Catatan KH. Ahmad Baso Menjelang Harlah NU ke-95

 
Catatan KH. Ahmad Baso Menjelang Harlah NU ke-95

LADUNI.ID, Jakarta - Menyambut Hari Lahir Nahdlatul Ulama (Harlah NU) ke-95, KH. Ahmad Baso mengungkapkan catatan harian dalam akun facebook pridadinya dengan judul Kutipan dari Buku Baru Jelang Harlah NU ke-95.

Dalam catatan tersebut, KH. Ahmad Baso mengungkapkan tentang kekuatan NU dalam tinjauan historis. Berikut catatannya.

***

Kekuatan NU dulu adalah seperti macan yang menjaga dan melindungi hutan. Tapi di era reformasi banyak yang ingin NU seperti kucing yang cukup hanya ngejar tikus.

Generasi Baru Elit NU 1955 berasal dari dua dunia jenis pendidikan sekaligus, sekolah umum dan nyantri di pondok, dan itu sudah mereka mulai sejak kecil. Jumlah mereka  sebesar 69 persen dibandingkan  kader elit NU yang hanya nyantri di pondok, yang sebanyak 22 persen.

Ini kemudian berdampak dalam kehidupan organisasi mereka pas remaja: 69 persen pernah aktif di NU dan non-NU sekaligus; 29 persen cuma di ormas NU; dan hanya 2 persen yang tidak pernah berorganisasi.

Cara pendidikan yang terintegrasi sejak usia dini, lalu cara berorganisasi yang terintegrasi di masa remaja, maka berdampak pula dalam berpolitik pas dewasa, politik integratif, yang menghimpun, merangkul dan menyatukan.

Merekalah perumus otentik "Islam dan kebangsaan", dan juga Khittah 1926 sebagai totalitas jiwa perjuangan dan kejuangan NU.

Pola Formasi Sosial-Ideologis Generasi Baru Elit NU 1999

70 persen sejak kecil hanya di pesantren atau di madrasah. Dari total 70 persen ini, yang jadi mahasiswa cuma masuk ke IAIN sebesar 35 persen, 4 persen ke luar negeri belajar, sisanya  tidak  kuliah. Dari usia dini hingga remaja pola pendidikan sudah terkotak-kotak antara umum dan agama.

Pola berorganisasi di masa muda: PMII (41,2 persen) dan Ansor (23,6 persen), IPNU-IPPNU (15,6 persen). Pas dewasa: 70,6 persen hanya berorganisasi di NU tok.

Akhirnya: pas bicara Islam dan Kebangsaan  dan Islam Nusantara, gagap dan gugup: bicara NU di level global, malah direbut kader liberal; bicara Khittah, ya adu tafsir dengan teman-teman sendiri.

Perbandingan Macam-Macam Organisasi yang Pernah Digeluti Generasi Elit NU 1955

Generasi Elit NU 1955 (selain aktif di ormas NU dan banom-banomnya): Masyumi, Muhammadiyah,  Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Jong Islamieten Bond (JIB),  Gerakan Pemuda Islam  Indonesia (GPII),  Partai Arab Islam (PAI),  Partai Islam Indonesia (PII),  gerakan buruh, gerakan perempuan,  Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), Gerakan Muslimin Indonesia (GMI), Kepanduan, Gappika (Gerakan Pemuda-pemudi Kalimantan), Persatuan Wanita Indonesia (PWI), Partai Indonesia (Partindo), Indonesia Moeda (IM),  Partai PBI (Persatuan Bangsa Indonesia), Pemuda Muslimin Indonesia (PMI), Musyawaratut Thalibin, dan PKR (Partai Kedaulatan Rakjat).

Bandingkan generasi elit NU 1999. Anda generasi 1999 atau 2004 atau generasi Jokowi 2014? Sebutkan satu per satu ormas yang pernah Anda geluti. Dan buktikan: mana yang siap bicara Islam dan kebangsaan, Aswaja dan keindonesiaan, NU dan ideologi-ideologi dunia?

***

Sumber: KH. Ahmad Baso
Editor: Muhammad Mihrob