Penjelasan Tentang Shalat Witir dan Niatnya

 
Penjelasan Tentang Shalat Witir dan Niatnya
Sumber Gambar: laduni.id

LADUNI.ID, Jakarta - Sholat witir merupakan sholat sunnah yang istimewa. Jumlah rakaatnya paling berbeda dari pada sholat-sholat sunnah lainnya.
Begitu istimewanya sholat ini hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepada sahabat beliau agar senantiasa mengerjakannya, jangan sampai meninggalkannya. Sholat ini pula yang menjadi penutup seluruh sholat malam.

Bagaimana panduan lengkapnya? Berikut ini pembahasannya mulai dari keutamaan, tata cara, pembahasan niat hingga doanya.

Keutamaan Sholat Witir

Sholat witir memiliki banyak fadhilah (keutamaan). Kita bisa mengetahuinya melalui sejumlah hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

1. Amal yaumiyah Rasulullah
Sholat witir merupakan salah satu amal yaumiyah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam amalkan. Beliau biasa mengerjakan sholat sunnah ini sebagaimana hadis dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:

الْوِتْرُ لَيْسَ بِحَتْمٍ كَهَيْئَةِ الْمَكْتُوبَةِ وَلَكِنَّهُ سُنَّةٌ سَنَّهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Witir bukan keharusan seperti sholat wajib kalian, akan tetapi ia adalah sunnah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(HR. An Nasa’i dan Tirmidzi; shahih lighairihi)

Allah SWT mencintai yang witir. Karenanya, Allah SWT mencintai sholat dengan rakaat witir ini. Demikian pula, Allah SWT mencintai orang yang mengamalkan sholat sunnah ini.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَإِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ

Sesungghnya Allah itu witir, mencintai yang witir/ganjil. (HR. Muslim)

Para sahabat ahli Qur’an adalah mereka yang hafal Al-Qur’an dan sangat komitmen untuk mengamalkan serta mendakwahkannya. Mereka merupakan sahabat-sahabat yang utama. Salah satu amalan yang Rasulullah perintahkan kepada mereka adalah sholat ini, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala semakin mencintai mereka.

إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ

Sesungghnya Allah itu witir, mencintai witir, maka lakukanlah shalat witir wahai ahli Al Qur’an. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; shahih)

يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ أَوْتِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ

Wahai ahli Al-Qur’an, lakukanlah sholat witir. Karena sesungguhnya Allah SWT itu witir, mencintai yang witir. (HR. An Nasa’i dan Ibnu Majah; shahih)

Rasulullah sangat menekankan para sahabat untuk mengamalkan shalat witir. Sehingga ketika menganjurkan sholat ini, beliau mengulangi penyebutannya.

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ زَادَكُمْ صَلاَةً صَلُّوهَا فِيمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الصُّبْحِ الْوَتْرُ الْوَتْرُ

 

Sesungguhnya Allah SWT menambahkan satu sholat kepada kalian, maka lakukanlah sholat tersebut di antara sholat Isya dan sholat Subuh, yaitu sholat witir, sholat witir. (HR. Ahmad; shahih)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ

Kekasihku (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dua rakaat dan shalat witir sebelum tidur. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tata Cara Shalat Witir

Sholat ini merupakan salah satu sholat sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan. Disebut witir karena jumlah rakaatnya ganjil. Imam Abu Hanifah berpendapat sholat ini hukumnya wajib, namun pendapat itu tidak kuat.

1. Waktu shalat witir
Waktu shalat witir terbentang sejak setelah sholat Isya’ hingga terbitnya fajar. Sebagaimana hadis Rasulullah di atas. Sehingga sholat witir juga termasuk qiyamul lail.

Kapan Rasulullah mengerjakan sholat witir? Imam Ahmad meriwayatkannya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ أَوَّلَ اللَّيْلِ وَأَوْسَطَهُ وَآخِرَهُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat witir pada awal malam. Kadang-kadang di pertengahan malam. Kadang-kadang pula di akhir malam. (HR. Ahmad; shahih)

Namun yang paling sering, Rasulullah mengerjakan shalat witir pada akhir malam.

Sayyid Sabiq menjelaskan dalam Fiqih Sunnah, sunnah menyegerakan witir pada permulaan malam bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam. Namun bagi orang yang sanggup bangun pada akhir malam, sunnah mengerjakan witir pada akhir malam.

Tentu yang paling utama adalah pada akhir malam, sebagaimana sabda Rasulullah dalam Shahih Muslim:

مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ

Barangsiapa yang khawatir tidak akan sanggup bangun pada akhir malam, hendaknya ia berwitir pada permulaan malam. Dan barangsiapa yang merasa sanggup bangun pada akhir malam, hendaknya ia berwitir pada akhir malam itu. Sebab mengerjakan sholat pada akhir malam itu disaksikan malaikat yang demikian itu lebih utama. (HR. Muslim)

2. Bilangan atau jumlah rakaat
Sesuai namanya, witir adalah sholat sunnah yang jumlah rakaatnya ganjil. Minimal satu rakaat, bisa pula tiga rakaat, lima rakaat atau tujuh rakaat.

Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu merupakan contoh sahabat Nabi yang mengerjakan sholat witir satu rakaat setelah sholat isya’ di Masjid Nabawi. Ia pernah ditanya, “Engkau hanya berwitir satu rakaat saja dan tidak menambahnya?”

Sa’ad menjawab, “Iya, karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

الَّذِى لاَ يَنَامُ حَتَّى يُوتِرَ حَازِمٌ

Orang yang tidak tidur dulu sebelum berwitir adalah orang yang suka berhati-hati. (HR. Ahmad; hasan)

3. Tata cara
Dalam mengerjakan shalat witir, boleh dikerjakan dua rakaat-dua rakaat kemudian diakhiri dengan satu rakaat, dengan masing-masing satu tasyahud dan satu kali salam. Boleh pula keseluruhan rakaat sekaligus dengan satu kali salam.

Untuk tiga rakaat atau lebih dengan sekali salam ini, boleh dengan dua tasyahud sekali salam, boleh pula hanya dengan satu tasyahud pada rakaat terakhir saja. Sebagaimana hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوتِرُ بِسَبْعٍ أَوْ بِخَمْسٍ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِتَسْلِيمٍ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwitir tujuh atau lima rakaat secara bersambung dan tidak dipisahkan dengan salam.
(HR. An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Juga hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ لاَ يَجْلِسُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ فِى آخِرِهَا

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat malam 13 rakaat, termasuk di dalamnya sholat witir lima rakaat. Beliau tidak duduk tasyahud kecuali pada rakaat yang terakhir. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Surat yang dibaca
Setelah membaca surat Al Fatihah, boleh membaca ayat mana pun dari Al-Qur’an. Sebagaimana kata Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Di dalam Al-Qur’an itu tidak ada yang dapat diabaikan. Oleh sebab itu, dalam sholat witir engkau boleh membaca ayat Al-Qur’an yang engkau sukai.”

Namun jika sholat witirnya tiga rakaat, sunnah membaca surat Al A’la pada rakaat pertama dan Surat Al Kafirun pada rakaat kedua. Sedangkan pada rakaat ketiga membaca Surat Al Ikhlas, Surat Al Falaq dan Surat An Nas.

Hal ini sebagaimana hadits yang riwayat Abu Dawud dan An Nasa’i dari Ubai bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.

5. Sholat Witir di Bulan Ramadhan
Bagaimana pelaksanaan sholat witir di bulan Ramadhan, khususnya jika ingin sholat tahajud di akhir malam? Apakah setelah ikut berjamaah witir usai Shalat Tarawih, lalu malamnya bangun sholat tahajud masih perlu witir lagi? Atau sebaiknya tidak ikut witir berjamaah?

Jika ingin sholat tahajud di akhir malam, boleh ikut shalat witir berjamaah. Kalau sudah witir, malamnya sesudah tahajud tidak usah witir lagi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لاَ وِتْرَانِ فِي لَيْلَةٍ

Tidak ada dua witir dalam satu malam. (Hr. Tirmidzi, An-Nasa’i dan Abu Daud)

Boleh juga tidak witir berjamaah. Nanti witirnya setelah tahajud. Namun yang lebih utama adalah witir berjamaah bersama imam.

Niat Sholat Witir

Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat.

Bagaimana hukumnya melafalkan niat? Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, melafalkan niat hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lafadz niat sholat witir satu rakaat sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Usholli sunnatal witri rok’atan lillahi ta’aalaa)

Artinya: “Aku niat sholat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta’ala”

Lafadz niat sholat witir dua rakaat sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

(Usholli sunnatal witri rok’ataini lillahi ta’aalaa)

Artinya: “Aku niat sholat sunnah witir dua rakaat karena Allah Ta’ala”

Lafadz niat sholat witir tiga rakaat sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى

(Usholli sunnatal witri tslatsa roka’aatin lillahi ta’aalaa)

Artinya: “Aku niat sholat sunnah witir tiga rakaat karena Allah Ta’ala”

Do'a Sholat Witir

Setelah witir disunnahkan membaca tiga kali:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

(Subhaanal malikil quddus)

Artinya: Maha Suci Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan.

Dzikir tersebut sebagaimana hadits shahih riwayat Abu Daud dan An Nasa’i.

Lalu membaca doa sholat witir:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allohumma inni a’udzu bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’aafaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik

Artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaanMu dari kemarahanMu, dan dengan keselamatanMu dari hukumanMu dan aku berlindung kepadaMu dari siksaMu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepadaMu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diriMu sendiri.

Do'a sholat witir ini berdasarkan hadits shahih riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah.

“ Jadikanlah penutup sholat malam kalian adalah sholat witir .” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam As-Syafi‘i mengatakan bahwa bilangan rakaat witir adalah dibolehkan satu rakaat. Beliau berpegang pada hadis yang menjelaskan bahwa Rasul shalat witir dengan satu rakaat.

قالت عائشة : أنه صَلَّى الله عليه وسلم كان يصلي من الليل إحدى عشرة ركعة يوتر منها بواحدة

Artinya, “Aisyah berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan shalat malam sebanyak sebelas rakaat dan salah satunya dilakukan dengan ganjil (witir) dengan satu rakaat.”

Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa Rasul memerintahkan jika khawatir tiba shalat subuh, maka shalat witir saja dengan satu rakaat. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA:

 صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا رَأَيْتَ أَنَّ الصُّبْحَ يُدْرِكُكَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ

 Artinya,“Shalat malam itu dilaksanakan dua rakaat dua rakaat, jika kamu melihat waktu subuh sudah dekat, maka ganjilkanlah dengan satu rakaat.”

Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab Al-Majmu’ (3/505).

وَأَقَلُّهُ رَكْعَةٌ بِلَا خِلَافٍ وَأَدْنَى كَمَالِهِ ثَلَاثُ رَكَعَاتٍ وَأَكْمَلُ مِنْهُ خَمْسٌ ثُمَّ سَبْعٌ ثُمَّ تِسْعٌ ثُمَّ إحْدَى عَشْرَةَ وَهِيَ أَكْثَرُهُ عَلَى الْمَشْهُورِ فِي الْمَذْهَبِ وَبِهِ قَطَعَ الْمُصَنِّفُ وَالْأَكْثَرُونَ

Batas minimal shalat witir adalah satu raka’at, tidak ada khilaf dalam masalah ini. Namun minimal pelaksanaan witir yang sempurna adalah tiga raka’at, lebih sempurna lagi jika dikerjakan lima rakaat, kemudian tujuh, Sembilan dan sebelas. Sebelas rakaat adalah maksimal rakat shalat witir berdasarkan pendapat masyhur dalam mazhab, dan mayoritas ulama Syafi’iyah.

Demikian panduan sholat witir mulai dari keutamaan, tata cara, niat hingga doa. Semoga bermanfaat dan semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkannya.

 

___________

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 03 Mei 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan
Editor : Sandipo

Sumber : HR. Bukhari dan Muslim