Ziarah di Makam KH. Muhammad Hadi ( Ki Ageng Giri ), Sang Wali dari Gunung Kembang

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Muhammad Hadi ( Ki Ageng Giri ), Sang Wali dari Gunung Kembang

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Syech Hasan Muhibat atau Ki Ageng Giri atau KH. Muhammad Hadi merupakan putra dari mbah Tohir bin Shodiq bin Ghozali Klaten. Mbah Hadi Girikusumo dipercaya sebagai sesepuh yang menandai awal dakwahnya dengan mendirikan Masjid Baitussalam yang kini berada di lingkup Pondok Pesantren beliau masih bergaris keturunan wali yaitu bertalian darah keturunan Sunan Pandanaran I (Semarang) dan Sunan Tembayat (Klaten).

KH. Muhammad Hadi merupakan seorang mursyid Thoriqoh Naqsabandiyah Khalidiyah dari Demak. Pondok Pesantren yang beliau  didirikan pada tahun 1288 H bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok pesantren yang kini telah berusia ratusan tahun ini merupakan perwujudan gagasan Syeikh Muhammad Hadi untuk membangun sebuah Lembaga Pendidikan yang menangani pendidikan akhlak (tasawuf) dan ilmu agama di tengan-tengah masyarakat.

Syech Hasan Muhibat atau KH. Muhammad Hadi Girikusumo merupakan sosok seorang yang religius, beliau memiliki peran yang amat besar dalam penyebaran agama islam di daerah Girikusumo. Sedangkan nama Girikusumo sendiri konon berasal dari kata Giri dan Kusumo, yang artinya gunung ( Giri ) dan kembang ( Kusumo ).

Profil

Syech Hasan Muhibat atau Ki Ageng Giri atau KH. Muhammad Hadi merupakan putra dari mbah Tohir bin Shodiq bin Ghozali Klaten. Nama beliau adalah  Syech Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Kyai Ageng Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Kyai Ageng Pandanaran I), beliau seorang yang santun dan cerdas.

Lokasi Makam

Makam KH. Muhammad Hadi berada di komplek pemakaman  Makam Kasepuhan Girikusumo, Dukuh Girikusumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, tidak jauh dari pesantren Girikusuma.

Haul

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Muhammad Hadi banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tidak hanya datang dari wilayah Demak saja, banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berkunjung di makamnya yang berada di Komplek pemakaman di Desa Girikusumo, Mranggen, Demak.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH. Muhammad Hadi,
Dimudahkan dalam mencapai cita-citanya bagi para santri, dibukakan alam hatinya dan pikirannya dalam menerima ilmu, dinaikkan derajatnya.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Demak di antaranya:
Kerupuk Udang Tambak, Brayo, Kerupuk Catak, Abon Lele, Koktail Belimbing, Jambu Air, Ikan Crispy, Wingko Salem.

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan