Uswatun Hasanah, Nilai Ketauladanan Nabi yang Makin Terlupakan

 
Uswatun Hasanah, Nilai Ketauladanan Nabi yang Makin Terlupakan

LADUNI.ID - Belakangan ini semakin banyak kita temui Da’i yang menyampaikan dakwah-dakwah melalui ucapan dan cara yang tidak baik dan mendidik. Hanya dengan modal pengetahuan agama pas-pasan mereka dengan kepercayaan diri berlebihan berani berbicara keras dengan perkataan yang tak pantas dihadapan banyak jamaah pada setiap kesempatan, dan akhirnya menjadi konsumsi publik yang lebih luas setelah diviralkan melalui media sosial.

Maka tidak mengherankan jika hasilnya pun sangat minim akan hal-hal ahsan/baik yang terlontar dari ucapan-ucapan pesan mereka layaknya seseorang yang meneruskan warisan para Nabi, seperti yang tertuang dalam sebuah Hadits;

 الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

“Ulama adalah pewaris para nabi.”  (HR. At Tirmidzi dari Abu Ad-Darda RA)

Bahkan bertolak belakang dengan maksud Hadits tersebut dimana ulama seyogianya mewarisi tidak hanya ilmu tetapi juga akhlak dan perilaku para Nabi terdahulu, khususnya Rasulullah SAW yang sangat halus tutur katanya dalam kondisi dan situasi apapun.

Jika diamati sebenarnya tidak hanya kurangnya kompetensi para Da’i itu saja yang menyebabkan munculnya pergeseran nilai-nilai dan pola dakwah seperti ini, namun juga kondisi sosial politik yang sedang berlangsung kurang kondusif di negara ini juga turut berperan, maka tak ayal model dakwah mereka makin diminati oleh masyarakat yang tanpa sadar menjadi alat kepentingan segelintir orang ataupun kelompok tertentu demi memuluskan tujuan, melalui isue-isue sentimen agama yang sensitif.

Sangat memprihatinkan mendapati fenomena kualitas para penceramah agama saat ini, tapi di sisi lain kita pantas pula prihatin atas olah pikir masyarakat yang cenderung mudah terprovokasi dan termakan ujaran-ujaran kebencian atas nama agama yang semakin marak. Tidak saja masyarakat daerah pedesaan bahkan banyak pula masyarakat muslim awam perkotaan yang dianggap lebih terdidik secara akademis khususnya kalangan mahasiswa dan profesional juga tak luput dari pengaruh ujaran kebencian para Da’i ini.

Sudah saatnya masyarakat sadar akan kerusakan fatal yang dapat ditimbulkan oleh hal ini, terlebih telah banyak contoh yang dapat dilihat pada negeri-negeri lain yang mengalaminya sebelum akhirnya memporak porandakan ukhuwah berbangsa mereka dan hanya menyisakan penyesalan dan penderitaan berkepanjangan dari penduduknya hingga sekarang.

Sehingga dalam suasana bulan Maulid yang penuh berkah ini adalah waktu yang tepat kiranya untuk kembali bermuhasabah dan mendengarkan suri tauladan dari Rasulullah Muhammad SAW yang banyak disampaikan dalam pembacaan riwayat Nabi pada acara-acara peringatannya, selain untuk semakin memupuk rasa cinta kepada beliau, serta yang lebih penting lagi agar dapat mengambil hikmah dan contoh dari segala kebaikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW (Uswatun Hasanah) pada setiap perilaku kesehariannya dalam menyampaikan pesan-pesan Islam yang rahmatan lil  al ‘amin seperti firman Allah SWT dalam QS. Al Ahzab. 

 

(dad)