Hukum Puasa untuk Musafir dan Selisih Waktunya

 
Hukum Puasa untuk Musafir dan Selisih Waktunya

PERTANYAAN :

 

Assalamualaikum. Tanya, hari Sabtu terbang ke benua lain mendarat malam sabtunya. [ mundur setengah hari] di situ sampai sabtu siang, terus terbang naik pesawat ke benua yang laen mendarat hari Senin. [ maju dua hari] jadi dia kehilangan satu hari yaitu hari Ahad. Ini dialami KH.Hasyim Muzadi ketika dakwah keliling dunia. Lalu bagaimana tentang shalat nya? Andai pas ramadhan bagaimana pula puasanya?

 

JAWABAN :

Wa'alaikum salam, shalat dan puasanya orang yang bepergian ke daerah yang beda waktu shalat dan puasanya, menyesuaikan tempat tinggalnya terakhir (tempat tujuan).

- Kasyifatus saja' :

ولو سافر من صام إلى محل بعيد من محل رؤيته وافق أهله في الصوم آخراً، فلو عيد قبل سفره ثم أدركهم بعده صائمين أمسك معهم وإن تم العدد ثلاثين لأنه صار منهم أو سافر من البعيد إلى محل الرؤية عيد معهم وقضى يوماً إن صام ثمانية وعشرين، وإن صام تسعة وعشرين فلا قضاء وهذا الحكم لا يختص بالصوم بل يجري في غيره أيضاً حتى لو صلى المغرب بمحل وسافر إلى بلد فوجدها لم تغرب وجبت الإعادة.

Dan seandainya seorang yang berpuasa bepergian ke tempat yang jauh dari tempat ruh'yahnya, maka ia menyesuaikan penduduk tempat itu dalam puasanya dengan mengakhirkan.....dst

....hukum ini tidak hanya khusus untuk puasa, tetapi berlaku juga pada yang lain, hingga seandainya ia shalat maghrib di suatu tempat lalu bepergian ke suatu negeri dan didapatinya matahari belum tenggelam, maka shalatnya wajib diulang.

Sebagai perbandingan, berikut ini hasil musyawarah Jam'iyyah Riyadlotut Tholabah ponpes Al-Falah Ploso Mojo Kediri Tuhfatur Rohabah :

SOAL : Orang yang telah melaksanakan sholat subuh kemudian bepergian ke daerah yang disana belum terbit fajar. Apakah orang itu wajib melaksanakan sholat subuh lagi setelah terbitnya fajar di daerah tersebut ?

JAWAB : Wajib sholat lagi Keterangan dari kitab I'anatuth Tholibin 1 : 117

ﻭﻋﺒﺎﺭﺗﻪ ؛ ﻭﻟﻮ ﻏﺮﺑﺖ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻓﻰ ﺑﻠﺪ ﻓﺼﻠﻰ ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﺛﻢ ﺳﺎﻓﺮ ﺍﻟﻰ ﺑﻠﺪ ﺃﺧﺮﻯ ﻓﻮﺟﺪﻫﺎ ﻟﻢ ﺗﻐﺮﺏ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺟﺒﺖ ﺍﻹﻋﺎﺩﺓ ـ ﺍﻩ ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ ﺹ 117

Wallohu a'lam.

 

Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah