Memahami Perbedaan antara Al-Quran dan Hadis

 
Memahami Perbedaan antara Al-Quran dan Hadis
Sumber Gambar: Pixabay, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Nabi Muhammad SAW adalah Rasul yang diperintahkan Allah SWT menyebarkan agama Islam. Semua yang disampaikan oleh beliau tidak lain adalah wahyu dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbohong sama sekali. Beliau masyhur dan diakui oleh semua orang mempunyai sifat yang shiddiq, artinya jujur, amanah, artinya dapat dipercaya, fathonah, artinya sangat cerdas dan tabligh, yakni menyampaikan segala hal yang diwahyukan.

Allah SWT berfirman terkait segala hal yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, dalam Surat An-Najm ayat 3.

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ

Artinya: "Dan tidak pula (Muhammad) berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu(-nya). Ia (Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan (kepada Muhammad)."

Jadi dari sini, kita harus memahami dan meyakini sepenuhnya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang Rasul yang diperintahkan oleh Allah SWT menyampaikan wahyu yang didapatkannya. Dan tiada lain wahyu ini semuanya dari Allah SWT.

Tetapi, dalam konteks ini ada sejumlah istilah yang terkait dengan perihal wahyu yang didapatkan dari Allah SWT yang kemudian disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam, yakni Al-Quran dan Hadis. Hadis ini bisa berupa Hadis Qudsi ataupun Hadis Nabawi.

Umat Islam harus memahami istilah tersebut agar tidak terjadi kerancuan. Sebab, tidak jarang sebagian umat Islam masih meragukan otentisitas Al-Quran sebagai Kalamullah dan mencampuradukkannya dengan wahyu yang berupa Hadis.

Dalam membedakan Al-Quran dan Hadis itu perlu rujukan yang cukup otoritatif. Di antara kitab yang menjelaskan tentang perbedaan tersebut adalah Kitab Tanwirul Qulub. Di dalam kitab ini Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi menjelaskan sebagaimana berikut:

الْفَرْقُ بَيْنَ الْقُرْآنِ وَالْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ وَالْحَدِيْثِ النَّبَوِيِّ، أَنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى النَّبِيِّ بِاللَّفْظِ وَالْمَعْنَى الْمُتَعَبَّدُ بِتِلاَوَتِهِ وَإِعْجَازُ الْخَلْقِ عَنِ اْلإِتْيَانِ بِمِثْلِ أَقْصَرِ سُوَرٍ مِنْهُ. وَالْحَدِيْثُ الْقُدْسِيُّ أُنْزِلَ عَلَيْهِ بِغَيْرِ وَاسِطَةِ الْمَلَكِ غَالِبًا بَلْ بِإِلْهَامٍ أَوْ مَنَامٍ إِمَّا بِاللَّفْظِ وَالْمَعْنَى وَإِمَّا بِالْمَعْنَى فَقَطْ وَيُعَبِّرُ عَنْهُ النَّبِيُّ بِأَلْفَاظٍ مِنْ عِنْدِهِ وَيُنْسِبُهُ إِلَيْهِ تَعَالَى لاَ لِلتَّعَبُّدِ بِتِلاَوَتِهِ وَلاَ لِلإِعْجَازِ. وَالْحَدِيْثُ النَّبَوِيُّ أُوْحِيَ إِلَيْهِ مَعْنَاهُ فَقَطْ وَيُعَبِّرُ عَنْهُ بِأَلْفَاظٍ مِنْ عِنْدِهِ وَلاَ يُنْسِبُهُ إِلَيْهِ تَعَالَى. وَأَشْرَفُ الْكُلِّ الْقُرْآنُ، ثُمَّ الْقُدْسِيُّ.

"Perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadis Qudsi serta Hadis Nabi adalah, bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW dengan lafadh dan maknanya, membacanya dinilai ibadah, dan mengandung mu’jizat yang melemahkan semua makhluk untuk bisa membuat padanan surat yang paling pendek dari padanya. Sedangkan Hadis Qudsi, diturunkan kepada Nabi SAW, biasanya tanpa melalui perantaraan malaikat, namun dengan ilham, atau mimpi. Adakalnya dengan lafadh dan maknanya sekaligus, dan adakalanya hanya maknanya saja, Nabi SAW yang membuat redaksinya dan kemudian menisbatkannya (mengatasnamakan) kepada Allah SWT, membacanya tidak dinilai ibadah dan tidak pula mengandung mu’jizat yang melemahkan (sehingga bisa saja seseorang menirunya). Adapun Hadis Nabi, diwahyukan oleh Allah kepadanya dengan maknanya saja, dan Nabi SAW yang membuat redaksinya, serta tidak menisbatkannya kepada Allah SWT. Dan yang paling mulia dari ketiganya adalah Al-Qur’an lalu Hadis Qudsi." (Tanwirul Qulub fi Mu'amalat Al-'Allam Al-Ghuyub, hlm. 475)

Keterangan Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi di atas sudah cukup jelas untuk memahami perbedaan antara Al-Quran dan Hadis.

Pada dasarnya memang perdebatan mengenai status Al-Quran apakah makhluk atau bukan, terus bergulir. Sejak masa Ilmu Kalam marak dipelajari sampai sekarang masih terus diperbincangkan. Konsekuensi jika Al-Quran adalah makhluk, maka kemungkinan besar lafadh itu dibuat oleh Nabi Muhammad SAW. Padahal, sejatinya Al-Qur’an ini adalah Kalamullah yang qodim yang diturunkan lafdhan wa ma’nan yang dibawa oleh Jibril dan kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan inilah pendapat yang dipegang dan diyakini oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Karena itu dari sudut ini pula disampaikan perbedaan antara Al-Quran dan Hadis.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai seorang Rasul itu ada tiga istilah, yakni Al-Qur’an, Hadis Qudsi dan Hadis Nabi/Nabawi.

Jika dikompilasi perbedaan antara Al-Qur’an, Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi, maka bisa dilihat sebagaimana berikut:

1. Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan berupa lafadh dan maknanya

2. Membaca Al-Quran dinilai berpahala

3. Tidak ada yang bisa meniru Al-Quran (karena Al-Quran adalah Mukjizat, yakni yang melemahkan selainnya)

4. Hadis Qudsi adalah wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW tanpa perantara Malaikat seperti biasanya, tetapi berupa ilham atau mimpi

5. Hadis Qudsi adakalanya diterima berupa lafadh dan artinya dan adakalanya hanya berupa maknan saja yang kemudian Nabi SAW redaksinya dan menisbatkannya (mengatasnamakan) kepada Allah SWT

6. Membaca Hadis Qudsi tidak dinilai ibadah

7. Hadis Nabawi diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW berupa maknanya saja dan Nabi SAW yang membuat redaksinya, serta tidak menisbatkannya kepada Allah SWT

Dengan demikian jelas sudah perbedaannya. Tidak bisa dirancukan lagi. Al-Quran adalah Kalamullah yang merupakan mukjizat. Dan Allah selalu menjaga keaslian Al-Quran sampai kapanpun.

Allah berfirman dalam Surat Al-Hijr ayat 9:

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”

Karena itu, tidak dibenarkan jika ada yang mengatakan bahwa lafadh Al-Quran dibuat oleh Nabi Muhammad dengan mengatakan, ‘Qola Rasulullah SAW fil Qur’anil Adhim’; Rasulullah berkata di dalam Al-Quran yang Agung.

Perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana lafadh dan maknanya dari Allah SWT. Wallahu ‘Alam bis Showab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 20 Agustus 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim