Benarkah Semua Agama Itu Sama? Begini Penjelasan Gus Baha

 
Benarkah Semua Agama Itu Sama? Begini Penjelasan Gus Baha

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam sebuah buku yang berisi tentang pemikiran liberal, terdapat bagian yang menerangkan tentang semua agama itu sama. Buku ini (tanpa menyebutkan judul bukunya) ditulis oleh intelektual muslim, bahkan hingga saat ini masih ada yang menganut buku tersebut. Benarkah apa yang dikatakan buku itu? Apakah tidak berlebihan jika mengatakan bahwa semua agama itu sama?

Dalam buku tersebut, sebagaimana biasa kita temui dalam forum-forum diskusi, terdapat ayat yang jamak disalahpahami. Ayat tersebut adalah,

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ (٦٢)

Inna alladziina aamanuu waalladziina haaduu waalnnashaaraa waalshshaabi-iina man aamana biallaahi waalyawmi al-aakhiri wa'amila shaalihan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mumin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.  (Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 62).

Dalam pandangan KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, ayat tersebut sering dipahami sebagai penyamaan dan kesetaraan terhadap semua agama. Menurut ayat ini, tampaknya,  berisi tentang kesetaraan dalam agama-agama itu dan yang menjadi pembeda hanya perilaku. Seolah-olah terserah agamanya apa, yang penting beriman dan berbuat baik, balasannya adalah surga.

Dengan pemahaman seperti ini, akan menjadi kesimpulan bahwa orang Yahudi dan Nasrani kalau berbuat baik maka sama dengan Islam, sama akan masuk surga.

Padahal, jika nama Yahudi dengan makna turunan Yahuda bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim, tentunya nama tersebut adalah nama marga. Meskipun orang Palestina, Lebanon, Mekah, Madinah dan sebagainya, jika masih keturunan Yahuda dalam hal marga, maka akan tetap disebut Yahudi.

Tentunya dengan faktor keturunan demikian, meskipun dia bisa merupakan orang Islam yang baik atau orang Yahudi atau Nasrani, atau bahkan malah ateis. Maka orang tersebut tetap Yahudi, karena ia merupakan keturunan Yahudi.

Oleh karena hal itu, Gus Baha menegaskan bahwa dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 62 tersebut adalah sebutan bagi marga, yakni marga Yahuda. Jadi bukan berarti Yahudi yang anti-Islam dan anti Muhammad. Menurut Gus Baha sebelum turunnya Al-Qur’an, yang dinamakan Yahudi itu adalah orang keturunannya Yahuda. Sehingga, orang Yahuda yang baik bukan mustahil ada.

Sama juga dengan nama Israel. Dalam ceramah Gus Baha, Israel merupakan nama orang. Jadi juga ada orang Israel yang baik dan iman. Suatu saat, lahir sebuah negara yang disebut dengan Israel yang menjadi tetangga dari Palestina, sehingga orang Afrika, Amerika, Jerman dan sebagainya yang bermukim di negara tersebut dikenal dengan nama bangsa Israel. Tentu orang tersebut bukan seperti orang Israel.

Oleh karenanya jika Israel itu adalah orang yang datang kemudian, dan kita analisis, itu Bani Israel yang memang tukang merusak dunia. Itu kalau yang digambarkan dalam ayat Al-Qur’an sebagai bangsa yang jelek. Tetapi jika sebaliknya, digambarkan dalam ayat Al-Qur’an sebagai bangsa pilihan, maka hal itu lain lagi.

Oleh sebab itulah pentingnya mengaji, yakni mengetahui secara sungguh-sungguh apa yang menjadi persoalan. Sekali lagi, Gus Baha menegaskan bahwa ayat al-Qur’an tentang yaa bani israa’ila itu adalah turunan Bani Israil secara genetik, secara nasab. Jadi bukan bangsa di negara Israel yang ada pada masa sekarang itu.

Sementara itu, yang disebut dengan orang-orang Nasrani dalam Surat Al-Baqarah ayat 62 di awal tulisan ini adalah orang-orang yang pernah menolong Nabi Isa. Mereka menolong Nabi Isa karena Nabi Isa adalah orang baik sehingga ditolong. Jadi, kata Nashaaraa dalam ayat tersebut bukan orang-orang Nasrani yang trinitas, tetapi orang-orang yang akan menolong Nabi Isa waktu itu. Itulah yang dimaksud oleh Surat Al-Ma’idah ayat 82 yang berbunyi,

۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ۔ (٨٢)

Latajidanna asyadda alnnaasi 'adaawatan lilladziina aamanuu alyahuuda waalladziina asyrakuu walatajidanna aqrabahum mawaddatan lilladziina aamanuu alladziina qaaluu innaa nashaaraa dzaalika bi-anna minhum qissiisiina waruhbaanan wa-annahum laa yastakbiruuna.

Artinya: “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”

Dari penjelasan yang sangat terbatas ini, setidaknya bisa ditarik kepada sebuah kesimpulan bahwa Islam, Yahudi dan Nasrani bukan lah merupakan agama dapat disamakan atau disejajarkan. Sebab, masih terdapat banyak penjelasan tentang siapa Yahudi dan siapa Nasrani dalam makna yang sebenarnya. Akhirnya, tulisan ini merupakan sedikit pemahaman penulis mengenai apa yang disampaikan oleh Gus Baha. Semoga tulisan yang singkat ini bisa memberikan pemahaman dasar mengenai perbedaan agama-agama yang ada di dunia.