Kekaguman Gus Baha kepada Gus Dur

 
Kekaguman Gus Baha kepada Gus Dur
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebelum hal ini diungkap, ternyata KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha memiliki kekaguman tersendiri kepada Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Dalam sebuah kesempatan pengajian dalam acara Haul Gus Dur ke-10 di Jombang, Gus Baha mengungkapkan kekagumannya kepada Gus Dur. Kekaguman disebut berbeda dengan yang lain. Beliau mengaku hal itu didasarkan dengan keilmuan. 

Gus Baha menjelaskan, bahwa beliau mengagumi Gus Dur dari segi pandangan ilmu fiqih. Hal ini disampaikan dengan alasan bahwa ketika Gus Dur dilengserkan dari Presiden, yang paling terkenang oleh para ulama seluruh Indonesia dan mungkin seluruh dunia, adalah tentang keberhasilan sosok Gus Dur dalam mengelola konflik, yang akhirnya tidak terjadi pertumpahan darah sesama anak bangsa. Menurutnya, inilah prestasi yang pasti menjadi amal jariyah istimewa.

"Karena yang paling dihindari dalam Islam, sebisa mungkin adalah jangan sampai ada darah menetes apalagi hanya demi kekuasaan. Sehingga Rasulullah SAW sampai berdamai ketika terjadi tarik ulur di dalam Shulhul Hadaibiyah," kata Gus Baha dengan tegas. 

Dalam sejarah Islam, memang terjadi peristiwa Shulhul Hudaibiyah. Di dalam peristiwa ini, Suhel bin Amr tokoh kafir saat itu, memberi sejumlah poin perjanjian dengan mendekati Rasulullah, yang pada hakikatnya semua tampak merugikan Islam. Tidak ada yang menguntungkan Rasulullah sama sekali. Tapi, tak disangka ternyata beliau menuruti semua demi tidak terjadinya pertumpahan darah. Dari sinilah kemudian menjadi satu acuan di dalam pandangan fiqih bahwa perdamaian itu memang harus dijaga sebisa mungkin, meski tampaknya Islam "dirugikan". 

Merefleksikan peristiwa itu, demikian pula semangat perdamaian yang dijaga dan terjadi pada era KH. Wahid Hasyim, ayah Gus Dur. Sebagai seorang Muslim, hakikatnya beliau juga menginginkan negara Indonesia berdasarkan Islam, namun beliau dapat berkompromi dengan konsep negara yang berlandaskan Pancasila dengan sekian pertimbangan dan hasil dari petunjuk dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari. Hal itu memang perlu dilakukan sebagaimana keteladanan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam peristiwa Shulhul Hudaibiyah.

Kemudian penerimaan pancasila itu konsepnya semakin dapat diterima setelah adanya sosialisasi dalam Muktamar NU di Situbondo zaman KH. Ahmad Siddiq. Kebijakan ini pula yang didukung oleh para intelektual muda NU saat itu, seperti Gus Dur. 

Pandangan Gus Dur yang sangat luas mengenai Islam itu juga yang dapat dipastikan kemudian menginspirasinya untuk tidak mempertaruhkan jabatan dengan pertumparahan darah. Karena itu beliau juga pernah menegaskan dalam banyak kesempatan, bahwa tidak ada jabatan yang patut diperjuangkan dengan pertumpahan darah.  

"Itu (adalah padangan dalam segi) fiqih yang menjadikan saya pengagum Gus Dur, karena semangat Dar’ul Mafasid Muqoddamun ‘ala Jalbil Masholih adalah ibadah yang luar biasa," pungkas Gus Baha. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Bahauddin Nursalim. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 13 Februari 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim