Mengapa Harus Ikut Imam Madzhab yang Empat? Ini Alasannya

 
Mengapa Harus Ikut Imam Madzhab yang Empat? Ini Alasannya

LADUNI.ID, Jakarta - Bila kita dihadapkan pada suatu persoalan hukum yang tidak terdapat dalilnya baik di dalam Al-Qur’an maupun hadis, maka dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk bertanya kepada orang yang berilmu atau ulama. Begini bunyi hadisnya:

ﻗﻴﻞ ﻟﻪ ﻛﻴﻒ ﻧﻔﻌﻞ ﺇﺫا ﺟﺎء ﺃﻣﺮ ﻟﻢ ﻧﺠﺪﻩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ؟ ﻓﻘﺎﻝ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﺳﻠﻮا اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻭاﺟﻌﻠﻮﻩ ﺷﻮﺭﻯ ﺑﻴﻨﻬﻢ" ﺭﻭاﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ

Ada yang bertanya kepada Nabi: "Apa yang kami perbuat jika ada masalah yang tidak kami temukan dalam Al-Qur'an dan Sunnah?" Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Tanyakan kepada orang-orang Saleh. Dan jadikan masalah itu sebagai musyawarah di antara mereka" (HR Thabrani dari Ibnu Abbas, hadis ini dikutip oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' dan di-takhrij oleh Al-Hafidz Al-Iraqi).

Setelah Islam tersebar luas, maka sebagaimana ditulis Ustadz Ma'ruf Khozin di media ini, terdapat beberapa tipikal metodologi/ sistem bermazhab, yaitu rasionalis, kelompok ahli hadis dan yang menggabungkan 2 sistem tersebut:

ﻗﺎﻝ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻣﺎ ﺯﻟﻨﺎ ﻧﻠﻌﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺮﺃﻱ ﻭﻳﻌﻠﻨﻮﻧﻨﺎ ﺣﺘﻰ ﺟﺎء اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻓﻤﺰﺝ ﺑﻴﻨﻨﺎ

Ahmad bin Hanbal berkata: "Kami (dari golongan ahli hadis) saling hujat dengan kelompok rasionalis, hingga datang Asy-Syafi'i, ia berhasil menggabungkan diantara kami" (Qadli Iyadl, Tartib Al-Madarik 1/22).

Empat Imam Madzhab Termasyhur

Dalam sistem kemadzhaban Islam, kita mengenal empat imam madzhab yang paling masyhur dan tetap relevan hingga saat ini. Keempatnya adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'I, dan Imam Hambali. Ada hal penting yang perlu diketahui tentang empat madzhab ini.

Mereka tidak pernah membaca kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bahkan menyentuhnya pun tidak pernah. Tapi penulis dua kitab tersebut, yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim justru mengikuti madzhab mereka dalam beragama. Karena dua penulis kitab hadits yang dianggap tershahih tersebut tahu, bahwa keempat Imam di atas lebih hafal dan lebih paham hadis yang shahih, serta bagaimana cara memahami dan mengamalkannya.

Jika mau, bisa saja Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak bermadzhab kepada siapa pun, dan cukup menggunakan kitabnya masing-masing sebagai pegangan. Tapi toh keduanya tetap memilih mengikuti salah satu dari keempat Imam Madzhab tersebut, karena keduanya tahu, bahwa keempat Imam itu lebih banyak hafalan hadisnya dan hidup di era yang lebih dekat dengan para tabi'in, sehingga orisinalitasnya lebih terjaga.

Selanjutnya, keempat Imam madzhab tersebut selalu mengatakan, agar jangan terlalu condong pada pendapat mereka, tapi ikutilah hadits Nabi. Namun tetap saja Umat Islam mengikuti madzhab mereka, bahkan para ulama besar semisal Imam Nawawi, Syeikh Ibnu Hajar Al-asqolani, Jalaluddin As-Suyuthi, Imam Ghazali, Ibnu Hajar Al-Haitami, Syeikh Izzudin bin Abdussalam, dan seterusnya memilih ikut Madzhab Syafi'i.

Ulama-ulama besar itu tahu bahwa, keempat Imam madzhab tersebut justru menjadikan hadis-hadis Nabi sebagai pedoman utama dalam mengambil istinbath hukum-hukum syar'i, dan keempatnya lebih tahu bagaimana cara menyelaraskan redaksi dan esensi dari hadits-hadis yang jumlahnya jutaan. Wallahu a'lamu bishshawab.(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob