5 Hal yang Mendukung dan Mendorong Budaya Membaca Masyarakat Jepang Tinggi, Apa Saja?

 
5 Hal yang Mendukung dan Mendorong Budaya Membaca Masyarakat Jepang Tinggi, Apa Saja?

Foto: Ilustrasi (Sumber: Matcha-Jp)

LADUNI.ID, Jakarta - Sudah menjadi rahasia umum bahwa membaca seolah telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Jepang.

Membaca juga bahkan seperti menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari warga Negeri Sakura.

Beberapa data dan survey pun telah menyebutkan bahwa tingkat membaca masyarakat Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Harus diakui, hal ini cukup kontradiktif bila dibandingkan dengan kondisi atau tingkat budaya membaca di Indonesia.

Di tanah air, budaya membaca masih terbilang minim, terlebih di kalangan remaja atau usia-usia produktif.

Namun di Jepang, kebiasaan membaca telah diajarkan dan dibiasakan sejak usia dini.

Jadi tidak heran, apabila kita sering melihat orang-orang Jepang kerap menggunakan waktu senggangnya untuk membaca, termasuk saat di kereta api, nongkrong di kafe, maupun bersantai di mal.

5 hal yang mendukung dan mendorong budaya membaca masyarakat Jepang tinggi adalah :

1. Tachiyomi

Tachiyomi adalah salah satu kegiatan membaca gratisan yang dilakukan sambil berdiri di toko buku.

Di Jepang, banyak toko buku yang menyediakan buku-buku yang plastik pembungkusnya sudah terbuka, sehingga dapat dimanfaatkan oleh banyak orang untuk melakukan kegiatan tachiyomi ini.

Penjual toko buku ini pun banyak yang membiarkan begitu saja kegiatan tachiyomi ini.

Ia tidak takut merasa rugi akibat banyaknya pembaca yang berniat membaca gratisan tersebut.

Ia malah berprinsip, semakin ramai tachiyomi yang ada di tokonya maka semakin banyak kemungkinan orang tersebut membeli buku pada keesokan harinya atau hari lainnya.

2. Sekiguchi

Di Jepang, ada satu program televisi shopping, namun jangan salah, channel shopping ini bukan seperti pada umumnya.

jika di Indonesia televisi shopping hanya untuk keperluan jual beli properti, alat kecantikan, atau perabot rumah tangga, di Jepang acara belanja melalui televisi ini dikhususkan untuk menjual buku terbitan terbaru.

Acara ini disebut sekiguchi.

Melalui acara ini, para penonton tinggal melihat review buku tersebut saat program berlangsung dan memesan melalui telepon.

3. Kewajiban 10 Menit Baca Buku di Sekolah

Menurut Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, kebiasaan membaca di Jepang diawali dari sekolah.

Para guru mewajibkan para siswa untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun.

Para ahli pendidikan Jepang mengakui bahwa pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di mana terdapat reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan aturan tersebut.

Namun, pembiasaan yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, karena dilakukan pada anak-anak sejak usia dini.

4. Ruang Publik Baca

Di Jepang, terdapat banyak sekali ruang publik yang umumnya dibuat untuk membaca.

Meskipun sambil nongkrong ataupun minum kopi, masyarakat kerap memanfaatkan fasilitas publik itu untuk membaca.

Termasuk pula di dalam alat transportasi alias angkutan umum.

Jika kebanyakan orang masa kini selalu sibuk dengan ponsel pintarnya saat berada di transportasi umum, maka kita akan disuguhi pemandangan yang berbeda saat berada di Jepang.

Hampir kebanyakan orang di sana selalu membaca buku atau komik saat bepergian untuk mengusir rasa bosan.

5. Toko Buku yang Menjamur

Menurut data dari Bunkanews, jumlah toko buku di Jepang adalah sama dengan jumlah toko buku di Amerika Serikat.

Padahal, dari sisi luas wilayah, Negeri Paman Sam memiliki wilayah 26 kali lebih luas dan berpenduduk dua kali lebih banyak daripada Jepang.

Penulis, Firman Hedriansyah