Urgensi Kejujuran Dalam Komunikasi Massa

 
Urgensi Kejujuran Dalam Komunikasi Massa

LADUNI.ID, KOLOM- Dalam alqur’an kejujuran diistilahkan dengan amanah, ghairul Takdzib, Shidiq, Al-haq. Dengan dasar etika seperti ini, maka seseorang pekerja di media massa dalam pandangan alquran tidak akan berkomuniksi secara dusta, atau dengan istilah lahwal-hadit, dan al-ifk. Istilah lahw al-hadits   dapat diterjemahkan dengan kebohongan cerita atau cerita palsu.

Sementara kata l-ifk mengandung pengertian mengada-ada, berita palsu, gosip ( istilah yang populer dalam media massa ). Percaya dalam bahasa alquran biasa diungkapkan dengan kata “amana”. Kata-kata ini dalam berbagai bentuk jadiannya didalam alquran cukup banyak; yakni 834 buah, termasuk di dalamnya istilah amanat.

Tetapi kata amana lebih berkonotasi kepada pengertian kepercayaan kepada Tuhan atau kepada kekuatan gaib. Istilah terpercaya/jujur itu sendiri dalam Alquran diungkapkan dengan kata amina dan amuna. Sementara kata amanah itu sendiri terambil dari kata amunaya’-munuamanatan.

Secara harfiah dapat diterjemahkan dengan tidak menipu atau tidak membelot. Atau juga dengan istilah amin-amna. Ayat-ayat yang mengungkapkan amanat terdapat dalam alquran pada 6 tempat; 2 buah dalam bentuk mufrad (singula), dan 4 kali dlam bentuk jama’ (plural). Contohnya dapat dilihat pada ayat 58 dalam surat an-Nisa’ :

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan ( menyuruh kamu ) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah mahab mendengar lagi maha melihat”. (QS. An-nisa’:58)

Dalam surat al-Mu’minun ayat 8 ditegaskan bahwa salah satu indikator orang beriman yang beruntung adalah sejauhmana ia mampu memelihara amanah yang diberikan kepadanya.

 Sedangkan pada surat al-mu’anj 32, Allah mengatakan orang yang ( antara lain ) mampu memelihara amanahnya, akan terhindar dari sifat gelisah bila ditimpa musibah, dan tidak bersifat kikir kalau ia mendapat kebaikan atau rezeki dari Allah.

Oleh karena ia mengalami ketegangan batin dan senantiasa suka memberi atau punya kepedulian sosial, maka Allah telah menjanjikan kekekalan dan kemuliaan tinggal di surga. Dari konteks komunikasi bisa dipahami bahwa ketidakjujuran dalam memberikan kegelisahan batin dan hilangnya rasa kepedulian sosial terhadap masyarakat Dhuafa’,

 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh

 

Sumber: Marzuki, Pemanfaatan Media Massa Dalam Komunikasi Politik Islam, 2016