Kajian Kitab Hikam Pasal 20, 'Allah Maha Nyata'

 
Kajian Kitab Hikam Pasal 20, 'Allah Maha Nyata'

LADUNI.ID, Jakarta - Kajian Kitab Al-Hikam Pasal 20, tentang 'Allah Maha Nyata'

Oleh: Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan

Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, dalam Al-Hikam, Pasal 20, berkata:

كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهو اَظَْهرمن كلّ شيىءٍ

"Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Allah] lebih jelas dari segala sesuatu."

Penjelasan (Syarah)
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

هُوَ ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡأَخِرُ وَٱلظَّـٰهِرُ وَٱلۡبَاطِنُ‌ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ (٣)

"Dialah Allah yang Maha Awal dan  Maha Akhir dan Maha Zhahir (Maha Nyata) dan Maha Bathin (Maha Ghaib); dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid [57]: 3)

Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْئٌ ، وَأَنْتَ البَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْئٌ .

"Engkau-lah yang Zahir, tidak ada sesuatupun di atas-Mu, dan Engkau-lah yang Batin, tidak ada sesuatu menghalangi-Mu." (HR Muslim).

Menurut bahasa Al-Zahir adalah bentuk isim Fa'il yakni subjek yang memiliki sifat nyata.

Al-Zhahir mengandung beberapa makna, yaitu:

1. Maha Tinggi dan Maha  Teratas
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam surah Al-Kahfi [18]: 97
"Maka mereka tidak mampu mendakinya dan mereka tidak mampu (pula) melobanginya."

2. Maha Menguasai atau Maha Mengalahkan
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam Surah Al-Shaff [61]: 14.
Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

3. Maha Menolong
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam surah Al-Tahrim [66] : 4.
Dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.

Dan kemahatinggi-Nya dalam hal ini mencakupi beberapa maksud, yaitu :

1. Ketinggian dalam hal  Dzat.

2. Ketinggian dalam hal kekuasaan dan kemampuan mengalahkan.

3. Ketinggian dalam hal urusan dan kedudukan sehingga menafikan segala bentuk penyerupaan dengan ketinggian-Nya.

4. Ketinggian berada di atas segalanya.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

عَالِمُ الغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلَّا مَنِ ارْتَضَىَ مِنْ رَسُوْلٍ

"Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya." (QS. Al-Jinn [72]: 26-27)

5. Allah mampu menyatakan kebesaran Diri-Nya dengan Nur-Nya walaupun Diri-Nya tetap terhijab di alam ghaib.

6. Allah  Maha mampu mengangkat tinggi agama-Nya yakni agama Islam dan Dia juga mampu mengangkat tinggi  penganutnya mengatasi semua agama.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُونَ

"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang Musyrikin tidak menyukai." (QS. Al-Taubah [9]: 33)

7. Allah Maha  mampu memberi pertolongan kepada seluruh alam dengan cara mengurus rezeki mereka, mempermudah urusan mereka, yang dapat memberi faedah kepada kehidupan mereka di dunia, khususnya kepada para Wali-Nya yang benar-benar men-Tauhidkan-Nya.

8. Allah SWT mampu menolong mereka untuk mengalahkan musuh-musuh dan menghindarkan mereka daripada tipu daya dan kejahatan musuh. Ini sebagaimana firman Allah:

فَأَيَّدْنَا الَّذِيْنَ آمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِيْنَ

"Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." (QS. Shaff [61]: 14)

Kesimpulan,
Di antara faedah atau manfaat iman seseorang kepada Nama Allah al-Zahir sebagaimana dipaparkan di atas ialah.

1. Menambah keyakinan dengan sepenuh hati akan kekuasaan Allah dalam segala hal. Allah Maha Memelihara semua yang ada di alam ini.

2. Menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Referensi, Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, Pasal 20. (*)