Persahabatan Gus Dur dan Pramoedya Ananta Toer

 
Persahabatan Gus Dur dan Pramoedya Ananta Toer
Sumber Gambar: Gus Dur bersama Ananta Pramoedya Toer (Foto: Insistpress)

Laduni.ID, Jakarta- Presiden RI ke 4, Kyai Abdurrahman Wahid atau populer disapa Gus Dur merupakan tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus sosok figur multidimensi. Satu dimensinya yang banyak dikenali adalah pergaulannya yang cukup luas, tanpa sekat dan tidak memandang latar sosial bahkan latar ideologi seseorang.

Satu diantaranya adalah hubungan uniknya dengan sastrawan ternama, Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan produktif yang menghasilkan beragam novel dengan sajian berlatar sejarah dengan sudut pandang apik dan tajam. Mas Pram begitulah sapaannya, rupanya juga dekat dan akrab dengan Gus Dur.

Suatu ketika, pada Rabu, 27 Oktober 1999, Presiden Gus Dur mengundang Mas Pram untuk datang ke Wisma Negara, Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta.

Seusai bertemu Gus Dur, Pram langsung meninggalkan istana. Beberapa hari kemudian, ketika ditemui di tempat tinggalnya di Jakarta, Pram antara lain mengatakan, pembicaraan dengan Gus Dur berkisar tentang masalah kelautan di Indonesia.

“Presiden banyak tanya soal pendapat saya tentang laut dan perikanan. Dalam kabinet yang dibentuk beliau ada Departemen Kelautan dan Perikanan. Mungkin dalam sejarah pemerintahan di Indonesia baru kali ini ada departemen yang khusus mengurus laut dan ikan,” kata Pram.

Menurut Pram, sebagaimana ditulis J Osdar, wartawan senior Kompas, saat itu Gus Dur tertarik dengan tulisannya yang bicara mengenai laut. “Saya menulis yang berkaitan dengan laut dalam novel Gadis Pantai yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris The Girl from the Coast,” ujar Pram.

Satu diantara novel itulah yang membuat Gus Dur tertarik untuk membahas dimensi kelautan di wilayah nusantara. Menurut Gus Dur, filosofi tentang laut yang dikemukakan Pram cukup menarik. “Dalam novel Pram, saya menemukan kutipan semacam ini, “…..laut tetap kaya tak kan kurang, cuma hati manusia semakin dangkal dan miskin,” kata Gus Dur.

Barangkali, pertemuan keduanya itulah yang membuat Gus Dur meneguhkan keputusannya membentuk Departemen Kelautan dan Perikanan yang sebelumnya tidak pernah ada sepanjang perjalanan pemerintahan Orde Baru. Wallahu a'lam bisshowab.

Sumber tulisan IG @gusdurian.ig

Editor : Ali Ramadhan