Mengenal Sufi Perempuan: Rabi'ah Al-'Adawiyah. Bagian Pertama (1)

 
Mengenal Sufi Perempuan: Rabi'ah Al-'Adawiyah. Bagian Pertama (1)
Sumber Gambar: Foto (Ist)

Laduni.ID, Jakarta –  Rabi’ah bermakna perempuan yang ke empat. Nama ini diberikan ayahnya, karena ia adalah anak perempuannya yang ke empat. Farid al-Din al-‘Atthar, sufi dan sastrawan besar, penulis buku yang sangat terkenal “Manthiq al-Thair” (Percakapan Burung), menulis kisahnya panjang lebar.

Katanya : "Rabi’ah lahir dari keluarga yang sangat miskin yang taat mengabdi kepada Tuhan. Kemiskinan keluarga itu sedemikian rupa, hingga manakala Rabi’ah lahir pada malam hari, rumahnya gelap gulita, tanpa lampu. Minyak lampu itu sudah habis. Untuk membeli minyak tanah bagi lampu juga sang ayah tak punya uang. Bahkan konon ia tak juga punya kain/popok untuk membungkus jabang bayi yang masih merah itu. Ismail, ayah Rabi'ah itu, kemudian terpaksa harus mengetuk pintu demi pintu rumah tetangganya seraya berharap memeroleh bantuan sedikit minyak tanah. Tetapi ia pulang dengan tangan kosong. Ia tak memeroleh apa yang sangat dibutuhkan bagi bayinya itu. Mendengar itu, Isterinya menangis. Meski demikian ia sendiri tak mengeluh. Ia hanya bisa pasrah atas keberadaannya, sambil terus berdo’a kepada Tuhan siang dan malam. 

Manakala Rabi’ah menjadi balita dan sudah bisa makan dengan tangannya sendiri, ia sering merenung seorang diri. Pikiran dan hatinya seperti menyimpan gelisah. Suatu hari dalam kesempatan makan bersama dengan ayah-ibu dan ketiga kakaknya, Rabi’ah diam saja. Tangannya tak mau mengambil makanan di hadapannya. Ketika sang ayah bertanya : "Mengapa kamu tak mau makan, anakku"?. Rabi’ah balik bertanya: “Apakah makanan ini diperoleh dari cara yang halal?. 

Sang ayah, ibu dan kakak-kakaknya terperangah, kaget bukan kepalang. Pertanyaan itu menakjubkan, justeru diucapkan oleh seorang perempuan amat belia.  Begitu sang ayah menjawab : "betul anakku, ini ayah dapatkan dari dan dengan cara yang halal", ia kemudian mau makan. Ia senang dan bersyukur kepada Allah. Bismillahirrahmanirrahim. 

Oleh : Husein Muhammad (Fahmina Institute). Tulisan 26 April 2020 yang diunggah kembali pada 26 April 2021.