Petunjuk Lengkap Praktik Shalat Sunnah Dhuha

 
Petunjuk Lengkap Praktik Shalat Sunnah Dhuha
Sumber Gambar: Foto Alena Darmel / Pexels (ilustrasi foto)

DAFTAR ISI

  1. Definisi, Deskripsi dan Hukum Shalat Dhuha
  2. Cara Mudah Menentukan Batas Waktu Shalat Dhuha
  3. Waktu Terbaik Mengerjakan Shalat Dhuha
  4. Jumlah Rakaat Shalat Dhuha
  5. Jumlah Rakaat Paling Afdhal untuk Shalat Dhuha
  6. Keutamaan dan Manfaat Shalat Dhuha
  7. Tata Cara Shalat Dhuha
  8. Doa Setelah Shalat Dhuha
  9. Kenapa Kita Harus Berdoa Kepada Allah?
  10. Keutamaan Membaca Doa

 

Laduni.ID, Jakarta - Shalat sunnah Dhuha amat banyak kebaikannya dan dapat pula meningkatkan kualitas hidup seseorang, merubah hidup seseorang, dan juga begitu besar hal positif didalamnya bagi yang menjadikan Shalat sunnah ini sebagai kebiasaan setiap harinya.

Dan di artikel ini akan diurai berupa jawaban dari sejumlah pertanyaan yang biasa diajukan kepada kami seputar shalat Dhuha, termasuk definisinya, penggambarannya, waktu terbaik untuk melaksanakannya, berserta jumlah rakaat dan masalah lainnya.

DEFINISI, DESKRIPSI, DAN HUKUM SHALAT DHUHA
Secara bahasa Dhuha didefinisikan sebagai waktu terbitnya matahari. Sedangkan definisi dalam fikih adalah Shalat Sunnah dua rakaat yang dilakukan Nabi secara terus-menerus dan menganjurkan kepada para sahabatnya untuk mengerjakan, dan waktu mengerjakannya adalah antara matahari terbit dan Dzuhur.

Secara bahasa arti Dhuha berasal dari kata Ad-Dhahwu yang berarti siang hari yang mulai panas. Dan dalam kajian Fiqh, Dhuha berarti: "Waktu ketika matahari mulai meninggi sampai datangnya zawal (tergelincirnya matahari)". (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 27/221).

Adapun hukum mengerjakannya adalah sunah Muakkad yakni sunnah yang amat dianjurkan, dengan begitu besar pahala dan keberkahan jika dijalankan, namun bagi yang meninggalkannya tidak akan mendapat dosa.

Deskripsi dari Shalat Dhuha
Shalat Dhuha (Pagi Hari) juga disebut sebagai shalat Al-Awwabin (Adalah Shalat dari orang yang sering bertaubat) yang merupakan shalat sunah dua rakaat yang dimulai dengan Takbiratul Ihram diakhiri dengan Salam (Dengan wajah menghadap ke kanan dan ke kiri). Apabila ingin lebih dari dua rakaat maka diperbolehkan, bahkan diperbolehkan mengerjakannya sebanyak rakaat yang dikehendaki. Namun sekali shalat hanya dua rakaat.

Nabi SAW bersabda: "Shalat-shalat (Sunnah) di waktu siang dan malam dikerjakan dengan dua oleh dua". (At-Tirmidzi 597 dan Ibnu Majah 1322).

Apa yang dimaksud dengan dua oleh dua? Ibnu ʿUmar r.a. menjelaskan: "(adalah) Salam setelah setiap dua rakaat". (Muslim)

Hukum Shalat Dhuha
Shalat Dhuha termasuk ke dalam sunnah muakkad, dalam bahasa Fiqih merupakan jenis ibadah sunnah amat dianjurkan untuk dikerjakan.

Nabi Muhammad SAW amat menganjurkannya: “Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua rakaat.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang berkata, "Kekasihku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan shalat witir". (Muttafaqun ‘Alaih, Al-Bukhari No. 1981, Muslim No. 721).

Dan penjelasan Siti Aisyah r.a:

"Semenjak aku melihat Nabi melakukan Sholat Dhuha, semenjak itu aku tidak pernah meninggalkannya". (Bukhari, Muslim).

CARA MUDAH MENENTUKAN BATAS WAKTU SHALAT DHUHA
Secara fiqih waktu Dhuha dimulai ketika terbitnya Matahari setinggi satu tombak sampai waktu istiwa' (matahari tepat di atas langit). Lebih mudah lagi, sekarang ini waktu Dhuha dapat diketahui dengan mengacu pada jadwal imsakiah yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga kredibel, yaitu Kemenag RI, MUI, Lembaga Falakiyah NU, dan lembaga lain. Sebab, jadwal tersebut biasanya sudah mencantumkan waktu syuruq atau waktu terbit matahari. Caranya, waktu syuruq tersebut ditambah 15-20 menit, maka itulah waktu shalat dhuha. Jadi seperti ini;

Perhatikan waktu terbitnya matahari:
- Awal waktu Dhuha; masuk waktu Syuruq (waktu terbit matahari) + 15 menit
- Batas akhir waktu Sholat Dhuha: waktu Istiwa' (matahari tepat di atas langit) - 15 menit (waktu Dzhuhur).

Sebenarnya sekarang ini kita sudah dimanjakan dengan teknologi berupa penanggalan waktu-waktu shalat secara digital, termasuk waktu Dhuha. Silakan Anda bisa melihatnya di jadwal waktu Shalat Dhuha secara real time.

Sementara itu, shalat Dhuha dimulai setelah terbit matahari hingga tengah hari saat matahari meninggi. Untuk memudahkan, maka lakukan sholat Dhuha jikalau matahari sudah terasa panas, ini seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Awal Waktu Melakukan Sholat Dhuha
Adapun awal waktu melakukan shalat dhuha adalah sebagaimana riwayat hadis di bawah ini.

صَلِّ صَلاَةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَتَّى تَرْتَفِعَ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ حِينَ تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ

"Kerjakan shalat subuh kemudian tinggalkan shalat hingga matahari terbit, sampai matahari meninggi. Ketika matahari terbit, ia terbit di antara dua tanduk setan, saat itu orang-orang kafir sedang bersujud". (HR. Muslim no. 832). (Lihat Minhatul ‘Allam, 3: 347)

Oleh karena itu, dianjurkan memulai Sholat Dhuha pada waktu sebagai berikut.

Sholat Dhuha dianjurkan setelah matahari terbit, sebagian Ulama mazhab Syafi’i ada yang mengatakan tepat setelah matahari terbit. Akan tetap Imam An-Nawawi dalam kitabnya Ar-Raudhah menganjurkan untuk menundanya hingga matahari setinggi tombak.

Batas Akhir Waktu Sholat Dhuha
Batas akhir sholat Dhuhah ialah ketika bayangan benda tepat berada diatasnya, tidak ke barat dan timur. Anda bisa tentukan batas akhir Dhuha dengan melihat bayangan benda masih condong ke barat dan ketimur maka waktu Dhuha belum berakhir, namun jikalau sudah lurus dengan si benda maka waktu dhuha sudah habis.

Cara Mudah Menentukan Waktu Shalat Dhuha
Waktu memulai sholat Dhuhah adalah 15 hingga 20 menit setelah matahari terbit dan waktu berakhir sholat Dhuha ialah 15 hingga 20 menit sebelum masuk sholat Dzuhur.

Cara diatas guna menghindari waktu-waktu dilarang melakukan sholat, adapun waktu-waktu dilarang sholat adalah:

"Ada tiga waktu di mana Nabi SAW  melarang kami untuk melaksanakan shalat di tiga waktu tersebut atau menguburkan jenazah kami: (1) ketika matahari terbit sampai tinggi, (2) ketika seseorang berdiri di tengah bayangannya sampai matahari tergelincir, dan (3) ketika matahari miring hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam". (HR. Muslim no. 1926).

Untuk lebih jelasnya silahkan kehalaman kami jadwal Shalat Dhuha dimana anda akan mendapatkan waktu yang gamblang mengenai waktu Dhuha setiap harinya berdasarkan wilayah dimana anda berada dan berdomisili.

WAKTU TERBAIK MENGERJAKAN SHALAT DHUHA
Waktu mengerjakan Shalat Dhuha adalah setelah matahari terbit dan berakhir sekitar 15 menit sebelum masuknya waktu Shalat Dzuhur. Waktu terbaik untuk mengerjakan Shalat Dhuha adalah bagian paling panas dari hari itu, ketika matahari mencapai titik zenit (titik tertinggi) adalah sekitar setengah jalanan antara terbit matahari dan waktu Dzuhur.

Nabi SAW bersabda:

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

"Sholatnya para Awwabin adalah ketika anak unta mulai kepanasan". (HR. Muslim 748).

Waktu terbaik mengerjakan sholat Dhuha ialah di akhir waktu Dhuha, yakni sudah menjelang awal waktu Dzuhur.

Misalkan, Waktu Dzuhur jam 12:15 siang, waktu Dhuha berakhir jam 12 (Jika perhitungan 15 menit sebelum masuk waktu Dzuhur). Nah waktu terbaik mengerjakannya ialah sebelum jam 12:00 siang, misalkan jam 11:55. Dan seterusnya. Dengan patokan bahwa bayangan benda belum tepat diatas sibenda

JUMLAH RAKAAT SHALAT DHUHA
Adapun jumlah minimum Shalat Dhuha adalah 2 rakaat menurut kesepakatan para ulama (Al-Mundhiri dalam At-Targhib wat-Tarhib, 1/320 dan As-Safarini dalam Sharh Thulathiyyat Al-Musnad, 2/306).

Jumlah minimal melaksanakan sholat Dhuha adalah dua. Sedangkan mazhab Syafi’i pula Hambali mengatakan paling banyak adalah delapan rakaat.

Ini berdasarkan hadis diriwayatkan oleh Ummu Hani’ bin Abi Thalib berikut ini:

عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِى طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ الْفَتْحِ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِىَ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ

"Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib, Rasulullah SAW  pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam". (HR. Abu Dawud, shahih).

Sedangkan menurut mazhab Hanafi paling banyak dilaksanakan sebanyak 16 rakaat dengan dua kali atau empat kali salam.

Tidak ada riwayat jelas yang mengatur batasan jumlah rakaat untuk Shalat Dhuha, namun begitu terdapat sejumlah pendapat ulama mengenai masalah ini, adalah sebagai berikut:

Pendapat Pertama: 8 Rakaat
Pendapat ini dari mazhab Hanbali dan Maliki berdasarkan riwayat berikut:

Diriwayatkan oleh Ummu Hani Binti Abu Thalib, di saat pembukaan (Mekkah), Rasulullah SAW melaksanakan Shalat Dhuha sebanyak delapan rakaat, disertai salam setelah 2 rakaat. (Sunan Ibn Majah, 1323)

Ummu Hani’ mengatakan: "Aku tidak pernah melihat Nabi SAW mengerjakan shalat lebih ringan dari shalat (Dhuha) itu, namun dirinya melakukan ruku’ dan sujud yang sempurna". [Sunan Ibnu Majah 1323]

Madzhab Maliki menganggapnya makruh jika melaksanakannya lebih dari 8 rakaat jikalau Sholat Sunah itu diniatkan sebagai Dhuha, dan mereka menganggap 6 rakaat sudah layak dan lebih disukai. (Ad-Dasuqi, Hashiyat Ad-Dasuqi, 1/313)

Pendapat Kedua: 12 Rakaat
Ini adalah pendapat yang dipegang oleh umumnya mazhab Syafi’I. Pendapat Syāfi’i seperti yang dijelaskan oleh An-Nawawi, adalah 12 rakaat (Al-Majmu', 4/36) dan Hanafi dan juga sebagian mazhab Hanbali (Al-Mawsuʿah al-Fiqhiyyah, 226]: "Barangsiapa yang Shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, Allah akan membangunkan untuknya sebuah istana emas di Surga".

Riwayat ini dianggap lemah oleh  Ibnu ʿAbidin dalam Hashiyat Ibn ʿAbidin, 1/459. Dan bukan sebagai batasan mengenai jumlah rakaat dari Shalat Dhuha.

Pendapat Ketiga: Tanpa Batas Rakaat
Pendapat ini dipegang oleh Al-Aswad bin Yazid (d. 75/694), Ibrahim An-Nakhaʿī (d. 96/714), At-Tirmidzi (d. 279/892), Al-ʿIraqi (d. 806/1403), As-Suyuti (d. 911/1505), dan ulama masa awal dan akhir lainnya.

Al-ʿIraqi dalam komentarnya pada Sunan At-Tirmidzi mengatakan: "Tidak ada seorang sahabat pun atau [para] penerusnya yang diketahui memberikan batasan menjadi dua belas rakaat". Dan As-Suyuti setuju dengan pendapat ini.

Ibrahim An-Nakhaʿī meriwayatkan bahwa Al-Aswad bin Yazid ketika ditanya:

"Berapa rakaat yang dikerjakan untuk Shalat Dhuha? Dia menjawab: “Sebanyak yang engkau sukai"

Dengan kata lain, tidak ada batasan mengenai berapa rakaat yang dikerjakan di waktu Dhuha, dan riwayat-riwayat ini mengindikasikan bahwa tiada seorang sahabat atau pengikutnya yang membatasi Shalat Dhuha menjadi dua belas rakaat. Oleh karenanya seluruh Shalat Sunah yang dikerjakan antara matahari terbit dan Dzuhur maka termasuk kedalam Shalat Dhuha.

Baca juga: Mudahnya Rizki dengan Shalat Dhuha

JUMLAH RAKAAT PALING AFDHAL UNTUK SHALAT DHUHA
Meskipun dalam setiap Mazhab, para ulama memegang pendapat yang berbeda mengenai rakaat yang paling utama untuk Shalat Dhuha.

Madzhab Maliki memilih enam rakaat (Hashiyat Ad-Dasuqi, 1/313), dan Hanafi memilih empat atau delapan rakaat (Ad-Durr Al-Mukhtar 1/459), sedangkan Syafi’i memilih 8 rakaat (Raudhatut Thalibin, 1/332), adapun Hanbali tidak membatasi berapa jumlah Rakaat paling afdhal untuk Shalat Dhuha.

Berdasarkan bukti otentik yang ada, jumlah rakaat paling afdhal adalah hanya Allah yang tahu, setidaknya mengerjakan 4 rakaat, hal ini berdasarkan dua hadits berikut ini.

Dari ʿAisyah RA meriwayatkan: Rasulullah SAW biasa mengerjakan empat rakaat pada shalat pagi hari dan terkadang lebih sebagaimana Allah sukai. (Sahih Muslim, 719)

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Allah Yang Maha Agung berfirman: ‘Oh anak Adam, jangan melalaikan shalat 4 rakaat bagi-Ku sebagai awal harimu, dan (Sebagai pahalanya) Aku yang akan mencukupimu hingga akhir'." (Abu Dawud, 1289, Musnad Ahmad, 22469, Al-Haitami, 2/239, dan Sahih At-Targhib, 672).

KEUTAMAAN DAN MANFAAT SHALAT DHUHA
Berikut adalah keutamaan beserta manfaat dari sholat Dhuha yang akan diperoleh siapapun yang mengerjakannya:

Rakaat sholat Dhuha seberat 360 sedekah
"Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua rakaat". (HR. Ahmad, 5: 354)

Dan dalam dunia kesehatan terbukti bahwa manusia memiliki 360 persendian, begitupun yang dinyatakan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA pernah menyebutkan sabda Nabi SAW menjelaskan:

إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ

"Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian". (HR. Muslim, 1.007).

Allah Ta’ala Mencukupkan Sepanjang Hari
Allah SWT  menjanjikan kecukupan bagi mereka yang mengerjakan shalat Dhuha sepanjang hari.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad).

Pahala Sholat Dhuha Senilai Pahala Haji dan Umroh
Jika anda mengerjakan sholat Dhuha di awal waktunya yakni ketika matahari sudah meninggi kira-kira setinggi satu tombak dari pandangan, saat di Masjid setelah shalat Subuh maka pahalanya seberat pahala Umroh. Ini berdasarkan Hadits.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW menjelaskan:

« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

"Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh". Beliau pun bersabda, "Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna". (HR. At-Tirmidzi No. 586)

TATA CARA SHOLAT DHUHA

1. Niat Shalat Dhuha
Niat menjadi kunci yang sangat penting karena akan mempengaruhi kekusyukan dalam shalat. Niat diucapkan di dalam hati dan dilakukan bersamaan dengan Takbiratul Ihram yaitu pada waktu mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke kiblat dan sejajar dengan telinga. Bila tidak memiliki udzur, maka harus berdiri tegak.

Niat dibaca dalam hati yakni:

أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنَ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku niat shalat sunah dhuha dua rakaat, karena Allah Ta’ala"

Dan lafadz niat Dhuha yang lebih panjang adalah sebagai berikut:

أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku niat sholat sunah dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Ta’ala"

2. Membaca Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram memiliki arti pernyataan takbir yang menjadi penanda pengharaman kita untuk berbuat apapun di luar gerakan dan bacaan shalat. Gerakan takbiratul ihram adalah dengan mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan kalimat ألله أكبر yang dilafalkan tidak terlalu keras dan cukup didengar oleh telinga kita sendiri.

3. Membaca Do'a Iftitah
Doa iftitah berarti doa pembuka yang dibaca sebelum membaca surat Al-Fatihah. Adapun hukum membaca doa iftitah ini adalah sunah. Posisi tangan bersedekap di atas antara pusar dan dada yang mana tangan kanan di atas tangan kiri. Berikut ini doanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita).

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Allah yang Maha Besar sebesar-besarnya, dan segala puji yang banyak hanya kepada Allah, dan maha Suci Allah baik di waktu pagi maupun petang. Sesungguhnya aku hadapkan diriku  kepada yang menciptakan seluruh langit dan bumi, dengan lurus mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. dan aku bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan keyakinan itulah aku diperintahkan, dan saya termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berserah diri".

4. Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah adalah bagian dari rukun shalat. Hukum membaca surat Al-Fatihah adalah wajib, sehingga bila tidak membacanya, maka shalat menjadi tidak sah atau batal.

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم . مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ . إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ . اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

"Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan seluruh alam, yang maha pengasih, maha penyayang, pemilik hari pembalasan. Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"

5. Membaca Surat dalam Al-Qur'an
Membaca surat dalam Al-Qur'an dalam shalat hukumnya sunah. Surat yang dipilih dapat berupa surat panjang, pendek, atau sebagian ayat dari suatu surat. Hal ini tergantung kepada kemampuan kita dalam membaca Al-Qur'an.

6. Ruku
Ruku' adalah posisi tubuh membentuk sudut siku 90 derajat dengan tangan bertumpu pada dengkul. Adapun bacaan ruku' yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) dan dibaca sebanyak 3x adalah sebagai berikut:

سُبْحَانَ رَبِّيْ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan Maha Suci dengan segala puji kepada-Nya"

7. I'tidal
I’tidal adalah gerakan kembali berdiri tegak setelah posisi ruku' dengan kondisi tangan lurus di samping paha, sehingga tidak bersedekap. Bacaan dalam i'tidal yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

"Allah senantiasa mendengar kepada siapa yang memuji-Nya"

Kemudian setelah membaca bacaan di atas, dilanjutkan dengan membaca do'a berikut

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَالشُّكْرُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

"Tuhanku, kepada Engkaulah segala pujian, segala kesyukuran, pujian yang banyak, baik, lagi berkah di dalamnya. Pujian dan kesyukuran itu memenuhi seluruh langit, seluruh bumi, diantara keduanya, dan memenuhi siapa saja yang Engkau kehendaki setelahnya"

8. Sujud
Posisi sujud sebagaimana pada umumnya kita bersujud, di mana kedua tangan kita lurus di samping telinga kita. Dahi dan dengkul sejajar menyentuh lantai, sementara ujung-ujung kaki menghadap ke kiblat. Bacaan dalam sujud yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) dan dibaca sebanyak 3x  adalah sebagai berikut:

سُبْحَانَ رَبِّيْ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan Maha Suci"

9. Duduk Di Antara Dua Sujud
Posisi duduknya adalah tubuh tegak di mana jari kaki kiri lurus ke belakang (tidak menghadap ke kiblat) dan jari kaki kanan menghadap ke kiblat, sementara pantat bagian kiri bertumpu pada tumit kaki kiri. Posisi jari tangan memegangi dengkul. Posisi duduk seperti ini disebut duduk iftirasy. Perubahan posisi dari sujud ke posisi duduk di antara dua sujud diawali dengan mengucapkan takbir.
Adapun bacaanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ

"Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, benarkanlah aku, angkatlah derajatku, karuniakanlah aku rezeki, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku"

10. Sujud
Posisi sujud dan bacaannya sama dengan sujud pada tahap ke-8. Perubahan posisi dari duduk di antara dua sujud ke posisi sujud diawali dengan mengucapkan takbir.

11. Bangun Berdiri Tegak
Bangun dan berdiri tegak untuk melanjutkan rakaat kedua. Posisi tubuh berdiri tegak kembali dengan diawali membaca takbir.

12. Mengulangi Gerakan Seperti Poin 4 s/d 10
Setelah berdiri tegak untuk rakaat berikutnya (kedua), lakukan gerakan dan bacaan sebagaimana pada poin 4 s/d 10.

13. Duduk Tasyahud Akhir
Posisi duduk tasyahud akhir yaitu pantat kiri bertumpu ke lantai, sementara pergelangan kaki kiri berada di antara dengkul dan ujung jari kaki kanan. Duduk semacam ini disebut dengan posisi duduk Tawaruk. Posisi duduk tasyahud akhir dilakukan setelah melakukan sujud kedua pada rakaat kedua. Posisi duduk tetap bertahan seperti duduk di antara dua sujud dengan membaca bacaan sebagai berikut:

اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهدُ اَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّد كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كََمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمِ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

"Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan, berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim, serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia"

14. Mengucapkan Salam
Gerakan mengucapkan salam adalah dengan posisi tubuh dan duduk seperti pada poin ke-13, sementara jari telunjuk kanan kembali menutup. Selanjutnya kepala menoleh ke arah kanan sambil mengucapkan salam dianjurkan agar pipi terlihat jelas dari belakang, dilanjutkan dengan kepala menoleh ke kiri sambil mengucapkan salam.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ 

"Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu"

DOA SETELAH SHOLAT DHUHA

اَللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ والْبَهَاءَ بَهَاءُكَ والْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالقُوَّةَ قُوَّتُكَ والْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِى الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآ اَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

"Yaa Allah, sesungguhnya waktu dhuha-Mu adalah waktu dhuha-Mu, dan keagungan adalah keagungan-Mu, dan keindahan adalah keindahan-Mu, dan kekuatan adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu. Yaa Allah, apabila rizkiku di atas langit maka turunkanlah, dan apabila di bumi maka keluarkanlah, dan apabila sulit maka mudahkanlah, dan apabila jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, dan keagungan-Mu, dan keindahan-Mu, dan kekuatan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih"

Dzikir Usai Shalat Dhuha

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ

 Allahummaghfirlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rohiim  (Dibaca sebanyak 100X).

"Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang) sampai beliau membacanya seratus kali". (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, 619).

Meskipun doa Shalat Dhuha ini amatlah pendek namun betapa besar manfaat dan pahalanya, dimana kita memohonkan ampunan dan agar menerima Taubat kita kepada Allah Sang Maha Pengampun dan Maha Pemberi Taubat juga Maha Penyayang dan Maha Bijaksana.

Dan ini merupakan doa Sholat Dhuha dari Hadits Shahih yang kebenarannya terjamin dan dapat amalkan setiap kali selesai melakukan sholat Dhuha seperti yang dipraktekan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sahbihi Wa Sallam.

Oleh karenanya selalu membacakan doa Sholat Dhuha ini setelah selesai melaksanakan Shalat Dhuha. Dan mengenai tuntunan bagaimana cara melaksanakan ibadah Sunah Muakkadah ini dapat ditemui pada halaman tata cara sholat Dhuha. Dimana anda akan dituntun melaksanakannya dari mulai Takbiratul Ihram hingga Salam.

Keutamaan melaksanakan sholat Dhuha amatlah besar dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sangat menekankan umatnya agar melakukannya karenanya termasuk kedalam Sunah Muakkadah yakni Sunah yang dianjurkan.

Baca juga: Rutinitas Shalat Dhuha Dapat Melatih Sisi Emosional Dan Spiritual

KENAPA KITA HARUS BERDOA KEPADA ALLAH?
Doa merupakan tanda betapa kita membutuhkan pertolongan dan perlindungan kepada Allah Ta’ala, dan sebagai sarana untuk memohon agar dikabulkannya semua hajat kita hanya kepada sang Khalik.

Dari situ sebagai sarana mengingatkan diri kita bahwa sejatinya kita hanyalah hamba yang lemah yang membutuhkan pertolongan dari Allah Azza Wa Jalla yang Maha Pemberi Pertolongan.

Semakin banyak kita berdoa semakin baik pula kesadaran kita sebagai hamba dan akan menjauhkan dari sifat takabur dan sombong yang akan membawa kepada kerugian dunia dan akhirat.

Oleh karenanya sebagai seorang Muslim sudah sewajarnya kita selalu memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala setiap waktu dan setiap saat untuk meminta perlindungan, pertolongan, petunjuk dan mengabulkan hajat dunia dan akhirat kita. Jadi jangan pernah putus asa dalam berdoa kepada Allah meskipun doa yang kita panjatkan belum terkabul, karena Allah Yang Maha Tahu hal ihwal kapan terbaik mengabulkan doa-doa kita.

KEUTAMAAN MEMBACA DOA
Sedangkan keutamaan doa sudah jelas perintahnya dalam sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ. وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. Al-A’raf : 55-56).

وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

"Dan Allah mempunyai nama-nama yang sangat indah (Al-Asmâ’u al-Husnâ), maka memohonlah kamu kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama itu". (QS. Al-A’raf : 180).

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (QS. Al-Baqarah : 186).

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

"Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (QS. Al-Mu’min: 60).

Meski begitu namun isi dari doa setelah shalat Dhuha ini adalah shahih dimana kita memohon hanya kepada Allah untuk memintakan Rejeki, dan kebenaran pula keagungan Allah, dimana dalam doa Dhuha ini kita memanjatkan hajat kita agar dikabulkan oleh Allah Ta’ala.

Semoga Allah selalu mengabulkan hajat dunia dan akhirat kita dan selalu menempatkan kita semua dalam perlindungan, pertolongan, pengasihan dan bimbingan-Nya baik di dunia dan di akhirat agar kita bukan termasuk orang-orang yang merugi dan sesat.

Jangan lupa untuk selalu membiasakan melaksanakan Shalat Dhuha setiap hari, lihat jadwal Shalat Dhuha, agar kita mendapat berbagai keutamaan dan pahala yang dijanjikan Allah Ta’ala melalui pemberitaan Nabi-Nya. Aaamiiin Allahuma Aaamiiin.