Memperhatikan Sepuluh Perkara yang Membatalkan Puasa

 
Memperhatikan Sepuluh Perkara yang Membatalkan Puasa
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Puasa Ramadhan adalah salah satu ibadah wajib bagi umat Islam. Di dalamnya terkandung banyak hikmah dan kemuliaan. Dan tujuan dari pusa yang diwajibkan itu adalah meningkatnya ketakwaan untuk selanjutnya menjadi manusia yang bersyukur.

Sebagaimana ibadah wajib lainnya, puasa Ramadhan juga ada syarat dan rukunnya, serta ada perkara-perkara yang dapat membatalkannya. Agar puasa yang dilakukan itu sah dan diterima Allah SWT, maka syarat dan rukunnya harus terpenuhi dan tidak melakukan perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa. Jadi, meskipun syarat dan rukun puasa terpenuhi, tetapi melakukan perkara yang membatalkan puasa, maka tentu puasa yang dilakukannya tidak sah dan hal itu dapat menghapus pahala puasa. Selain itu, jika seseorang melakukan perkara-perkara yang membatalkan puasa, maka di lain hari ia harus menggantinya (qadha') dan atau membayar kafarat (tebusan) seseuai ketentuan yang ada.

Adapun syarat wajib berpuasa itu ada tiga, tapi ada juga yang mengatakan empat, sebagaimana diterangkan Oleh Syaikh Ibnu Qasim Al-Ghazi di dalam Kitab Fathul Qorib. 

Berikut ini syarat wajib puasa:

1. Islam
2. Baligh
3. Berakal

Kemudian menurut ulama yang berpendapat ada empat, maka tiga tersebut ditambah satu lagi, yakni:
4. Mampu berpuasa

Sedangkan rukun atau fardhu puasa ada empat perkara, yaitu:

1. Niat
2. Menahan diri dari makan dan minum
3. Menahan diri dari melakukan jima’ (bersetubuh/bersenggama)
4. Menahan diri dari muntah yang disengaja

Jika semua perkara di atas dipenuhi, maka selanjutnya kita wajib menjaga puasa selama bulan Ramadan agar tetap sah, yakni dengan tidak melakukan perkara-perkara yang dapat membatalkannya. 

Karena itu, kita juga harus memperhatikan perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa. Berhati-hati agar tidak sampai batal karena kesalahan kita sendiri yang tidak memahami perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa tersebut.

Di dalam Kitab Fathul Qorib dijelaskan, bahwa ada sepuluh perkara yang dapat membatalkan puasa, sebagaimana keterangan di dalam redaksi berikut:

أحدها وثانيها (ما وصل عمدا إلى الجوف) المنفتح (أو) غير المنفتح كالوصول من مأمومة إلى (الرأس) والمراد إمساك الصائم عن وصول عين إلى ما يسمى جوفا (و) الثالث (الحقنة في أحد السبيلين) وهو دواء يحقن به المريض في قبل أو دبر المعبر عنهما في المتن بالسبيلين (و) الرابع (القيء عمدًا) فإن لم يتعمد لم يبطل صومه كما سبق. (و) الخامس (الوطء عامدا) في الفرج فلا يفطر الصائم بالجماع ناسيا كما سبق (و) السادس (الإنزال) وهو خروج المني (عن مباشرة) بلا جماع محرماً كان كإخراجه بيده أو غير محرم كإخراجه بيد زوجته أو جاريته واحترز بمباشرة عن خروج المني بالاحتلام فلا إفطار به جزماً (و) السابع إلى آخر العشرة (الحيض والنفاس والجنون والردة) فمتى طرأ شيء منها في أثناء الصوم أبطله

Dari redaksi di atas, dapat dirinci bahwa perkara yang membatalkan puasa adalah:

1. Masuknya benda ke dalam tubuh dengan sengaja, melalu lubang yang terbuka (mulut, hidung, dan lain-lain).
2. Masuknya benda ke dalam tubuh melalui jalan yang tertutup, seperti benda yang masuk ke dalam otak melalui kepala ketika terjadi sebuah kecelakan. Dan pada dasarnya yang dikehendaki dalam hal ini adalah bahwa puasa seseorang itu bisa menjadi batal ketika ada sesuatu yang masuk ke dalam anggota tubuh. Tetapi berbeda dengan suntik, sebagian besar ulama tidak menganggapnya dapat membatalkan puasa.
3. Mengobati sakit melalui dua jalan (qubul dan dubur).
4. Muntah dengan sengaja. Namun apabila tidak disengaja maka puasanya tidak batal.
5. Bersetubuh/bersenggama dengan sengaja. Namun tidak dianggap membatalkan puasa apabila seseorang itu melakukanya disebabkan karena lupa bahwa dirinya sedang puasa.
6. Keluar mani atau sperma karena bertemunya dua kulit (antara laki-laki dan perempuan) walaupun tanpa bersetubuh. Tetapi jika keluarnya mani itu disebabkan karena mimpi, maka hal itu tidaklah membatalkan puasa. 
7. Haid
8. Nifas
9. Majnun (gila)
10. Murtad

Demikianlan perkara-perkara yang harus diperhatikan dengan baik, agar puasa yang dilakukan bernilai sempurna dan bisa meraih keutamaan puasa Ramadhan. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 19 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim