Kisah Teladan Gus Dur yang Kebaikannya Tak Ingin Diketahui Orang

 
Kisah Teladan Gus Dur yang Kebaikannya Tak Ingin Diketahui Orang

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan ini akan mengulas tentang sebuah teladan dari Gus Dur yang kebaikannya tidak ingin diketahui orang. Juga tentang alasan mengapa Gus Dur sering ke gereja dan dekat dengan non-muslim.

  • Kisah Pertama:

Suatu ketika sahabat dekat Gus Dur, Kiai Mahfud menyampaikan fakta kepada Kiai Marzuki Mustamar tentang alasan Gus Dur dekat dengan pastur, seperti Romo Mangun.

Gus Dur berkata: “Tujuanku dekat dengan Si Romo agar dia menghentikan misi kristenisasinya.”

Diketahui Si Romo seorang misionaris, biasa mendatangi desa-desa terpencil dan membagikan sembako disertai nasihat atau ceramah ke-Kristen-an. Setelah Gus Dur dekat dengannya, kemudian diajak ke tempat tersebut. Akhirnya, Si Romo pun malu dan sungkan melancarkan misinya karena ada Gus Dur.

  • Kisah Kedua:

Gus Dur pernah ditanya oleh Kiai Marzuki tentang mengapa dirinya sering berkunjung ke geraja.

Gus Dur pun menjawab: “Apa tidak boleh aku ikut merawat umat yang tercecer? Apa kamu kira di geraja tidak ada umat Islam yang bekerja di sana? Apa salah bila di gereja aku menyampaikan kebenaran tentang Islam, agar mereka mengetahui tentang Islam yang sebenarnya, sehingga yang Muslim tetap Islam dan yang Kristen bisa masuk Islam?”

Kebiasaan Gus Dur juga bertanya dan menasihati para Muslim yang bekerja mencari nafkah di gereja.

“Kamu masih Islam, kan? Kuatkan ke-Islam-man mu!” Begitu cara Gus Dur menasihati umat Muslim agar tetap menjaga keimanannya.

  • Kisah Ketiga:

Diketahui, Gus Dur pernah ‘terlihat kontras’ dengan Mbah Maimun Zubair. Nyatanya, saat Gus Dur dipanggil Tuhan, Mbah Maimun yang memimpin salat jenazahnya.

Bahkan, saat peringatan 100 hati wafatnya Gus Dur, Mbah Maimun yang memimpin tahlil. Dan, pada saat itu pula Mbah Maimun bercerita tentang fakta yang sebenarnya, tentang hubungan Gus Dur dan dirinya.

Mbah Maimun kemudian menjelaskan bahwa semuanya adalah rekayasa Gus Dur agar kebaikannya tidak dibicarakan orang saat dirinya masih hidup. Saat Mbah Maimun mau mantu, Gus Dur menawarkan bantuan dengan catatan tidak boleh ada yang tahu. Bahkan, Gus Dur merekayasa seakan-akan hubungan keduanya sedang berselisih dan tidak harmonis.

Karenanya tidak heran jika setelah itu banyak yang mencibir Gus Dur dengan anggapan sebagai seorang santri yang sudah tidak perhatian dan taat pada kiainya. Padahal, kenyataanya tidak demikian.

  • Kisah Keempat:

Setelah peringatan 40 hari wafatnya Gus Dur, tiba-tiba ada seorang bertamu ke kediamannya Kiai Marzuki di Malang. Kemudian tamu itu memberikan piagam dan beberapa ratus sarung pemberian Gus Dur yang diwasiatkan kepada tamu tersebut.

“Kang, kok tidak diberikan saat beliau (Gus Dur) masih hidup?” Tanya Kiai Marzuki kepada tamu yang datang.

“Karena ini wasiat Gus Dur.” Ucap tamu menjawab pertanyaan Kiai Marzuki.

Lalu, kenapa pemberian Gus Dur itu musti berupa piagam dan sarung? Berikut penjelasannya:

Diketahui bahwa Kiai Marzuki telah berhasil menguasai beberapa gereja yang di daerah Malang dengan cara meng-Islam-kan orang di sana. Walhasil, gerejanya pun menjadi kosong. Lalu, Kiai Marzuki membeli gereja itu dan menjadikannya madrasah.

Nah, rupanya Gus Dur mendengar kabar tersebut dan berinisiatif memberikan penghargaan dan sarung sebagai bentuk dukungan pada Kiai Marzuki yang telah berhasil membuat mualaf jamak orang. Namun Gus Dur sengaja tidak memberikan penghargannya itu semasa hidupnya semata-mata agar kebaikannya tidak diketahui banyak orang.

  • Kisah Kelima:

Setelah peringatan 100 harinya wafatnya Gus Dur, ada tamu lagi datang ke kediamannya Kiai Marzuki. Kali ini, tamu itu menyerahkan tiga koper tas. Setelah dibuka, ternyata isi kopernya adalah uang sebanyak Rp3.000.000.000,- (3 miliar rupiah). Tentu saja bukan jumlah yang sedikit.

Kemudian tamu tersebut menyampaikan pesan bahwa uang tersebut adalah pemberian Gus Dur agar dibagikan kepada yatim piatu yang ada di Kabupaten Malang. Lagi-lagi, Gus Dur tidak mau kebaikannya diketahui banyak orang.

  • Kisah Keenam:

Setelah kejadian Bom Bali, Gus Dur sangat sedih dan bingung, memikirkan kondisi keamanan umat Muslim yang ada di sana. Kemudian, Ketua Hindu Bali diangkat menjadi Ketua Dewan Syuro PKB oleh Gus Dur. Keputusan ini ditentang banyak orang dari kalangan NU, tapi Gus Dur tetap pada pendiriannya.

Fakta yang mengejutkan bahwa respon umat Hindu di Bali pada umat Islam tetap baik-baik saja, terutama Nahdliyyin. Kemudian, saat Kiai Marzuki hendak berceramah cukup menunjukkan Kartanu, beliau pun aman berdakwah. Kabarnya, Ketua Umat Hindu itu akhirnya memilih masuk Islam.

  • Kisah Ketujuh:

Sepeninggal Gus Dur, banyak sekali ditemukan bangunan masjid dan tanah wakaf yang berasal dari pemberian beliau, tersebar di beberapa daerah hingga pulau luar bahkan sampai ke negara Kincir Angin, Belanda.

Maka sebab itulah Gus Dur dekat tokoh-tokoh non-muslim demi melancarkan strategi dakwahnya, termasuk meloloskan izin pendirian masjid di Belanda yang bahkan takmirnya adalah putera Ketua Korcap Banser Kabupaten Malang.

Terima kasih, itulah sekelumit kisah tentang Guru Bangsa yang tak lelah menegakkan nilai kemanusiaan. Beliau telah mengajarkan kita semua bahwa lebih baik dianggap buruk tapi kenyataannya baik, daripada dianggap baik tapi kenyataannya buruk.

Semoga Gus Dur damai di sana dan mendapat tempat spesial di sisi-Nya. Amin.

(Mohamad Pasya)

 


Keterangan: tulisan ini hasil rangkuman dari Intipati ceramah K.H. Marzuki Mustamar pada haul Mbah Ibrahim Asmoroqondi, Tuban.