Kata Siapa Mengingat Mati Harus Sedih? Ini Penjelasannya

 
Kata Siapa Mengingat Mati Harus Sedih? Ini Penjelasannya

LADUNI.ID, Jakarta - Kata siapa mengingat mati itu kudu sedih, takut, pake tangisan sendu? Kadang mengingat mati itu kudu dengan perasaan bahagia.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW satu hari ditanya,

ولما سئل صلوات الله عليه من الأكياس من الناس من هم؟ قال: أكثرهم للموت ذكراً، واحسنهم له استعداداً، أولئك الأكياس ذهبوا بشرف الدنيا ونعيم الآخرة

"Ketika Kanjeng Nabi SAW ditanya tentang siapakah orang-orang yang paling bahagia itu? Beliau SAW menjawab: Orang paling bahagia adalah yang sering mengingat kematian di antara mereka dan yang terbaik persiapannya di antara mereka untuk menghadapinya. Mereka itulah orang-orang yang bahagia, pergi membawa kemuliaan dunia dan kenikmatan akhirat."

Banyak ingat mati itu dianjurkan karena menghasilkan banyak manfaat dan faedah. Di antaranya pendek angan-angan, gak ruwet masalah dunia, puas dengan pemberian, menyukai akhirat dan suka dengan amal-amal baik. Dengan dilingkupi hal-hal baik tersebut, artinya kita punya kesempatan selamat dalam menghadapi mati. Apalagi sebutan yang pas selain kebahagiaan?

Makanya, saat kita ditakdirkan punya Islam, iman dan bisa berbuat kesholehan, kita kudu gembira, seneng dan bersyukur bener-bener atas hal itu. Karena ini sebuah kenikmatan yang sangat besar di tengah ketidaktahuan kita kapan nyawa kita dicabut. Hal itu bisa jadi harapan selamat saat tiba-tiba kematian datang. Kalo dapet duit seneng, ditakdirkan bisa melakukan kesholehan justru harusnya lebih-lebih senengnya.

Dawuh Imam Salam bin Abi Muthi',

كن لنعمة الله عليك في دينك، أشكر منك لنعمة الله عليك في دنياك

"Jadilah kamu lebih mensyukuri nikmat dari Gusti Allah berupa kesholehan dalam agamamu, daripada nikmat Gusti Allah berupa harta duniamu."

Sebaliknya, tiap kita sadar melakukan keburukan, segera tinggalkan dan kita minta ampunan betul-betul. Eh, siapa tau saat melakukan keburukan itu, mendadak kita mati. Tentu gak ada harapan selamat. Dan juga jangan pernah seneng kalo kita udah berbuat keburukan. Kali aja itu yg bikin kita macet saat sekarat.

Mugi manfaat.

***

Penulis: Fahmi Ali
Editor: Muhammad Mihrob