Bukti Nyata Jejak Adi Poday

 
Bukti Nyata Jejak Adi Poday

LADUNI.ID, Sumenep - Pangeran Ario Baribin (Adi Poday) adalah Raja Sumenep ke-12 yang berkuasa pada tahun 1399-1415. Ia adalah suami dari Raden Ayu Saini (Potrre Koneng). Ia juga ayah dari Pangeran Secodiningrat III (Joko Tole) Raja Sumenep ke-13 yang berkuasa tahun 1415-1460 dan Agus Wedi

Pulau Sapudi tidak bisa lepas dari sosok Adi Poday, tetapi terkait kabar yang berkembang masih berdasarkan cerita-cerita rakyat. Padahal, jejak hidup Adi Poday dapat terlacak jelas. Mulai dari kediaman, pusaka peninggalan, hingga tempat peristirahatan terakhir (makam/asta) Adi Poday, nyata adanya.

Di daerah yang sekarang dinamai Desa Kaloang, Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi, Sumenep, tedapat bangunan tua yang diyakini sebagai tempat tinggal pertama Adi Poday. Di dalam banguanan tua itu, ada pusaka yang dipercaya merupakan peninggalan Adi Poday. Salah satu peninggalan tersebut berupa sebilah keris, tombak, dan sebuah colok kodi’.

Warga menyebut bangunan tua itu sebagai pesarean (rumah) Adi Poday. Mas Suryo, juru kunci Paseranan Adi Poday menceritakan bahwa Adi Poday adalah pembabat Pulau Sapudi. Nama Sapudi sendiri tidak lepas dari julukan Sepuh Dewe yang disematkan kepada Adi Poday.

“Nama Sapudi itu berasal dari kata Sepuh Dewe,” tuturnya. Asta  Adi Poday yang berada di tanah paling tinggi di Kecamatan Gayam juga menjadi bukti nyata jejak pembabat Pulau Sapudi itu. Asta Adi Poday telah direnovasi sedemikian rupa. Misalnya, lantai menuju makam telah dikeramik. Sedangkan di sekitar makam juga terkeramik dengan baik.

Makam Adi Poday sendiri berada dalam sebuah bangunan paling utara. Di luar bangunan yang menaungi makam Adi Poday, terdapat aula kecil tempat para peziarah berbincang. Masjid telah pula berdiri di areal pemakaman tokoh yang dikenal sebagai ayahanda Joko Tole tersebut.

Bukti lain yang dapat diteliti sebagai bukti nyata jejak Adi Poday yaitu keberadaan daun Lontar bertuliskan bahasa Jawa kuno. Daun lontar tersebut kini berada di tangan Abd. Rahman di Dusun Belingi Kecamatan Gayam. Sayang, tak seorang pun mampu membaca dan memahami isi tulisan di daun lontar tersebut. Padahal bukan tidak mungkin daun lontar tersebut bakal rusak dimakan zaman.(*)

***

Penulis: Ra Nobel (Kings Noberts)
Editor: Muhammad Mihrob