Ziarah di Makam Ki Ageng Gribig, Penyebar Agama Islam di Jatinom, Klaten

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam Ki Ageng Gribig, Penyebar Agama Islam di Jatinom, Klaten

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Ki Ageng Gribig adalah cucu Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, putra dari RM. Guntur atau Prabu Wasi Jolodoro. Ki Ageng Gribig menyebarkan Agama Islam khususnya di Jatinom, Klaten. Beliau semasa hidupnya sempat naik haji ke Mekkah, dan sepulang dari Mekkah membawa oleh-oleh berupa kue dari Arab Saudi yang kemudian dibagikan kepada murid-muridnya.

Karena banyaknya jumlah murid, kue tersebut tidak mencukupi, maka ki Ageng Gribig meminta Nyi Ageng Gribig, istrinya untuk membuatkan kue apem supaya kekurangan itu tercukup kue inilah yang kemudian disebut dengan nama Apem Yaqowiyu, berasal dari doa Kyai Ageng Gribig sebagai penutup pengajian yang berbunyi: "Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Yaa qowiyu warsugna wal muslimin”, yang artinya Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kami segenap kaum Muslimin.

Profil

Ki Ageng Gribig yg nama aslinya Wasibagno Timur atau Syekh Wasihatno, merupakan keturunan Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Beliau seorang ulama besar yang memperjuangkan Islam di pulau Jawa, tepatnya di Desa Krajan, Jatinom, Klaten.
Ki Ageng Gribig memiliki jasa besar pada Kerajaan Mataram. Hingga Sultan Agung bermaksud untuk mengangkat Ki Ageng Gribig sebagai Bupati Nayaka. Namun, Ki Ageng Gribig tidak bersedia dan lebih memilih menjadi ulama dari pada jadi pejabat.
Sebutan Ki Ageng Gribig melekat pada diri beliau konon dikarenakan kesukaan Ki Ageng Gribig tinggal di rumah beratap gribig (anyaman daun nyiur).

 

Lokasi Makam

Makam Ki Ageng Gribig berada di dukuh Jatinom, desa Jatinom, kecamatan Jatinom, kabupaten Klaten. Kompleks Makam Ki Ageng Gribig memiliki luas lahan sekitar 70 m x 40 m (2.800 m2) dengan luas bangunan 15m x 12m (180m2). Secara geografis kompleks makam ini berjarak ± 9 Km dari kota Klaten. Makam (batu nisan) sendiri memiliki panjang 2m, terbuat dari batu merah dan kayu. Makam itu sekarang difungsikan sebagai tempat ziarah, yang biasanya ramai dikunjungi pada malam Jumat legi dan Jumat kliwon.

 

Haul

Haul Ki Ageng diperingati setiap tahun sekali de tahun kalender islam (Hijriah) pada bulan Safar. Haul diperingati selama dua hari pada hari kamis sampai Jum'at, puncaknya adalah hari Jum'at, yakni setelah sholat Jum'at, masyarakat sekitar dan pengunjung atau peziarah akan berkumpul di lapangan menunggu sebaran Apem. Apem disebarkan dengan diucapkan "Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Yaa qowiyu warsugna wal muslimin”, yang artinya Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kami segenap kaum Muslimin.

Apem Yaqowiyu tersebut sampai sekarang diperingati menjadi upacara adat di Jatinom, Klaten yang diselenggarakan setiap tahun pada hari Jumat, sekitar tanggal 15 Bulan Sapar dalam penanggalan Jawa, bersamaan dengan haul Ki Ageng Gribig.

 

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Ki Ageng Gribig banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Klaten saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Ki Ageng Gribig, dimudahkan dalam mencapai derajatnya, dimudahkan dalam hajatnya, dimudahkan dalam mencari rezeki, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Peninggalan Ki Ageng Gribig
Di samping area makam Ki Ageng Gribig terdapat beberapa tempat, di antaranya:

Masjid Besar Jatinom
Masjid Besar Jatinom dibangun oleh Ki Ageng Gribig atas bantuan dari Sultan Agung. Pada jaman dahulu Sultan Agung melaksanakan sholat jumat di masjid alit (masjid pertama yang dibangun oleh Ki Ageng Gribig sebelum Masjid Besar). Pada saat sedang melakukan sholat jumat beliau mengetahui bahwa masjidnya terlalu kecil dan tidak muat untuk menampung para jamaah.

Akhirnya Sultan Agung memerintahkan Ki Ageng Gribig untuk membuat masjid yang lebih besar supaya bisa menampung jamaah yang lebih banyak dan dibangunlah Masjid Besar. Jadi masjid alit adalah masjid yang dibangun oleh Ki Ageng Gribig sendiri, sedangkan masjid besar adalah masjid yang dibangun Ki Ageng Gribig dengan bantuan kerajaan mataram.

Masjid Alit Ki Ageng Gribig
Masjid ini terletak di kelurahan Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupate Klaten.  Menurut masarakat maupun babat dikatakan bahwa Masjid ini merupakan masjid pertama di Jatinom yang didirikan oleh Ki Ageng Gribig. Ki ageng gribik merupakan seorang tokoh penyebar agama islam di daerah jatinom dan sekitarnya. Ki Ageng Gribik merupakan keturunan terakhir dari Raja Majapahit yang bernama Brawijaya V.

Belum bayak yang mengetahui kapan masjid ini dibangun, namun  seperti diketahui bahwa daerah Jatinom ini mulai terkenal pada masa sultan agung berkuasa dimataram pada tahun 1613-1645 m. Sehingga berdasarkan sumber tersebut maka masjid Alit Ki Ageng Gribik Jatinom diperkirakan di bangun pada abad ke 16 M.

Masjid Alit Ki Ageng Gribig ini memiliki gaya Arsitektur Masjid Indonesia Kuna. Masjid ini sendiri berada dalam satu kompleks dengan makam baik itu makam kuna maupun makam baru. Serta masjid ini sendiri tidak jauh berbeda dengan masjid yang lain juga memiliki beberapa bangunan yang meliputi ruang utama, serambi, Pawestren dan tempat wudlu, yang menjadi satu kompleks bangunan.

Sendang Palampeyan
Suatu ketika Ki Ageng Gribig kedatangan seseorang bernama Syekh Ibrahim yang berasal dari tanah Arab. Mereka mengadu adu ilmu dan terlibat dalam perdebatan. Setelah beberapa lama belum ada yang kalah, Syekh Ibrahim mengambil air sungai untuk berwudlu sedangkan Ki Ageng malah menciptakan sendang saat akan berwudlu.

Sekembali dari sungai, Syekh Ibrahim sangat terkejut karena di situ telah ada sendang yang sebelumnya tidak ada. Syekh Ibrahim akhirnya mengaku kalah dan selanjutnya ia menjadi sahabat Ki Ageng Gribig. Sendang itu kemudian dikenal sebagai Sendang Palampeyan yang biasa menjadi tempat mandi sebelum orang berziarah ke makam Ki Ageng Gribig.

Sendang Suran
Aliran lahar mengikuti Sungai Soka, yang jika terus berlangsung sudah pasti akan menyebabkan musnahnya Desa Jatinom. Atas usaha Ki Ageng, aliran banjir tidak bisa terus namun berbelok ke selatan memotong sungai. Tempat dimana banjir lahar dingin itu berbelok kemudian dikenal sebagai Banyu Malang, sedangkan Oro-oro tempat bersemedi atau bersujud Ki Ageng dinamakan Oro-Oro Tarwiyah dimana terdapat dua buah batu Pasujudan yang diletakan di dalam rumah kecil.

Di dekat masjid kecil Jatinom terdapat dua buah sumur, yang juga ada di dekat masjid besar. Sumur itu menuruti kehendak Kyai Ageng dipindahkan ke lereng Sungai Soka dan dikenal sebagai Sendang Suran yang artinya sur-suran. Menurut keyakinan orang, airnya bisa digunakan untuk mengobati segala penyakit manusia dan binatang piaraan.

Gua Belan
Petilasan yang juga sangat terkenal adalah Gua Belan, yang selain untuk bertapa juga untuk bersembahyang sehingga di dalam gua ada tempat untuk berwudlu. Untuk masuk gua itu orang harus jalan berlutut dan lebarnya cukup untuk satu orang.

Di dalamnya ada ruang-ruang untuk ruang bersemedi dan bertapa. Karena pernah menjadi tempat pertemuan Ki Ageng dengan Sinuhun Sultan Agung dimana Ki Ageng sanggup membela sinuhun menghadapi Pangeran Mandurarja, maka lalu dinamakan Gua Belan.

Masjid Tiban dan Oro-Oro Tarwiyah
Yaitu tempat di mana ki Ageng menanam tanah yang dibawanya dari Arofah, Mekah. Ki Ageng ketika mengumpulkan air untuk bekal wukuf di Arofah pada tanggal 8 bulan Dzulhijah menyebut tanah itu Yaumul Tarwiyah yang artinya bahwa pada waktu itu para jamaah haji mengumpulkan air sebanyak-banyaknya untuk bekal wukuf di Arofah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Klaten di antaranya:
Geplak, Wajik, Keripik Belut, Kepelan, Rempeyek Ikan Cethul, Dodol Jenang, Keripik Ceker, Keripik paru, Slondok, Getuk.