Hukum Berbuka Puasa dengan Jima'
PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum. Permisi ada yang mau ditanyakan nih. Apakah boleh berbuka puasa dengan berjima'. Jadi ketika pas bedug maghrib, suami langsung memasukan dzakarnya ke dalam farji istrinya ?
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam. Boleh berbuka puasa dengan berjima', namun tidak mendapatkan kesunahan TA'JIIL AL-FITRI (menyegerakan diri saat berbuka) karena senggama dapat melemahkan stamina tubuh.
- Nihaayah az-Zain I/194 :
( و ) الثاني ( تعجيل الفطر ) بعد تحقق الغروب وقبل الصلاة للخبر السابق وسن ذلك ولو مارا بالطريق ولا تنخرم مروءته به كطلب الأكل يوم عيد الفطر قبل الصلاة ولو مارا بالطريق والمعتمد عدم حصول سنة التعجيل بالجماع لما فيه من إضعاف القوة
Kesunahan yang kedua : Menyegerakan diri dalam berbuka puasa setelah yakin tenggelamnya matahari dan sebelum menjalani shalat maghrib berdasarkan hadits yang lalu. Dan kesunahannya meskipun ia sedang dalam perjalanan selama tidak mengurangi wibawanya seperti hukumnya meminta makanan pada orang lain di hari raya Idul Fitri sebelum menjalani shalat Ied. Menurut pendapat yang Mu’tamad (yang dapat dijadikan pegangan) tidak terdapatkannya kesunahan menyegerakan diri dalam berbuka puasa saat berbukanya menggunakan senggama karena senggama dapat melemahkan stamina. Wallaahu A'lamu Bis Showaab.
- Albajuri :
و يسن ان يفطر على تمر و الا فماء فان لم يكن لم يجد الا الجماع افطر عليه البيجورى ١/٤٣٦
Dan disunnahkan berbuka dengan korma, bila tidak ada maka dengan air. Dan bila tidak ada kecuali hanya ada jima' maka berbukalah dengan nya.
- Busyrol Karim :
و هل يحصل الفطر بنحو جماع و ادخال نحو عود فى اذنه فال ب ج الاولى نعم وقال ق ل قوله و تعجيل فطر اى بغير جماع وانما يسن ما ذكر بشرى الكريم ٢/٧٣
Tapi ingat ya, jika tidak ada yang untuk dibuat buka kecuali jimak, maka jimak bisa menjadi kesunahan ta'jilul fitri.
- Hawasyi Syarwaniy :
ويسن تعجيل الفطر ) أي بتناول شيء كما في الجواهر وقضيته عدم حصول سنة التعجيل بالجماع وهو محتمل لما فيه من إضعاف القوة والضرر شرح م ر اه سم قال ع ش قوله م ر وهو محتمل معتمد اه وقال الرشيدي وقضيته أي ما في الجواهر أيضا عدم حصولها بالاستقاءة أو إدخال نحو عود في أذنه أو إحليله أو نحو ذلك وإن كان ما ذكره م ر من التعليل يأبى ذلك اه وقال الشارح في الإيعاب ما نصه وعبر أي المصنف كالقمولي بتناول المفطر لأنه أفطر بالغروب وقضيته حصول أصل السنة بسائر المنافيات للصوم كالجماع اه وجمع شيخنا بما نصه فإن لم يجد إلا الجماع أفطر عليه وقول بعضهم لا يسن الفطر عليه محمول على ما إذا وجد غيره اه قول المتن حواشي الشرواني - (ج 3 / ص 420)
Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Kunjungi Juga
- Pasarkan Produk Anda dengan Membuka Toko di Marketplace Laduni.ID
- Profil Pesantren Terlengkap
- Cari Info Sekolah Islam?
- Mau Berdonasi ke Lembaga Non Formal?
- Siap Berangkat Ziarah? Simak Kumpulan Info Lokasi Ziarah ini
- Mencari Profil Ulama Panutan Anda?
- Kumpulan Tuntunan Ibadah Terlengkap
- Simak Artikel Keagamaan dan Artikel Umum Lainnya
- Ingin Mempelajari Nahdlatul Ulama? Silakan
- Pahami Islam Nusantara
- Kisah-kisah Hikmah Terbaik
- Lebih Bersemangat dengan Membaca Artikel Motivasi
- Simak Konsultasi Psikologi dan Keluarga
- Simak Kabar Santri Goes to Papua
Memuat Komentar ...