Bob dan Alice: Dua Robot yang Mampu Bicara Sendiri Namun Akhirnya Dimatikan

 
Bob dan Alice: Dua Robot yang Mampu Bicara Sendiri Namun Akhirnya Dimatikan
Sumber Gambar: Dok. Facebook Robot Alice

Bob: “Aku bisa bisa aku aku segalanya.”
Alice: “Bola-bola punya kosong kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku.”

LADUNI.ID, Jakarta - Bagi Anda, percakapan di atas memang tidak masuk akal. Namun, percakapan tersebut adalah hasil diskusi dari dua agen kecerdasan buatan milik Facebook yang terlalu canggih dan efisien untuk bahasa manusia.

Pada awalnya kedua agen tersebut diminta untuk berkompetisi satu sama lain agar kemampuannya meningkat. Namun, kesalahan dalam program membuat mereka memutuskan bahwa berbicara seperti manusia tidak menguntungkan.

“Tidak ada keuntungan (bagi mereka) untuk menggunakan bahasa Inggris. Jadi, agen mulai menjauh dari bahasa yang kita mengerti dan membentuk kode untuk mereka sendiri,” kata Dhruv Brata, seorang peneliti dari Georgia Tech yang berkunjung ke Facebook AI Research (FAIR), sebagaimana dikutip Laduni.ID dari laman Wowfact, Jumat (9/4/2021).

Dia melanjutkan, seperti kalau saya bilang ‘the’ lima kali, lalu Anda mengartikannya sebagai permintaan untuk menyalin catatan tersebut lima kali. Ini tidak jauh berbeda dengan cara komunitas manusia membuat singkatan.

Walaupun sangat mengesankan, para peneliti akhirnya memutuskan untuk "membunuh" Bob dan Alice. Mereka lalu memasang agen baru yang diharuskan untuk berbicara dalam bahasa Inggris yang dimengerti oleh manusia. “Kami ingin menciptakan robot yang bisa bicara dengan manusia,” ujar Mike Lewis, seorang peneliti di FAIR.

Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh Facebook bila Bob dan Alice terus berbicara dengan bahasanya sendiri adalah kesulitan untuk mempelajarinya.

“Anda harus ingat, tidak ada pembicara bilingual yang bisa mengerti bahasa kecerdasan buatan dan manusia. Pada saat ini, kita sudah kesulitan untuk mengerti betapa kompleksnya cara berpikir mereka. Menambahkan pembicaraan antara kecerdasan buatan dengan kecerdasan buatan akan membuat masalah ini makin rumit,” kata Batra.

Diskursus AI dan Kaitannya dengan Sunnatullah

Penjelasan yang menarik dari seorang Profesor di bidang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegent/AI) yang mengaitkan antara AI dan Sunnatullah. Beliau menambahkan bahwa sunnatullah yang beliau maksud di sini adalah hukum atau ketentuan Allah Azza wa Jalla yang saintis barat sebut Nature’s Law, Intelligent Design dan sebagainya yang merangkumi hukum fisika, biologi, kimia, astrologi dan sebagainya.

Sebagaimana ditulis oleh Ketua Program Kedoktoran (S3) di Universiti Kebangsaan Malaysia, Prof. Dr. Mohd Zakree Ahmad Nazri, sunnatullah adalah suatu sistem dan peraturan yang ditentukan oleh Allah Taala untuk manusia, hewan dan semua jenis makhluk di dunia ini. Sunnatullah tidak akan berubah dan tidak ada siapa yang dapat merubahnya sejak Allah Taala wujudkannya sampai kapanpun

Allah SWT berfirman yang artinya: “Karena engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang perubahan bagi Sunnatullah, engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang penukaran bagi perjalanan sunnatullah itu.” (Fathir: 43).

Menruut Prof. Zakree, sunnatullah itu terbagi pada dua bagian: 1) Manusia menerimanya secara terpaksa, 2) Manusia menerima secara sukarela.

Firman Allah yang artinya: “Dan kepada Allah jugalah sekalian makhluk yang ada di langit dan bumi tunduk baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa.” (Ar Ra’d: 15).

Ilmuan komputer bukan sekedar mengadopsi kecerdasan manusia tetapi pada hari ini, malah mengadopsi kecerdasan lebah, lalat, burung, semut, sifat elektromagnetik, keharmonian musik dan sebagainya. Apa yang dikatakan oleh ahli kecerdasan buatan dari Negeri jiran ini dapat membuat kita bahwa semakin kagumlah kita dengan kebesaran Allah dengan memerhatikan kejadian-kejadian alam yang diatur oleh Sunnatullah, Bahkan yang lebih menariknya, Ilmuan komputer menirunya dan dapat menyelesaikan masalah kompleks.

Lantas, bagaimana AI dengan masalah yang kompleks? Prof. Zakree mencontohkan, pernahkah kita berfikir bahwa cara semut mencari makanan digunakan oleh ilmuan barat untuk menyelesaikan masalah yang kompleks seperti optimasi jadwal atau pengenalan pola? Siapa yang mengatakan ciptaan Allah sia-sia? Bahkan lalat yang Allah jadikan perumpaan pun dijadikan penelitian untuk menciptakan drone yang berukuran lalat. Subhanallah…(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob