Lima Budaya Inovasi Jepang Menurut Prof Agus Zainal Arifin

 
Lima Budaya Inovasi Jepang Menurut Prof Agus Zainal Arifin

LADUNI.ID, Jakarta - Profesor Agus Zainal Arifin, salah satu penerima penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang Tahun 2020 menyampaikan bahwa setidaknya ada beberapa konsep yang dimiliki oleh Jepang sehingga menjadi negara yang kuat secara budaya dan masyarakat.

Konsep-konsep tersebut dijelaskan Prof Agus Zainal Arifin tentang lima konsep budaya inovasi yang dilakukan oleh Jepang. Apa lima konsep inovasi tersebut?

  1. No innovation without imitation, tidak ada inovasi tanpa imitasi.
  2. Memelihara nilai-nilai yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik.
  3. Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM).
  4. Tidak menjadi nomor satupun tidak apa-apa, yang penting menjadi yang spesial dan satu-satunya.
  5. Pengalaman adalah guru terbaik. Best practice masyarakat negara yang sudah maju seperti Jepang saya pelajari baik-baik. Kelak akan saya perkenalkan kepada shahabat-shahabat saya.

Sepertinya diskusi kami efektif. Banyak di antara murid saya atau shahabat-shahabat saya yang menyinggung pembahasan konsep itu, pada suatu saat kelak kemudian, ketika kami berjumpa kembali.

Mereka semua ini adalah hamba Tuhan dan sekaligus umat Rasulullah SAW. Mengajari mereka semua hingga pandai dan berakhlaqul karimah, niscaya akan menggembirakan Tuhan yang telah menciptakan mereka, dan sekaligus menggembirakan Rasulullah SAW yang sangat menyayangi ummatnya.

***

Untuk diketahui, Prof Agus Zainal Arifin mendapat penghargaan tersebut atas jasanya dalam peningkatan saling pengertian antara Jepang dan Indonesia. Ia memperkenalkan pemahaman mengenai Jepang di kalangan pemuda Indonesia melalui kegiatan kunjungan kepada pesantren-pesantren di Jawa Timur.

“Barokahnya silaturahmi ke pondok pesantren, dapat penghargaan dari Pemerintah Jepang. Ternyata Jepang sangat menghargai NU,” tutur Prof Agus Zainal Arifin kepada Laduni.id, Rabu (2/12/2020).

Melalui hal itu, Prof Agus Zainal akif berbagai pengalaman tentang kehidupannya di Jepang kepada pesantren-pesantren, baik kepada santri maupun guru. Hal itulah yang menurut penuturan Prof Agus bahwa Jepang sangat menghargai NU.

“Penghargaan ini juga untuk PP Annuqayah, PP Nurul Jadid, PP Qomaruddin, PP Mathoiliul Anwar, PP Ngalah, PP Tebu Ireng, PP Tambak Beras, dan shahabat-shahabat pondok pesantren di lingkungan NU,” tuturnya.(*)