Biografi Sahabat Zaid bin Tsabit

 
Biografi Sahabat Zaid bin Tsabit
Sumber Gambar: Biografi Sahabat Zaid bin Tsabit (foto ist)

Daftar Isi Biografi Sahabat Zaid bin Tsabit

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Penerus

2.  Sekilas Perjalanan Zaid bin Tsabit

3.  Karya dan Jasa

3.1  Penghimpunan Ayat Al-Quran
3.2  Periwayatan Hadis

4.  Teladan

4.1  Penulis Wahyu dan Surat-surat Nabi
4.2  Bendahara Baitul Mall dan pejabat sementara Khalifah

5.  Chart Silsilah

5.1  Chart Silsilah Sanad Guru
5.2  Chart Silsilah Sanad Murid

6.  Referensi

 

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir          

Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari lahir pada tahun 612M. Zaid bin Tsabit merupakan keturunan Bani Khazraj, yang mulai tinggal bersama Nabi Muhammad ketika ia hijrah ke Madinah. Ketika berusia berusia 11 tahun, Zaid bin Tsabit dikabarkan telah dapat menghafal 11 surah Alquran.

1.2 Wafat          

Zaid bin Tsabit wafat tahun 637M atau 15 H.

1.3 Penerus          

  1. Putranya, Kharijah bin Zaid, menjadi seorang tabi'in besar dan salah satu di antara tujuh ulama fiqih Madinah pada masanya.
  2. Sulaiman bin Yasar
  3. Said bin Musayab
  4. Urwah bin Zubair
  5. Aamir bin Syurahbil
  6. Abu Zinaad

2. Sekilas Perjalanan Zaid bin Tsabit

Ketika itu kaum muslimin sedang sibuk menyiapkan angkatan perang untuk menghadapi perang Badar. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tengah melakukan pemeriksaan terakhir terhadap tentara muslimin yang pertama-tama dibentuk, dan segera akan diberangkatkan di medan jihad di bawah komando beliau. Ketika Rasulullah sedang sibuk-sibuknya, tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia kurang dari tiga belas tahun datang menghadap beliau.

Anak itu kelihatan cerdas, terampil, cermat, dan teliti. Di tangannya tergenggam sebuah pedang yang panjangnya melebihi tinggi badannya. Dia berjalan tanpa ragu-ragu dan tanpa takut melewati barisan demi barisan menuju Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Begitu berada di depan Rasulullah, dia berkata, "Saya bersedia mati untuk Anda, wahai Rasulullah, izinkanlah saya pergi iihad bersama anda, memerangi musuh-musuh Allah dibawah panji-panji Anda."

Rasulullah menengok anak itu dengan pandangan gembira dan takjub. Beliau menepuk-nepuk pundak anak itu tanda kasih dan simpati. Tetapi beliau menolak permintaan anak itu, karena usianya yang sangat muda. Anak itu pulang kembali membawa pedangnya tergesek-gesek menyentuh tanah. Dia sedih dan kecewa, lantaran permintaannya untuk menyertai Rasulullah dalam peperangan pertama yang akan dihadapi beliau, ditolak. Ternyata dari kejauhan ibu anak itu, Nuwar binti Malik, mengikuti dari belakang. la pun tak kalah sedihnya. Dia ingin melihat anaknya berjuang di bawah panji-panji Rasulullah. Dalam angan-angannya terbayang, alangkah bahagianya ayah anak itu sekiranya dia masih hidup, melihat anaknya dapat mendekatkan diri kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi WaSallam, dan berjihad bersamanya.

Tetapi, anak Anshar yang cerdas dan pintar ini tidak lekas putus asa. Walaupun dia ditolak Rasulullah untuk menjadi prajurit karena usianya masih sangat muda, dia berpikir mencari jalan lain yang tidak ada hubungannya dengan usia. Pikirannya yang tajam segera menemukan jalan. Jalan itu ialah bidang ilmu dan hafalan. Ia menyampaikan buah pikirannya kepada ibu. Sang ibu menyambut gembira buah pikiran anaknya, dan segera merintis jalan untuk mewujudkannya. Nuwar memberi tahu beberapa orang famili tentang keinginan yang akan ditempuh anaknya. Mereka setuiu, lalu pergi menemui Rasulullah.

Mereka berkata, "'Wahai Rasulullah, ini anak kami. Dia hafal tujuh belas surah dari kitab Al-Qur'an. Bacaannya betul, sesuai dengan yang diturunkan Allah kepada Anda. Di samping itu dia pandai pula membaca dan menulis Arab. Tulisannya indah dan bacaannya lancar. Dia ingin berbakti kepada Anda dengan keterampilan yang ada padanya, dan ingin pula mendampingi Anda selalu. Jika Anda menghendaki silakan mendengarkan bacaannya."

Rasulullah mendengarkan bacaan anak itu. Bacaannya ternyata memang bagus, betul dan fasih. Kalimat-kalimat Al-Qur'an bagaikan berkerlap-kerlip di bibirnya seperti bintang-gemintang di permukaan langit. Bacaannya menimbulkan pengaruh dan berkesan. Waqaf-waqaf (tanda-tanda baca seperti titik koma dan lain-lain) dilaluinya dengan tepat, menunjukan dia paham dan mengerti dengan baik apa yang dibacanya.

Rasulullah gembira karena apa yang dilihat dan didengarnya mengenai diri anak itu, ternyata melebihi apa yang dikatakan orang yang mengantarnya. Terlebih lagi, anak itu pandai pula membaca dan menulis. Raulullah menoleh kepadanya seraya berkata, 'Jika Engkau mau selalu dekat denganku, pelajarilah baca tulis bahasa Ibrani. Saya tidak percaya kepada orang Yahudi yang menguasai bahasa tersebut, bila mereka saya diktekan sebagai sekretaris saya."

Anak kecil itu menyanggupi. Dengan tekun.ia mempelajari bahasa Ibrani. Karena kecemerlangan otaknya, dalam waktu singkat dia dapat menguasai bahasa tersebut dengan baik, berbicara, membaca dan menulis. Apabila Rasulullah hendak menulis surat kepada orang-orang Yahudi, maka dialah yang dipanggil beliau menjadi sekretaris. Bila beliau menerima surat dari mereka, dia pula yang disuruh membacanya.

Kemudian ia juga belajar tulis baca bahasa Suryani. Ia pun berhasil menguasai bahasa itu dalam tempo singkat, berbicara, membaca dan menulis, seperti penguasaanya terhadap bahasa Yahudi. Dan sejak usianya masih muda iru ia dijadikan Rasulullah sebagai penterjemah kedua bahasa tersebut. Siapakah anak cerdas yang beruntung menjadi Sekretaris Pribadi Rasulullah itu?

Dialah Zaid bin Tsabit! Zaid bin Tsabit tidak hanya tampil sebagai penerjemah, tapi ia juga menjadi penulis wahyu. Bila wahyu turun, Rasulullah memanggjl Zaid, lalu dibacakan kepadanya dan disuruh menulis. Karena itu Zaid bin Tsabit menulis Al-Qur'an didiktekan langsung oleh Rasulullah secara bertahap sesuai dengan turunnya ayat. Akibatnya dia menjadi orang pertama tempat umat Islam bertanya tentang Al-Qur'an sesudah Rasulullah wafat. Dia menjadi ketua kelompok yang ditugaskan menghimpun Al-Qur'an pada masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq. Kemudian dia pula yang menjadi ketua tim penyusun mushaf di jaman pemerintahan Usman bin'Affan.

Di antara keutaman yang dilimpahkan Al-Qur'an terhadap Zaid bin Tsabit, dia pernah memberikan jalan keluar dari jalan buntu yang membingungkan orang-orang pandai pada hari Saqifah. Kaum muslimin berbeda pendapat tentang pengganti (khalifah) Rasulullah sesudah beliau wafat.

Kaum Muhajirin berkata, "Pihak kami lebih berhak menjadi Khalifah." Kata sebagian kaum Anshar, "Pihak kamilah yang lebih pantas." Kata sebagian yang lain, "Pihak kami dan kalian sama-sama berhak. Kalau Rasulullah mengangkat seseorang dari kalian untuk suatu urusan, maka beliau mengangkat pula seorang dari pihak kami untuk menyertainya.' Karena perbedaan pendapat, hampir saja terjadi bencana di kalangan kaum muslimin ketika itu. Padahal jenazah Rasulullah masih terbaring, belum dimakamkan.

Hanya kalimat-kalimat mutiara yang bergemerlapan dengan sinar Al-Qur'an yang sanggup mengubur bencana itu, dan menyinari jalan keluar dari jalan buntu. Kalimat-kalimat tersebut keluar dari mulut Zaid bin Stabit Al-Anshary. Dia berucap di hadapan kaumnya orang-orang Anshar.

Katanya, "Wahai kaum Anshar, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam adalah orang Muhajirin. Karena itu sepantasnyalah penggantinya orang Muhajirin pula. Kita adalah pembantu-pembantu (Anshar) Rasulullah. Maka sepantasnya pulalah kita menjadi pembantu bagi pengganti (Khalifah)nya, sesudah beliau wafat, dan memperkuat kedudukan Khalifah dalam menegakkan agama."

Sesudah berucap begitu, Zaid bin Tsabit mengulurkan tangannya kepada Abu Bakar Shiddiq seraya berkaha, "Inilah Khalifah kalian! Bai'atlah kalian dengannya!"

Keunggulan dan kedalaman pengertian Zaid bin Tsabit mengenai Al-Qur'an telah mengangkatnya menjadi penasihat kaum muslimin. Para Khalifah senantiasa bermusyawarah dengan Zaid dalam perkara-perkara sulit, dan masyarakat umum selalu minta fatwa beliau tentang hal-hal yang musykil. Terutama tentang hukum warisan; karena belum ada di antara Kaum Muslimin ketika itu yang lebih mahir membagi warisan selain daripada Zaid.

Umar bin Khatthab pernah berpidato pada hari Jabiyah katanya, "Hai manusia, siapa yang ingin bertanya tentang Al-Qur'an, datanglah kepada Zaid bin Tsabit. Siapa yang hendak bertanya tentang fikih, temuilah Mu'adz bin Jabal. Dan siapa yang hendak bertanya tentang harta kekayaan, datanglah kepada saya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan saya penguasa, Allah jualah yang memberinya."

Para pencari ilmu yang terdiri dari para sahabat dan tabi'in, mengerti benar ketinggian ilmu Zaid bin Tsabit. Karena itu mereka sangat hormat dan memuliakannya, mengingat ilmu yang bersarang di dadanya adalah ilmu Al Qur'an.

Seorang sahabat lautan ilmu pula, yaitu Abdullah bin Abbas, pernah melihat Zaid bin Tsabit direpotkan hewan yang sedang dikendarainya. Lalu Abdullah berdiri di hadapan kendaraan itu dan memegang talinya supaya tenang. Kata Zaid bin Tsabit kepada Abdullah bin Abbas (Ibnu 'Abbas), "Biarkan saja hewan iru, wahai anak paman Rasulullah!" Jawab Ibnu Abbas, "Beginilah kami diperintahkan Rasulullah menghormati ulama kami."

Kata Zaid, "Coba perlihatkan tangan anda kepada sayal" Ibnu Abbas mengulurkan tangannya kepada Zaid. Zaid bin Tsabit memegang tangan Ibnu Abas lalu menciumnya. Kata Zaid, "Begitulah caranya kami diperintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menghormati keluarga nabi kami."

Tatkala Zaid bin Tsabit berpulang ke Rahmatullah, Kaum Muslimin sedih karena pelita ilmu yang menyala telah padam. Berkata Abu Hurairah, "Telah meninggal Samudera ilmu umat ini. Semoga Allah menggantinya dengan Ibnu Abbas." Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada almarhum. Amin.

3.  Karya dan Jasa

3.1 Penghimpunan Ayat Al-Quran          

Di kemudian hari pada zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, Zaid bin Tsabit adalah salah seorang yang diamanahkan untuk mengumpulkan dan menuliskan kembali Al-Quran dalam satu mushaf. Dalam perang Al-Yamamah banyak penghafal Al-Quran yang gugur, sehingga membuat Umar bin Khattab cemas dan mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Quran sebelum para penghafal lainnya gugur. Mereka kemudian memanggil Zaid bin Tsabit dan Abu Bakar mengatakan kepadanya: "Anda adalah seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukanmu". Setelah itu Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran.

3.1 Periwayatan Hadis          

Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan sembilan puluh dua hadist, yang lima daripadanya disepakati bersama oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim. Bukhari juga meriwayatkan empat hadist yang lainnya bersumberkan dari Zaid bin Tsabit, sementara Muslim meriwayatkan satu hadist lainnya yang bersumberkan dari Zaid bin Tsabit. Zaid bin Tsabit diakui sebagai ulama di Madinah yang keahliannya meliputi bidang fiqih, fatwa dan faraidh (waris).

4. Teladan

4.1 Penulis Wahyu dan Surat-Surat Nabi          

Zaid bin Tsabit adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad dan merupakan penulis wahyu dan surat-surat Nabi. Zaid bin Tsabit turut serta bersama Nabi Muhammad dalam perperangan Khandaq dan peperangan-peperangan lainnya. Dalam peperangan Tabuk, Nabi Muhammad menyerahkan bendera Bani Najjar yang sebelumnya dibawa oleh Umarah kepada Zaid bin Tsabit. Ketika Umarah bertanya kepada Nabi, ia berkata: "Al-Quran harus diutamakan, sedang Zaid lebih banyak menghafal Al-Quran daripada engkau."

Kekuatan daya ingat Zaid bin Tsabit telah membuatnya diangkat penulis wahyu dan surat-surat Nabi Muhammad semasa hidupnya, dan menjadikannya tokoh yang terkemuka di antara para sahabat lainnya.

Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit bahwa: Rasulullah SAW berkata kepadanya "Aku berkirim surat kepada orang, dan aku khawatir, mereka akan menambah atau mengurangi surat-suratku itu, maka pelajarilah bahasa Suryani", kemudian aku mempelajarinya selama 17 hari, dan bahasa Ibrani selama 15 hari.

4.2 Bendahara Baitul Mall dan Pejabat Sementara Khalifah          

Zaid bin Tsabit diangkat menjadi bendahara pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar. Ketika pemerintahan Khalifah Utsman, Zaid bin Tsabit diangkat menjadi pengurus Baitul Maal. Umar dan Utsman juga mengangkat Zaid bin Tsabit sebagai pemegang jabatan khalifah sementara ketika mereka menunaikan ibadah haji.

4. Chart Silsilah

4.1 Chart Silsilah Sanad Guru          

Zaid bin Tsabit merupakan sahabat dan belajar langsung kepada Nabi Muhammad SAW. berikut chart Silsilah sanad beliau dapat dilihat DI SINI.

4.2 Chart Silsilah Sanad Murid          

Banyak yang belajar dan menjadi penerus Zaid bin Tsabit di antaranya adalah putranya sendiri. berikut chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.

5. Referensi

  1. Grafis Sanad Keilmuan Nahdlatul Ulama
  2. 101 Sahabat Nabi Hepi Andi Bastoni, Jakarta: Pustaka  Al-Kautsar

 

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 06 Juni 2016
Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan revisi
Editor : Achmad Susanto

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya