KH. Achmad Siddiq: Ideolog Populisme NU untuk Islam Nusantara

 
KH. Achmad Siddiq: Ideolog Populisme NU untuk Islam Nusantara

LADUNI.ID, Jakarta - Kiai Achmad Siddiq Jember dan Rais Am PBNU (1984-1990) adalah salah satu kiai arsitek Khittah NU, sekaligus perumus empat pilar "kekuatan NU". Salah satu pilar itu adalah pilar jama'ah atau populisme NU. Berikut karakter populis NU itu seperti ditulis beliau di tahun 1979:

Kekuatan rakyat, jama’ah atau massa Nahdliyyin, dibuktikan dari dukungan rakyat Indonesia sebesar 18,4 persen yang  membantu mengantarkan suara Partai NU menduduki posisi ketiga secara nasional. Karaketr rakyat, massa, dan jama’ah NU ini dipotret oleh Kiai Siddiq dari dekat, seperti ditulis dalam bukunya, Khittah Nahdliyah

Sebagai jama’ah (kelompok non organisatoris), Nahdlatul Ulama memiliki pengikut dan pendukung cita-cita dan perjuangannya di luar keanggotaan resmi yang tercatat secara tertib. Mereka, para pengikut dan pendukung ini ikut serta secara sukarela dalam pelbagai kegiatan yang diadakan Nahdlatul Ulama. Mereka merasakan pula manfaat dari kegiatan-kegiatan Nahdlatul Ulama seperti pengajian umum, kelompok tahlil, dan lain sebagainya.

Mereka tidak pernah mendaftarkan diri dan tidak pernah terdaftar sebagai anggota Nahdlatul Ulama, Jama’ah Nahdliyyah, yang merupakan salah satu potensi besar bagi perjuangan dan cita-cita Nahdlatul Ulama. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Nahdlatul Ulama benar-benar berakar dan memasyarakat, sehingga eksistensinya, cita-cita dan karakteristiknya tahan goncangan sejarah.

Kiai Achmad Siddiq kemudian menyebut faktor-faktor penentu terciptanya jama’ah populisme NU yang militan itu:

Sukses yang mantap ini, bukan semata-mata karena pandainya para pemimpin Nahdlatul Ulama menciptakan taktik dan strategi perjuangan, tapi lebih banyak ditentukan oleh melembaga dan membudayanya kesamaan-kesamaan yang terdapat antara cita-cita dan karakteristik Nahdlatul Ulama dengan cita-cita dan karakteristik kaum muslimin Indonesia yang mayoritas adalah Ahlussunnah wal Jamaah.

Kesamaan wawasan keagamaan, mengikuti jejak Rasulullah SAW., bersama para sahabatnya, para tabiin, para ulama mujtahidin, dan khusus di Indonesia dilanjutkan oleh para muballighin terdahulu, terutama Wali Sanga. Nahdlatul Ulama mengikuti jejak mereka, kemudian mengembangkannya menurut irama zaman. (KH. Achmad  Siddiq, Khittah Nahdliyah, hal. 71-3).

Mau debat tentang populisme Islam-nya NU dengan Mbah Yai Siddiq? Cukup saya yang wakili. Barakah...(*)

***

Penulis: KH. Ahmad Baso
Editor: Muhammad Mihrob

_________________________
Keterangan foto: KARTANU milik rakyat tahun 1938 dari Surabaya.