Kajian Kitab Hikam Pasal 22, 'Allah Maha Terdekat'

 
Kajian Kitab Hikam Pasal 22, 'Allah Maha Terdekat'

LADUNI.ID, Jakarta - Kajian Kitab Al-Hikam Pasal 22, tentang 'Allah Maha Terdekat'

Oleh: Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan

Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam pasal 22 berkata:

كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهواقربُ ا ِليكَ من كلّ شيىءٍ

"Bagaimana akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Allah] lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu."

Penjelasan (Syarah)

Suatu hari seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

"Apakah Tuhan kita itu dekat sehingga kami dapat bermunajat kepada-Nya, atau jauh sehingga kami harus menyerunya?."

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam terdiam, hingga turunlah ayat 186 surah al-Baqarah sebagai jawaban atas pertanyaan itu.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwa sesungguhnya Aku itu dekat. Aku menjawab doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka menjawab seruanku dan hendaknya mereka beriman kepada-Ku agar mereka mendapat petunjuk." (QS al-Baqarah [2]: 186).

Ayat ini pun berkaitan dengan adanya sebagian sahabat yang berdoa dengan suara tinggi dalam Perang Khaibar. Lalu, Rasulullah menasihati, "Wahai sekalian manusia, sayangilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak sedang berdoa kepada yang tuli dan tidak pula gaib. Namun, sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan Mahadekat, dan Dia selalu bersama kalian."

Demikianlah, Allah begitu dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri. Dan, kedekatan ini dapat diraih dengan penyembahan yang murni, ikhlas, dan istiqamah.

Faktor yang dapat mendekatkan seorang hamba dengan Allah SWT bukanlah karena jabatan, kedudukan, pangkat, harta, atau materialistis dan fisik lainnya, melainkan semata karena ketaatan atau ketakwaannya.

"Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa." (QS al-Maidah [5]: 27).

Begitulah kalau kita sudah dekat dengan Allah (taqarrub ilallah), sedekat-dekatnya, tanpa ada unsur syirik, riya, amarah, dendam, iri, dengki, dan penyakit-penyakit hati lainnya. Maka, Allah pun akan dengan mudah mengabulkan apa yang kita minta. Bahkan, tanpa diminta pun, Allah sudah Maha Mengetahui apa keinginan kita yang sesungguhnya.

Hal ini senada dengan yang pernah disampaikan oleh Panglima Muslim Shalahuddin al-Ayyubi, Sang Pembebas Al-Aqsha, "Saya tidak meminta apa-apa untuk diri saya, tetapi saya menerima semua apa yang saya butuhkan."

Karena itu, jangan biarkan kedekatan kita dengan Allah menjauh karena maksiat, dosa, dan kemungkaran yang kita lakukan.

Jangan biarkan pula hubungan kedekatan kita dengan Allah menjauh gara-gara masih adanya rasa iri, dengki, dendam, amarah, dan aneka penyakit hati lainnya yang bersemayam di dalam dada. Hal itu agar Allah tetap dekat dengan diri kita.

Kesimpulan
Allah Maha Dekat, Bahkan lebih dekat dengan urat leher kita. Cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan taat total kepada-Nya.

Referensi: Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, Pasal 22.