umurnya. Aamiin.

Mukalla, 11 Dzulhijjah 1442 / 21 Juli 2021

Oleh: Muhammad Ali Fikri – Mahasiswa Tingkat 4, Fak. Ushuluddin, Imam Shafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.


Editor: Daniel Simatupang