Hukum Puasa Setelah Malam Nisfu Sya'ban

 
Hukum Puasa Setelah Malam Nisfu Sya'ban

Laduni.ID, Jakarta - Bulan sya’ban sebentar lagi meninggalkan kita semua, dibuktikan dengan masuknya pertengahan bulan sya’ban (Nisyfu Sya’ban), sebagai tanda memasuki bulan agung, bulan penuh rahmah, bulan penuh ampunan dan dijauhkan dari api neraka yaitu bulan Ramadhan.

Permasalahan yang terjadi di masyarakat ketika ada yang masih menjalankan puasa di akhir di bulan Sya’ban.

Dalam beberapa hadis menyebutkan Rasulullah SAW memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Pada bulan tersebut terdapat banyak keutamaan dan berbagai macam peristiwa penting. Tidak hanya itu, bulan Sya’ban juga memiliki malam yang istimewa dan penuh berkah, yaitu malam nisfu Sya’ban. Malam nisfu Sya’ban diyakini sebagai malam pengampunan dan penuh keberkahan. Dianjurkan pada malam pertengahan Sya’ban memperbanyak ibadah, doa, dan istighfar.

Setelah malam nisfu Sya’ban, apakah masih ada kesunahan yang bisa kita lakukan? Apakah pada tanggal 16 Sya’ban dan seterusnya masih dianjurkan untuk berpuasa?

قوله وكذا بعد نصف شعبان ) أي وكذلك يحرم الصوم بعد نصف شعبان لما صح من قوله صلى الله عليه وسلم إذا انتصف شعبان فلا تصوموا

( قوله ما لم يصله بما قبله ) أي محل الحرمة ما لم يصل صوم ما بعد النصف بما قبله فإن وصله به ولو بيوم النصف بأن صام خامس عشره وتالييه واستمر إلى آخر الشهر فلا حرمة

(Keterangan ‘begitu juga haram puasa setelah nisyfu sya’ban) berdasarkan hadits “Bila bulan sya’ban telah menjadi separuh, janganlah kalian berpuasa”. Keharaman ini dengan catatan bila puasa setelah hari nisyfu sya’ban (tanggal 16-pen) tersebut tidak disambungkan dengan puasa sebelumnya, bila disambungkan meskipun dengan berpuasa di tanggal separuh bulan sya’ban (meskipun hanya disambungkan dengan puasa pada tanggal 15) dan kemudian disambung dengan hari setelahnya hingga tanggal 30 (syaum assyak) maka tidak lagi dihukumi haram. [ I’aanah at-Thoolibiin II/273 ].

وقد قطع كثير من الشافعية بأن ابتداء المنع من أول السادس عشر من شعبان واستدلوا بحديث العلاء بن عبد الرحمن عن أبيه عن أبي هريرة مرفوعا : ( إذا انتصف شعبان فلا تصوموا ) أخرجه أصحاب السنن وصححه ابن حبان وغيره

Menurut pendapat kebanyakan ulama dari kalangan syafiiyyah permulaan larangan puasa sya’ban adalah tanggal 16 sya’ban dengan tendensi hadits riwayat al’Allaa’ Bin Abdur Rohman dari ayahnya dari Abu hurairah ra “Bila bulan sya’ban telah menjadi separuh, janganlah kalian berpuasa” (HR . Ashaab assunan disahihkan oleh Ibnu Hibbaan dan lainnya. [ Nail al-Authaar IV/349 ].

 

Sumber:

  1. I’aanah at-Thoolibiin II/273
  2. Nail al-Authaar IV/349

Catatan : Tulisan ini terbit pertama kali pada Kamis, 18 April 2019 . Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan revisi di beberapa bagian.