Siapa yang Tak Cinta Papua, Santri Goes To Papua Disambut Penuh Keramahan

 
Siapa yang Tak Cinta Papua, Santri Goes To Papua Disambut Penuh Keramahan

LADUNI.ID, Jakarta - Siapa yang Tak Cinta Papua, Santri Goes To Papua Disambut Penuh Keramahan

"Jika ada orang yang tak cinta dengan Papua, berarti dia bukan bagian dari Indonesia," begitulah yang diucapkan sabahat Agus Fuad alumni Ponpes Tambak Beras.

Mengutip kalimat sahabat Agus, tentang kondisi Papua saat ini. Dia  terlihat prihatin, hingga tertuang pada tulisannya, "Mungkin itu kalimat yang bisa saya gambarkan menyorot kejadian beberapa hari terakhir ini. Semua orang sedih melihat deretan media massa dan televisi mewartakan gejolak di ufuk timur Indonesia," ujarnya.

Mungkin bagi sejumlah oknum kelompok yang menginginkan kacaunya negeri ini, kelompok ini merasa terpuaskan. Sedangkan disisi lain kami yang cinta kedamaian terasa terusik dengan keadaan itu.

"Bagi saya dan siapapun saja yang pernah pergi ke Papua pasti akan jatuh hati dengan keelokan bumi Papua dan seisinya. Keramahan warganya, keelokan alam, hingga kemajemukan yang ada disana. Keindahan tanah Papua bak pelangi yang muncul diwaktu senja," urai Agus menjelaskan keramahan warga Papua.

Ia pun mengatakan picik kepada oknum, kelompok tertentu yang telah mengotori kesucian bumi Cendrawasih yang indah akan alamnya.

"Terlalu picik jika warna pelangi itu harus dicoreng oleh segelintir oknum yg ingin memecah belah persaudaraan anak bangsa," kata Agus sembari mengernyitkan dahi.

Dia menggambarkan ketulusan anak-anak generasi penerus bangsa di Papua.

"Pace, Mace, dan Kakak yang jauh disana. Kami tak ingin senyuman lebar adik-adik difoto itu hanya akan jadi cerita dinding untuk anak cucu yang tak bernilai. Kami semua cinta Papua. Salam hangat Salam Satu Nusa," ucapnya lagi.

Sementara, ditempat lain. Pemuda NU yang telah merelakan waktunya untuk menyambung silaturahmi sesama anak bangsa menguraikan kehangatan bumi di ujung timur Nusantara ini.

Salah satunya Hari Usmayadi atau Cak Usma biasa kami panggil. Ketua LTN PBNU ini tak putus terus mengungkapkan kehangatan saat berpetualang di Papua.

"Mengingatkanku pada kehangatan mereka.
Mereka yang terbuka dengan usaha percikan apa yang kami pahami ke masyarakat mereka, khususnya suku Kokoda di Kurwato" ucapnya sambil meluruskan kopiah hitamnya yang selalu miring.

Dia, Cak Usma, menceritakan tentang tantangan Santri yang diutus ke Papua untuk membangun pendidikan Agama yang ramah.

"Lebih dari 5 tahun Santri Goes to Papua berjalan, sampai perlahan membangun madrasah buat anak-anak mengaji, hingga belakangan ini mereka bersedia memondokkan 2 putra terbaik mondok di Jawa, di pesantren Raudlatut Thalibien Rembang," paparnya sambil nyeruput kopi minus rokok.

Disisi lain, walau Papua telah mengalami insiden kericuhan oleh oknum yang tak bertanggung jawab, 'Santri Goes To Papua' memperoleh keberkahan ulama-ulama NU, Islam yang yang ramah disambut warga Papua tuk dapat mewujud pondok pesantren 'ala NU.

"Sepertinya impian mewujudkan bangunan pondok pesantren di sana mulai remang-remang tergambarkan. Mohon doanya, dulur sekalian, nuwun," ucapnya optimis. (*)