Menyibukkan Diri untuk Mensucikan Hati

 
Menyibukkan Diri untuk Mensucikan Hati

Setiap orang yang Islamnya bagus dan nyata, senantiasa mengerjakan hal-hal yang berguna dan meninggalkan hal-hal yang tidak berguna (tidak perlu). Sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna adalah aktifitas mereka yang terjerembab dalam kebatilan, yang terhalang dari ridho Tuhannya. Siapa yang tidak mengamalkan terhadap apa yang diperintahNya, lalu sibuk dengan hal-hal yang tidak diperintah oleh Allah Azza wa-Jalla, berarti ia nyata-nyata terhalang, nyata-nyata mati, dan terlempar.

Dari hadits Nabi Saw : 
“Diantara tanda-tanda kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak perlu.” (HR. Tirmidzy).

Kesibukanmu dengan dunia butuh niat yang shaleh, jika tidak anda terkena amarah. Pertama-tama, sibuklah menyucikan hatimu, lalu siapkan untuk ma’rifah. Bila anda menelantarkan akar prinsip, maka yang cabang pun tidak bakal diterima. Tidak ada gunanya kesucian jasadmu pada saat yang sama hatimu najis. Sucikan jasadmu dengan sunnah (hadits) lalu sucikan hatimu dengan Qur’an. Jagalah hatimu hingga jasadmu terjaga. Setiap tempat memancarkan apa yang ada di dalamnya. Hatimu akan memancarkan pada aktivitas fisikmu.

Sehatkan akalmu. Karena anda tidak mengamalkan seperti orang yang meyakini maut, anda bukan  seperti aktifitas amal orang yang mendekatkan diri penuh muroqobah kepada Allah Azza wa-Jalla, dengan penuh takut atas perhitungan dan argumenNya.

Hati yang benar penuh dengan tauhid dan tawakkal, yaqin dan penuh taufiq, ilmu dan iman dan terus memandangNya penuh taqarrub. Hati yang benar memandang makhluk dengan ketakberdayaan, hina, dan fakir. Karena itu ia tak pernah sombong pada anak kecil, namun ia begitu keras ketika menghadapi musuh kafir, orang munafik, dan ahli maksiat sebagai bentuk pendidikan untuk kepentingan Allah Azza wa-Jalla, dan anda seperti secuil daging tak berdaya di hadapanNya. Anda sangat rendah hati dan merasa sangat rendah di hadapan orang-orang saleh yang bertaqwa dan wara’. Inilah yang disifati Al-Qur’an oleh Allah Swt:

“Sangat tegas kepada orang-orang kafir dan sangat penuh kasih sayang kepada mereka (orang-orang beriman).” (Qs. Al-Fath: 29)

Hai orang bid’ah, anda tidak akan pernah bisa mengucapkan “Sesungguhnya Aku adalah Allah,” kecuali yang mengucapkan adalah Allah Azza wa-Jalla. Allah Azza wa-Jalla Maha Bicara, tidak pernah bisu, dan karenanya Allah Azza wa-Jalla, berbicara kepada Nabi Musa as.:

“Dan Allah Azza wa-Jalla berbicara kepada Musa dengan Maha BicaraNya.”  (Qs. An-Nisaa’: 164)

Dia Maha Bicara dan BicaraNya bisa didengar dan dipahami: “Wahai Musa Akulah Sesuungguhnya Allah, Tuhan sekalian alam.” (Qs. Al-Qashash: 30)

Klaim Ketuhanan tak akan pernah ada kecuali hanya Aku (Allah), baik klaimnya Fir’aun atau makhluk lainnya, suatu kejadian yang pernah membuat Musa as. sedih, kemudian Allah Azza wa-Jalla menguatkan iman dan yaqinnya. Begitu juga ketika malam gulita ia resah dengan situasi keluarganya, maka Allah menampakkan hidayahNya, kemudian memberikan petunjuk sesuai dengan kebiasaannya dan sebab akibatnya: 

“Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api…” (Qs. Thaha: 10)

Aku melihat cahaya, rahasia batin dan qalbuku, maknawiku dan kedalaman ruhku melihat cahaya, yang datang kepadaku, mendahuluiku dan memberi petunjuk padaku. Lalu rasa tidak butuh pada makhluk datang padaku, lalu kewalian dan khilafah datang kepadaku. Yang asli datang dan yang cabang pergi. Sang raja datang dan kerajaan sirna. Ketakutan pada fir’aun hilang dan hanya takut padaNya. Lalu ia titipkan keluarganya dan ia pasrahkan kepada Tuhannya Azza wa-Jalla. Ia lalu berjalan dan di belakangnya tidak ada apa-apa.

Begitulah seorang mukmin sejati ketika didekatkan oleh Allah Azza wa-Jalla, dan diundang untuk datang ke pintuNya, maka hatinya memandang kanan kiri depan belakang, dan semua yang dipandang hanyalah Wajah Allah Azza wa-Jalla, lalu ia bicara pada dirinya, hawa nafsunya, fisiknya, kebiasaannya, keluarganya dan semuanya yang ada dalam dirinya, “Aku melihat cahaya qalbu dari Tuhanku Azza wa-Jalla dan aku berjalan padaNya, jika aku kembali, aku kembali pada kalian.”

Dunia dan seisinya, kesenangan dan usaha, semua makhluk dan semua ciptaan,  semua dititipkan padaNya, ia menuju kepada Sang PenciptaNya. Maka Allah Azza wa-Jalla, melindungi  anak isterinya, seluruh usahanya yang halal, yang dismbunyikan Allah Azza wa-Jalla pada orang-orang yang jauh. Bukan datang dari orang-orang terdekat, dari orang-orang yang benci, atau orang-orang yang mencintai. Tersembunyi dari hal-hal yang biasa, bukan dari yang langka. 

Inilah hati jika sudah bening ia mendengarkan panggilan Allah Azza wa-Jalla. Bukankan anda pernah mendengar bagaimana panggilan para Nabi, Rasul, dan Wali. Saat itulah mereka begitu dekat padaNya, dan hidupnya adalah kedekatan itu sendiri, bahkan ia merasa mati kalau jauh dariNya. Ridhonya adalah ketika ia munajat padaNya, jauh dari segalanya. Maka ia tak peduli ketika dunianya sirna, tidak peduli pada lapar dan dahaga, compang camping pakaiannya, dan runtuhnya harta.  

Kerelaan sang penempuh adalah ketaatan, sedangkan kerelaan sang arif (murid) adalah kedekatan padaNya Azza wa-Jalla. Wahai orang yang sok patuh, apa ini semua!? Anda tidak termasuk mereka. Ini semua tidak bisa ditempuh dengan puasa di siang hari dan bangun di malam hari. Tidak bisa ditempuh dengan makanan kasar apa adanya dan pakaian lusuh, namun penuh hawa nafsu, watak buruk dan kebodohan, apalagi biar disebut atau dipandang makhluk.

Bersihkan semua itu darimu maka anda akan benar, anda akan sampai dan mendekat sesuai cita-citamu karena anda sedang membubung luhur. Pasrahkan, maka anda akan selamat. Berselaraslah padaNya, maka anda akan tertolong. Relalah padaNya, Dia rela padamu. Bersegeralah padaNya, Allah Azza wa-Jalla benar-benar menyempurnakan dirimu.

Ya Allah lindungi perkara kami di dunia dan di akhirat, dan jangan Engkau serahkan pada diri kami, juga bukan pada salah satu dari makhlukMu.

Sumber : Sufi News